Singgasana Magis Arcana

Kampus yang Hening



Kampus yang Hening

0Jalanan Kota Heidler tak berantakan dan kotor dengan mayat busuk di mana-mana seperti dugaan Donnie. Alih-alih, jalanannya cukup bersih dan luas dengan banyak pejalan kaki.     

Namun, jalanan ramai, yang harusnya riuh dan ribut, malah hening. Tak ada yang bicara keras-keras. Mereka berkomunikasi dengan suara sepelan nyamuk. Seolah-olah ada kekuatan aneh yang melarang kebisingan di tempat ini.     

Setelah melihat lebih dekat, Donnie akhirnya menyadari kalau sebagian besar pejalan kaki sebenarnya makhluk undead. Beberapa berupa mayat anjing dengan warna merah aneh di matanya, beberapa pria kurus yang dagingnya terlihat, beberapa adalah hantu, zombie, dan kerangka yang umum terlihat.     

Tentu saja, necromancer yang memakai mantel sihir hitam ada di antara para makhluk undead juga. Sebagian besar dari mereka tak seseram yang Donnie bayangkan. Mereka bicara dan tertawa bersama teman-temannya, kecuali suara mereka tetap pelan.     

"Sayang sekali tidak ada lich…" komentar Donnie pelan.     

Sammy terlihat bersemangat setelah datang di Kota Heidler. Meski dia terlihat masih mengantuk, paling tidak dia tak terus menguap. Seraya mengusap rambutnya yang berantakan seperti sarang burung, dia tersenyum. "Kurasa lich tak senang berjalan di jalanan…"     

Kurasa mereka tidak senang dengan apapun … Donnie miring ke sebelah untuk memberikan jalan pada anjing neraka berkepala tiga. Badannya tinggi dan kuat, dengan api yang menetes dari mulutnya, tapi ada ring di lehernya dan ditarik oleh penyihir perempuan kecil. Anjingnya berlari pelan di depan si penyihir.     

"Anjing neraka ini seukuran kerbau…" Setelah penyihir perempuan itu pergi, Donnie mau tak mau mengamati. Perbedaan ukurannya terlalu mencolok.     

Sammy terkekeh. "Aku melihat lich sedang mengajak jalan-jalan naga tulangnya di langit kemarin. Ukurannya setara dengan seratus anjing neraka."     

Dia tiba di Kota Heidler kemarin dan tinggal di Jalan Ghoul 152 untuk sementara, menunggu para murid yang akan datang keesokan harinya agar bisa pergi ke kampus bersama-sama.     

"Bagus sekali." Donnie menatap langit dengan kagum. Kali ini, mereka sudah tiba di Jalan Ghoul. Menara sihir yang tinggi membuat mereka tak akan tersesat.     

Mendadak, sebuah tengkorak pucat melayang keluar, dengan dua cahaya merah kecil di rongga mata. Gigi tengkoraknya bergemeletuk dan mengeluarkan suara kasar, "Semua murid baru akan berkumpul dan pergi ke kampus. Orang-orang yang datang terlambat akan diangkut besok lusa."     

Suaranya sangat tidak medu, seolah seseorang menggosok tulang dengan besi berkarat. Donnie merinding dan berjalan ke dalam aula bersama Sammy.     

"Berikan surat penerimaanmu dan tanda identifikasimu di dalam." Seorang pria tanpa ekspresi mendekati mereka sebelum Donnie sempat menyeimbangkan diri. Orang asing itu memiliki wajah tirus dengan mata merah kecil yang sama dengan mata tengkorak.     

Donnie buru-buru mengeluarkan surat penerimaannya dan sebuah kumbang hitam. "Baik, Tuan."     

"Panggil aku Tuan Robert." Suara pria tersebut terdengar lembut dan menenangkan. Saat dia menatap kumbang hitam, serangga tersebut seolah disinari oleh warna merah juga. "Donnie, tak perlu mengajukan akomodasi. Kau akan ikut ke kampus bersama kami."     

Lalu, dia mengembalikan surat penerimaan dan kumbangnya pada Donnie. Berhenti sejenak, dia lalu berkata, "Aku adalah instruktur di bidang struktur tubuh dan genetik. Kuharap kau bisa mempertahankan hasilmu yang sekarang."     

Setelah beberapa saat, Sammy menatap Robert, yang berjalan ke sisi lain aula, lantas berujar pelan, "Katanya Tuan Robert sangat mendekati tingkat senior sekarang. Tubuhnya sudah dimodifikasi berkali-kali sampai tak ada yang tahu kemampuan spesial apa yang ada di sana."     

"Yah, Tuan Robert memberiku banyak tekanan…" Donnie berkeringat dingin di tengah lingkungan suram Kota Heidler. Dia menatap Robert, melihat sang pria berhenti di depan layar siaran di aula dan menonton acara menarik di sana, dengan sesuatu yang bisa dikatakan sebagai senyum di wajahnya.     

"… Aku tak tahu pria yang terlihat mati seperti Tuan Robert suka melihat TV juga…" kata Donnie kaget.     

Sammy menatapnya bingung. "Kenapa orang mati tak boleh menonton TV?"     

"Yah…" Donnie terbungkam oleh Sammy. Dia buru-buru mengubah topik. "Kita akan pergi ke kampus. Aku diberitahu kalau letaknya tidak di kota tapi di tempat misterius, benar begitu?"     

Sammy mengangguk serius. "Katanya itu adalah tempat yang bagus untuk necromancy."     

Mereka berdua cukup penasaran dan menebak di mana tujuan mereka. Mungkinkah di makam raksasa?     

Setelah beberapa saat, lich pucat terbang kembali dan kembali bicara dengan suara menjijikkan. "Ikuti aku, jangan jauh-jauh, dan jangan tersesat. Sekali kalian tersesat, kuanggap kalian sudah mati dan aku tak mau repot-repot mencari kalian."     

Jantung Donnie berdegup kencang. Bahkan Sammy yang selalu mengantuk mendadak membelalak juga. Seluruh tim jadi sangat hening.     

Mengikuti lich, Donnie dan teman-temannya melewati Jalan Ghoul, Jalan Raya Soul, dan Alun-alun Brain, kemudian tiba di gedung yang terlihat tak ada bedanya dengan menara sihir lain.     

"Inikah kampus kita?" Donnie menatap menara sihir di depannya dengan kecewa.     

Lich tersebut berhenti dan melayang di depan pintu menara sihir, kemudian merapal mantra yang rumit dan brutal dengan suara serak.     

Sebuah bayangan muncul dari bebatuan di tanah. Bayangannya menyebar dan membesar, kemudian menutupi pintu, membuatnya bergetar pelan dalam kegelapan.     

"Ikuti aku." Lich tersebut berujar dingin dan alih-alih membuka pintu, dia menghilang ke dalam bayangan.     

Donnie dan Sammy menahan napas lagi karena keanehan itu. Mereka berjalan maju perlahan bersama para murid di depan mereka, berpikir ke mana bayangan ini membawa mereka.     

Sayangnya, seberapa pelan mereka, mereka tetap mencapai bagian depan pintu. Menggertakkan gigi, Donnie melangkah masuk.     

Seolah tubuhnya tercebur ke dalam danau, Donnie merasa tertekan dan sesak, tepat seperti dia nyaris tenggelam saat masih kecil. Kemudian, Donnie merasa tubuhnya ringan kembali, lantas dia berhasil menyingkirkan 'air'nya, berhadapan dengan lingkungan hitam, putih, dan abu-abu.     

Kotanya berantakan dan kacau, tanpa sedikit pun warna kecuali hitam, putih, dan abu-abu. Bahkan anginnya membeku, bagaikan lukisan aneh namun tenang.     

Donnie menatap terkejut pada kotanya. Kotanya sama pucat dan remang seperti Kota Heidler, namun matahari tak ada di mana-mana!     

Pengetahuan dasar mengenai dimensi lain muncul di kepala Donnie. Dia berteriak pada Sammy yang tercengang di sebelahnya, "Ini Dunia Arwah!"     

Namun, setelah dia menyeloroh, Donnie tak mendengar suara apapun. Segalanya sangat hening seolah mereka dalam keadaan tidur abadi.     

Sudah sepantasnya sebagai Dunia Arwah. Donnie menarik napas dalam, melihat ilusi kalau tubuhnya membusuk. Tempat ini jelas tempat terbaik untuk perguruan necromancy. Tapi, dia diberitahu kalau tempat ini sangat berbahaya bahkan bagi penyihir tingkat senior. Biar bagaimanapun, spectre tak berakal tidak peduli dengan latar belakang seseorang atau mereka kaya dan tidak. Mereka hanya haus daging segar dan darah.     

"Ikut aku. Kuulangi, jangan tersesat." Dengan mantra yang tak mereka ketahui, lich tersebut berkata ke hati semua orang.     

Donnie menepuk Sammy yang masih tercengang dan mengikuti lich dengan waspada dan penuh perhatian, takut dia akan ketinggalan dan berhadapan dengan ombak spectre sendirian.     

Melewati kota sunyi, kelompok itu berjalan ke alam liar terbengkalai. Di sana ada ghoul yang berkeliaran dengan wajah busuk dan mengerikan di mana-mana. Mereka nyaris bisa mencium bau yang tak bisa dideskripsikan.     

Di kejauhan, banyak hantu buram sedang melayang di langit menggunakan mantel hitam panjang di tubuhnya.     

Lingkungan dan pemandangan seperti itu membuat hantu di punggung Sammy senang. Ia mendongak dan mengeluarkan teriakan tanpa suara, mengayunkan tangannya ke depan dan belakang dengan keras.     

Hehe. Donnie menatapnya geli. Sammy juga menggeleng tanpa daya.     

Mendadak, langit kelabu menjadi gelap, seolah diwarnai dengan warna hitam. Tidak, bukan warna hitam, melainkan hantu-hantu yang berkumpul dari segala arah!     

Mereka juga berteriak tanpa suara, kemudian terbang menuju Sammy bersama-sama. Tekanan besar dan hawa kematian nyaris membuat banyak murid kencing di celana. Apakah mereka bertemu dengan gerombolan undead?     

Dengan tubuh gemetaran, Donnie menarik Sammy, menyuruhnya menghentikan hantu di punggungnya.     

Kali ini, lich di depan mereka mengendus, kemudian sebuah tirai hitam muncul entah dari mana, lantas menutupi mereka.     

Setelah tirai hitam menghilang, Donnie menyadari mereka sudah masuk ke dalam alam liar dan jauh dari pasukan hantu.     

"Kendalikan hantumu," kata lich itu dingin.     

"Baik, Tuan," balas Sammy dengan suara bergetar. Di sisi lain, hantu di belakangnya memegang kakinya seperti bocah ketakutan yang menangis tanpa suara.     

Donnie menatap hantu itu dengan perasaan geli. Apa kau ketakutan oleh pasukan hantu juga? Kau hampir mengubah kami menjadi ghoul.     

Sambil menyeret Sammy, yang kakinya terlalu lemas untuk dibuat berdiri, maju, Donnie mendadak melihat kota megah dalam dunia hitam, putih, dan abu-abu. Ada menara sihir di kota yang menampakkan warna-warni. Di antara menara sihir ada jalan layang yang menghubungkan arah berbeda.     

Di sekitar kota ada pemakaman sunyi dengan batu nisan yang sangat rapat. Batu nisan hitam yang miring ada di depan mereka.     

"Batu nisan hitam…" Donnie tercengang sesaat.     

Setelah melewati pemakaman, Donnie dan teman-temannya tiba di ujung kota dengan dipimpin lich. Setelah mereka melewati gerbang kota yang tingginya puluhan meter, sensasi tekanan langsung hilang. Mereka mendengar suara orang bicara lagi, seolah mereka mendadak kembali dari dunia kematian menuju dunia orang hidup.     

"Semuanya, seperti yang kalian lihat, tak mungkin kalian bisa meninggalkan tempat ini tanpa bimbingan mentor tingkat senior. Sehingga, kalian harus bekerja dan belajar sangat keras, karena orang-orang yang bermalas-malasan tak akan bisa pulang. Baiklah, selamat datang di Kampus Sihir Heidler. Silakan ambil mantel sekolah dan lencana menggunakan tanda identifikasi dan surat penerimaan. Setelahnya, kalian bisa pergi ke asrama dengan penanda di lencana." Lich itu menghilang setelah memberi pengumuman.     

Seraya menyeret Sammy dan hantunya yang belum sepenuhnya pulih, Donnie mengambil mantel hitam dan lencana api pucat dari menara sihir di dekat sana. Dia menanyakan jalan dan berjalan menuju asrama.     

Saat mereka berada dekat dengan asrama, Sammy akhirnya bisa menarik napas panjang dan mengusap rambutnya. "Dunia Arwah sangat mengerikan. Aku sangat ketakutan barusan…"     

Setelahnya, dia membuka pintu asrama dan tercengang. Dia menghalangi penglihatan Donnie.     

"M … Maaf. Kami … Kami salah asrama!" Sammy tergagap dan meminta maaf.     

Donnie tanpa sadar melihat pelat di pintu. "Ruangan 202 Life Tower di Zona Origin. Tidak mungkin salah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.