Singgasana Magis Arcana

Pierre



Pierre

0

Elena menunggu Lucien dengan cemas di aula. Terlambat di hari pertama kerja tentu tak akan memberi kesan baik pada direktur, Pak Hank.

Resepsionis lain, Cathy, tersenyum pada rekannya dan bercanda, "Elena, siapa yang kau tunggu? Kekasihmu?"

"Ayolah, Cathy. Aku sedang menunggu temanku. Hari ini hari pertamanya bekerja di asosiasi."

Saat Elena berbicara, Lucien masuk ke aula.

"Syukurlah, kau datang, Lucien." Elena berjalan keluar dari meja dan menuju Lucien, "Kenapa kau terlihat begitu lelah? Apa kau sakit?"

Lucien tahu dia pasti tampak kacau. Sakit kepala yang disebabkan oleh rohnya yang terluka menyiksa Lucien sepanjang jalannya kemari. Setelah bergegas ke sini, dia merasa sedikit pusing.

"Yah … kurasa begitu. Tapi aku baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya, Elena." Lucien tersenyum pada Elena yang mengenakan gaun putih panjang hari ini. "Kita akan bertemu Pak Hank sekarang, 'kan?" tanya Lucien.

"Benar." Elena berjalan ke atas, diikuti Lucien, "Jangan khawatir. Hari Minggu bukan hari yang sibuk. Bisa dikatakan, pekerjaan hari ini tak banyak."

Pak Hank adalah lelaki paruh baya yang serius. Dia selalu memakai setelan rapi. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan dasar, Pak Hank hanya mengangguk dan menyuruh Elena mengantarkan Lucien ke perpustakaan langsung.

Perpustakaannya ada di lantai dua. Saat mereka menuju ke sana, Elena berusaha menceritakan pustakawan lain pada Lucien, "Namanya Pierre Sandor. Kalian berdua bekerja shift pagi di perpustakaan. Dia orang yang lumayan. Menurutku, dia takkan terlalu menyusahkanmu, jadi jangan khawatir. Tapi dia agak … uhm …" Elena diam sejenak, lalu melanjutkan, "aneh."

Pria bernama Pierre pasti punya beberapa koneksi di asosiasi. Kalau tidak, dia takkan punya kesempatan bekerja di sini jika dia bukan siapa-siapa. Lucien hanya ingin bekerja dan menghindari masalah sebanyak mungkin.

Perpustakaan Musik itu besar dan sunyi. Terdapat ribuan buku musik, jurnal, dan koran terkumpul di sini.

Hanya ada seorang pemuda berambut hitam yang duduk di belakang meja kayu. Dia membaca tablature dengan cermat. Di mata Lucien, pemuda ini tampak sangat menggemari musik.

"Pierre, Pierre …" Elena coba menarik perhatiannya, "Ini pustakawan baru, Lucien."

Pierre akhirnya mengalihkan pandangan dari buku. Mata coklatnya tampak agak bingung,

"Pagi, Elena! Hari ini hari … Minggu?"

"Senang bertemu denganmu, Pierre. Aku Lucien Evans, pustakawan baru." Lucien mengenalkan diri dengan senyum hangat.

Pierre menyadari rekan baru berdiri di hadapannya. Dia berjalan keluar dari balik konter dan menyapa Lucien, "Senang bertemu denganmu, Lucien. Aku Pierre Sandor."

Saat berjabat tangan, Pierre memasang senyum licik, "Lucien, kau sebaiknya … menahan diri sedikit …"

"Apa yang kau bicarakan, Pierre?" Elena bingung.

"Hanya percakapan antar pria," jawab Pierre dengan santai.

Elena mengangkat bahu dan berbisik ke Lucien, "Kau lihat? Sudah kubilang dia aneh. Aku harus pergi sekarang, Lucien. Manfaatkan dengan baik buku di sini dan bekerjalah dengan rajin."

Setelah Elena pergi, Pierre mengajak Lucien berkeliling. Sambil dia berjalan, dia berbicara pada Lucien dengan santai, "Umh … Aku terkadang bicara aneh. Jika kau tak mengerti ucapanku, hiraukan saja aku."

"Jadi, kau memintaku 'menahan diri' juga percakapan biasa?" tanya Lucien

"Tidak, itu serius. Pemuda di umur kita bisa cepat lelah karena kebanyakan … Umh, kau tahu apa yang kubicarakan."

Lucien tak tahu harus berkata apa. Di mata Lucien sekarang, Pierre tampak seperti penggemar berat musik dan agak mesum.

Setelah memberitahu hal-hal dasar yang harus dilakukan seorang pustakawan di sini, Pierre meregangkan diri sedikit dan berkata, "Hanya anggota asosiasi yang punya akses ke perpustakaan ini, jadi di sini tak pernah sibuk. Ingatlah untuk bersikap sopan ke para musisi. Kau bisa menghabiskan lebih banyak waktu di sini. Aku akan kembali dan menikmati The Well-Tempered Clavier sekarang."

Matanya berbinar saat berbicara musik.

"Baiklah." Lucien sangat ingin dibiarkan sendiri. Dengan perpustakaan jiwanya, Lucien berusaha menyimpan lebih banyak buku, seperti seekor tupai yang mengumpulkan pine kesukaanya.

Lucien membalik buku dengan cepat dan salinan buku langsung muncul di perpustakaan jiwanya. Kemudian, Lucien langsung beralih ke buku lain.

"Hei, apa yang kau lakukan di sana?" Pierre bertanya dengan bingung. Dia masih belum pergi jauh.

"Aku memeriksa secara acak untuk melihat apa ada yang rusak. Kemudian, aku akan mencatatnya dan melaporkannya ke asosiasi." Lucien segera membuat alasan.

"Kau seteliti wanita, Lucien," komentar Pierre.

Dalam empat jam berikutnya, hanya ada dua musisi yang mengunjungi perpustakaan. Jadi, Lucien bisa mengumpulkan lebih dari 100 buku di sini. Legannya terasa cukup pegal karena membolak-balik buku.

Buku-buku tersebut mencakup banyak aspek dunia, bukan hanya musik. Lucien ingin lebih paham mengenai dunia secepat mungkin.

…...

Lucien selesai bekerja sekitar lewat tengah hari. Ketika dia hendak meninggalkan perpustakaan, Pierre masih berkutat dengan musik ditemani roti di tangannya.

Kemudian, Lucien pergi ke tempat Pak Victor dan melanjutkan belajarnya.

Hidupnya cukup tenteram di hari-hari berikutnya.

Suatu malam, John kembali. Saat tidak ada orang, dia mulai bercerita tentang apa yang terjadi hari itu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.