Singgasana Magis Arcana

Situasi Sulit



Situasi Sulit

0Hujan deras turun dari langit seperti air terjun dan memunculkan kabut samar saat mengenai tanah. Suasana sangat gelap selain petir yang menyambar langit sesekali, seperti tempat para hantu.     

Tak ada yang berani keluar di malam seperti ini. Badai sudah memisahkan setiap rumah, memberikan rasa panik pada orang-orang akan bencana yang akan datang dan perasaan aman karena tak akan ada yang menerobos masuk. Tirai air dari ruangan seperti benteng di setiap rumah.     

Di dalam rumah biasa berlantai dua, seorang pemuda berbalut mantel sihir merah sedang menatap hujan sambil berpikir. Dia ternyata seperti berumur dua puluhan. Pupilnya merah dan wajahnya tampan dengan percikan listrik yang memercik sesekali. Apalagi, hawa buku samar padanya menambahkan kelembutan dan membuatnya terlihat cukup spesial.     

"Fernando, apa kau sudah menyampaikan pesan itu pada Earl Paphos?" Pintu ruangan terbuka, lalu pemuda lain dengan pakaian bagus berjalan masuk. Dia mengenakan jaket berkerah tinggi yang populer. Kerahnya setinggi kepala dan menutupi seluruh telinganya.     

Wajahnya panjang dengan kumis. Dia meninggalkan kesan kalau dia adalah cendekiawan juga.     

"Tentu saja! Memangnya aku pernah mengacaukan sesuatu?" Pemuda yang dipanggil Fernando berbalik dan menjawab dengan nada hampir berteriak. Kemudian dia mengayunkan tangan untuk menghentikan pemuda itu mendekatinya. "Lauren, seperti yang kukatakan, jangan terlalu dekat padaku!"     

Sambil menahan tawanya, Lauren tak berani mengatakan hal lain dan menjaga jarak. Ini karena dia lebih tinggi daripada Fernando yang pendek.     

"Bagaimana reaksi Earl Paphos?" Lauren menyentuh kumisnya dan berubah serius.     

Fernando menjawab marah, "Mana mungkin dia bereaksi? Ini pertama kalinya kami bertemu! Dia bahkan tak tahu situasinya seperti apa! Kalau dia menjanjikan sesuatu, aku pasti curiga itu adalah jebakan!"     

Suaranya keras dan percaya diri. Kekuatan tak terbatas seolah tersimpan di tubuhnya yang pendek.     

"Masuk akal. Kita harus menjalaninya perlahan. Tapi kita harus pindah besok untuk jaga-jaga anjing bercakar hitam menangkap kita." Lauren mengangguk. Anjing bercakar hitam adalah julukan bagi penjaga malam yang sudah membunuh banyak penyihir, karena sarung tangan hitam yang mereka pakai.     

Fernando tak mempermasalahkannya. Meski dia tak sabaran dan keras, dia bahkan cukup berani berdebat dengan gurunya mengenai kesalahan dalam pengetahuan sihir, tak menganggap hubungan ketat antara guru dan murid di Kekaisaran Sihir, dia masih memiliki sisa kesombongan setelah diburu oleh penjaga malam dalam waktu lama.     

"Lebih baik kita bersembunyi di goa di luar kota dulu," kata Fernando tenang. Lalu dia mengarahkan pandangan pada meja, di mana sabuk biasa diletakkan. Dalam sekejap, dia marah lagi. "Lauren, kenapa kau memintaku menemui Paphos dengan sabuk itu? Memangnya menyenangkan berubah menjadi perempuan?"     

Lauren menunduk untuk jaga-jaga agar tidak tertawa keras. Sampai akhirnya dia mengangkat kepala dan berkata 'serius', "Kau adalah penyihir tingkat senior muda yang harapan Kekaisaran Sihir. Apalagi, setelah membunuh jubah merah sebelumnya, kau sudah menarik perhatian anjing bercakar hitam dan masuk ke Daftar Pembersihan. Mana mungkin Earl Paphos tak mengenalmu? Kalau dia punya pikiran lain, ada kemungkinan kardinal agung atau kesatria legendaris akan mengejarmu. Lebih baik dia tak tahu siapa kau."     

"Aku bisa mengubah penampilanku dengan mantra lain!" Fernando tak tertipu sama sekali. Mata merahnya penuh badai.     

Lauren melangkah mundur tanpa sadar. "Tapi bukankah kemungkinan ketahuan lebih kecil kalau kau mengubah gender? Apalagi kau sembrono dan kejam. Kau mungkin bisa membuat marah Earl Paphos sebagai laki-laki, tapi kalau kau wanita cantik, komunikasi dan negosiasi akan lebih mudah."     

"Kita tak kekurangan penyihir perempuan," gumam Fernando, meski dia merasa penjelasannya masuk akal.     

Lauren membuka tangan. "Tapi tak satu pun dari mereka ada di tingkat senior, dan mereka bisa ditangkap dengan mudah. Apalagi, kau tak menolak saat kusarankan. Kau bahkan tak meminta penjelasan."     

"Baiklah." Kemarahan Fernando hilang secepat datangnya. Dia bahkan tak semarah yang Lauren bayangkan. "Aku hanya penasaran bagaimana rasanya menjadi perempuan…"     

Lauren tampak tertarik. Dia bertanya penasaran, "Bagaimana rasanya menjadi wanita? Apa ada yang tertarik padamu?"     

"Bagaimana rasanya? Aneh. Memang senang melihat orang lain tertarik padamu. Tapi sabuk ini tidak sempurna. Kondisi setelah perubahan semuanya ilusi dan aku tak bisa merasakan sensasi tubuh wanita sepenuhnya…" kata Fernando seolah dia melakukan penelitian sihir. "Aku harus mencari cara untuk membuat yang lebih sempurna…"     

Dia menatap Lauren, lalu melihat temannya sangat tercengang sampai tak mengatakan apapun cukup lama.     

"Dasar mesum!"     

"Huh?" Fernando mendengus, lalu tekanan udara di sekitar semakin naik.     

Lauren terkekeh. "Hanya bercanda. Oh ya, Fernando, kita harus pergi ke Pelabuhan Patray. Seorang penyihir datang dari seberang selat naik kapal. Dia adalah archmage!"     

"Archmage?" tanya Fernando kaget.     

"Ya. Archmage yang cukup muda. Dia akan meningkatkan kekuatan kita secara signifikan!" kata Lauren semangat. "Kalau Gallos tak bertemu dengannya sebelum ini di seberang selat, kita tak mungkin bisa berhubungan dengannya, lalu asosiasi sihir lain akan mendapatkannya."     

Tempat ini dibagi menjadi tiga kerajaan, satu duchy, dan satu kelompok kota di garis pantai utara. Kekaisaran Sihir dulu terpecah-belah dan banyak organisasi sihir muncul. Di antara mereka, ada organisasi besar dengan sejarah panjang, seperti Cabin of Palmeira, dan ada yang lebih kecil dan baru didirikan, seperti Union of Sorcerers tempat Fernando berada. Satu kemiripan mereka adalah mereka hanya bisa bersembunyi dalam gelap dan berusaha keras bertahan hidup.     

Fernando mengangguk. "Seorang archmage yang mengetahui mantra tingkat lingkaran 9 akan benar-benar membantu kita menyatu dengan organisasi lain."     

Mereka menamakan kelompok mereka Union of Sorcerers karena mereka berharap menyatu dengan asosiasi sihir besar dan melawan Gereja bersama-sama. Namun mereka tak cukup kuat untuk meyakinkan kelompok lain.     

Lauren menghela napas. "Benar. Para legendaris bisa bersembunyi di demiplane dan menutup pintu masuknya, lalu bisa kabur ke Pegunungan Kegelapan. Tapi kita hanya bisa berusaha bertahan hidup. Seorang archmage akan jadi tuas pengangkat yang paling penting untuk kita."     

"Itu tak adil. Kalau para legendaris tak mendistraksi kardinal agung dan kesatria legendaris, kita mungkin akan binasa." Tak biasanya, Fernando tak mendeskripsikan para penyihir legendaris sebagai tikus dalam gorong-gorong.     

Lauren menghela napas lagi. "Masih ada kota penting seperti Aalto. Katanya Sekte Truth lebih fokus menyerang mereka. Yah, banyak sosok legendaris berkumpul di sana. Kelihatannya kejayaan kekaisaran belum mati setelah jatuhnya Antiffler. Malah, orang-orang semakin bersatu. Sejujurnya, kalau bukan karena para legendaris yang hilang, Sekte Truth tak akan bisa berkembang secepat ini…"     

"Itu adalah kenyataan. Jangan menyesalinya. Fokus pada masa sekarang dan masa depan!" Fernando menyela Lauren dengan tak sopan. "Siapa nama archmage itu? Berapa umurnya?"     

Dia tanpa sadar membandingkan orang itu dengan dirinya sendiri.     

Lauren menggeleng. "Entahlah. Dia tak mungkin terlalu muda. Setiap archmage berumur ratusan tahun."     

"Aku tak mungkin begitu!" kata Fernando percaya diri.     

Dia lahir setelah Kalender Ilahi diberlakukan, tapi Perang Fajar masih berada dalam jalan buntu saat itu, dan kebanyakan tempat di benua ini masih dikuasai oleh Kekaisaran Sihir.     

Lauren menahan senyumnya. "Ya, namanya Derrick Douglas. Dia kabur ke tempat kita karena jatuhnya Antiffler."     

"Derrick Douglas." Fernando mengulang dan mengingat nama itu untuk dibandingkan di masa depan. "Kenapa dia tak terbang saja?"     

"Katanya dia terluka parah untuk bisa terbang. Biar bagaimanapun, tak terlalu banyak pemeriksaan kalau naik kapal," kata Lauren santai.     

BLAAR!     

Petir menyambar.     

Fernando melihat ke jendela dan beralih pada Lauren. "Sudah waktunya istirahat. Kita harus pindah besok lalu pergi ke Pelabuhan Patray."     

Lauren mengangguk dan menaikkan alis. "Baiklah. Kau lebih suka Ingrid di sini."     

"Pergi!" teriak Fernando tak sabar.     

Lauren tertawa keras. Dia berteriak sambil berjalan keluar, "Ingrid, Fernando ingin bertemu denganmu!"     

Kemarahan di wajah Fernando menghilang, digantikan oleh ekspresi pasrah yang samar dan perasaan campur aduk. Tak ada perasaan mendalam dengan Ingrid, seorang penyihir wanita. Mereka hanya butuh kenyamanan tubuh satu sama lain dalam keadaan gelap dan suram ini.     

Mendadak, ekspresi Fernando berubah, lalu cermin dengan banyak simbol misterius muncul di depannya.     

Sebuah cahaya suci yang seolah turun dari langit mengenai cermin dengan kilauan megah, lalu menghancurkannya. Namun cahaya suci itu terhempas kembali dan menembus hujan serta kegelapan di luar. Beberapa orang dilahap olehnya.     

"Musuh datang!" teriak Fernando keras. Dia menunjuk, lalu sebuah sosok yang melompat dari bayangan mendadak bersinar. Ia membeku dan jatuh ke tanah hingga berkeping-keping.     

"Tidak…" Teriakan wanita mendadak berhenti. Alis Fernando naik turun. Apakah itu Ingrid?     

Dia meninggalkan ruangan dan masuk ke koridor, hanya untuk melihat seorang pria bersarung tangan hitam sedang melemparkan satu tubuh.     

Dia sangat mengenal tubuh itu, tapi ini sudah tak bernyawa!     

"Sialan!" Mata Fernando berubah merah. Suara retakan terdengar, lalu kilat perak mengelilingi penjaga malam seperti ular perak. Hutan petir seolah tiba di sana.     

BLAAR!     

Listrik di sana menarik petir di luar, lalu jatuh dari langit dan menembus langit-langit bangunan.     

Ruangan itu menjadi lautan petir dan menghalau musuh. Fernando tak berhenti sama sekali. Setelah terbiasa dengan kematian, dia menahan amarahnya dan melindungi penyihir lain untuk berevakuasi lewat jalan rahasia.     

Dia lantas merapal mantra untuk membakar mayat Ingrid sebagai cara pemakaman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.