Singgasana Magis Arcana

Laboratorium Sihir Lucien



Laboratorium Sihir Lucien

0

Ketika Lucien sudah menemukan sebagian besar bahan sihir yang diperlukan, dia rasa ini saatnya pulang. "Aku harus pergi sekarang," ujar Lucien dengan suara paraunya yang dibuat-buat, "Kita bisa lanjut di pertemuan berikutnya." Dia juga harus kembali dan belajar ilmu fisika serta kimia agar dia dapat menjelaskan lebih banyak pertanyaan dari anggota kelompok dengan lebih baik.

Untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka, mereka semua berdiri dan meletakkan tangan kanan di dahi. Mereka lalu membungkuk pada Lucien.

"Pak Professor, bisakah kami dapat kehormatan untuk membuatmu tinggal sebentar lagi di sini? Masing-masing dari kami akan membagi ide baru. Kami akan menyampaikannya dihadapan yang lain nanti. Kami akan sangat senang jika kau ada di sini." Philosopher bertanya dengan penuh harap.

Bagian diskusi terbuka untuk siapa saja. Semua murid penyihir yang hadir berharap Lucien akan berkomentar mengenai gagasan mereka. Bahkan beberapa kata acak pun dari seorang penyihir berpengetahuan luas sepertinya dapat menguntungkan mereka.

Bagi Lucien, undangan tersebut adalah kejutan tambahan malam ini. Meski Lucien paham banyak formula yang lebih berkembang daripada pengetahuannya dulu, dia malah kesulitan menganalisis beberapa mantra murid. Dia menyembunyikan rasa gembiranya dan berusaha membuat dirinya terdengar setenang mungkin, "Baiklah."

"Terima kasih, Professor." White Honey jadi orang pertama yang menunjukkan apresiasinya.

Diskusi ini produktif. Lucien juga dapat banyak hal dari anggota kelompok lain. Banyak pertanyaannya yang terkait dengan sihir murid terpecahkan dan jadi mengetahui apa yang sebelumnya dia tidak tahu. Di saat yang sama, murid lain juga sangat semangat karena melihat Pak Profesor benar-benar memperhatikan diskusi mereka.

Di pagi buta, setelah bertukar lebih banyak informasi, pertemuannya berakhir. Lucien dihentikan oleh Philosopher saat dia hendak pergi.

"Pak Professor," tanya Philosopher dengan penuh harap, "apa kau tidak keberatan memberitahu informasi kontakmu padaku? Jadi jika kami bisa menemukan Revenant Dust, kami bisa langsung menghubungimu."

Namun, Lucien menggelengkan kepala, "Maaf, aku rasa tidak. Owl tahu bagaimana cara menghubungiku." Lucien berhati-hati. Dia takkan pernah mempercayai siapapun dengan mudah.

"Baiklah ..." Philosopher mengangguk dengan kecewa, "Apa kau akan hadir di pertemuan kita selanjutnya? Tepatnya 2 minggu dari sekarang." Penyihir lain yang hadir juga sedang menunggu jawaban Lucien dengan semangat.

"Aku belum tahu." Lucien bersikap ambigu, karena dia tidak ingin hadir secara rutin. "Aku mungkin akan berada di Hutan Hitam Melzer saat itu untuk mempersiapkan beberapa percobaan. Bagaimanapun, aku akan memberitahu Owl." Tapi jawaban samar Lucien sudah cukup bagi para anggota. Setidaknya, penyihir agung ini tak langsung menolaknya.

Setelah Smile memastikan di luar aman, Lucien dan murid lain gantian meninggalkan ruang bawah tanah. Meski membawa koper di tangan dan beberapa bahan sihir baru di saku, Lucien berjalan pulang sendirian. Di perjalanan pulang, Lucien menyebarkan kekuatan spiritualnya sampai pada jarak tertentu, untuk mendeteksi jika ada orang yang mengikutinya. Untungnya, hanya burung gagak yang dia temukan. 

Dia bahkan tak merasa lega sedikit pun sampai dia akhirnya kembali ke gubuknya.

...

Seminggu kemudian, dengan menggunakan sihir yang dapat mengubah batu menjadi tanah dan lumpur, Lucien berhasil menggali lubang yang begitu dekat dengan rumahnya. Lubang dengan panjang tiga meter dan lebar dua setengah meter itu terhubung dengan gubuknya. Lubang tersebut memiliki tangga batu kecil. Lubang ini adalah laboratorium sihir pertama milik Lucien. Sambil berdiri diatas bangku kecil, Lucien mengukir garis di dinding dengan belati perak yang berasal dari peralatan laboratoriumnya. Dia sedang membuat lingkaran sihir untuk menghalangi gelombang energi yang disebabkan oleh rapalan mantra atau percobaan sihir.

Selain itu, Lucien merapal beberapa lingkaran sihir lagi untuk melindungi laboratoriumnya. Dengan menggunakan 'Echo Elimination', takkan ada yang tahu kalau ada ruang bawah tanah di bawah sana dengan hanya menginjak lantai. Lingkaran sihir lain digunakan untuk menempatkan perangkap sihir yang bisa aktif saat dibutuhkan.

Setelah pekerjaan mengukir selesai, Lucien mengeluarkan sekantong kecil bubuk hitam. Bubuk itu terbuat dari Black Curving Vine dan bisa dengan cepat menempel nyaris di semua benda. Lucien mengambil bubuk ini menggunakan belati dengan hati-hati. Dia menaburkan bubuk hitam tersebut pada garis ukiran. Dia kemudian menuangkan air raksa sedikit demi sedikit. Hebatnya, air raksa ini tak menetes sama sekali, melainkan langsung diserap oleh bubuk. Garis lingkaran sihir jadi terlihat sangat jelas sekarang.

Dengan menekan telapak tangannya di tengah pola, Lucien menyebarkan kekuatan spiritualnya dan mengaktifkan lingkaran sihir. Garis perak itu menyala sedikit demi sedikit. Setelah ledakan cahaya perak, lingkaran sihir benar-benar menghilang di dinding, seolah lingkaran sihir ini tak pernah ada di sana sama sekali.

Setelah turun dari kursi, Lucien merasa lelah. Membangun lingkaran sihir dapat sangat melelahkan. Bagian yang paling menyusahkan yaitu lingkaran sihir ini harus diganti dengan yang baru 10 hari lagi, saat kekuatan lingkarannya menghilang. Bagi penyihir sejati, mereka bisa mempertahankan lingkaran sihir ini menggunakan kekuatan spiritual mereka. Atau juga bisa membangun lingkaran yang jauh lebih rumit yang dapat memulihkan kekuatan secara otomatis. Beberapa bagian dari hewan sihir, seperti bulu, tanduk, atau darah mereka, juga bisa memulihkan kekuatan secara otomatis.

Kemudian, Lucien melakukan langkah terakhir. Dia merapal mantra tadi dengan cara berlawanan dan membuat batu panjang dari tanah. Setelah meletakkan semua peralatan gelas dan kompor kecil di meja, Lucien sangat senang dan puas.

Laboratoriumnya siap. Mulai dari sekarang, Lucien akhirnya punya tempat sendiri untuk berlatih mantra dan melakukan percobaan. Jelas, ruang bawah tanah ini jauh lebih baik dari saluran pembuangan yang dingin dan bau, meski ini tak begitu luas.

Sambil berdiri di tangga, Lucien mengangguk dengan sangat puas. Setelah memastikan lingkaran perangkap sihir sudah berada dalam posisi, Lucien kembali ke tempatnya di lantai atas dan mengunci pintu masuk dengan sihir.

Dia kembali ke gubuk saat subuh. Begitu kepala Lucien mengenai bantal, dia langsung tertidur. Dia harus pergi bekerja di perpustakaan beberapa jam lagi.

...

"Seperti yang sudah kubilang ..." Pierre menatap Lucien dengan cemas, "Kau harus sedikit menahan diri."

"Aku hanya tidak tidur dengan nyenyak semalam." Lucien menggelengkan kepala perlahan.

"Omong-omong, alat musik apa yang kau pelajari, Lucien?" Pierre mengalihkan topik pembicaraan secara tiba-tiba.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.