Dunia Penyihir

Masa Lalu (Bagian 2)



Masa Lalu (Bagian 2)

0"Maafkan aku jika aku salah sangka, namun sepertinya kau bukanlah murid Nona Isabel." Tiba-tiba, Golan angkat bicara.     

Angele berhenti berjalan, namun ia tetap diam. Ia ingin tahu apa yang akan dikatakan Golan selanjutnya.     

"Walaupun aku tidak tahu apa hubunganmu dengan Nona Isabel…" Golan tidak menyelesaikan perkataannya. Ia hanya menghela nafas, berbalik, dan pergi.     

Saat pertama kali bertemu dengan Golan, Angele memeriksa tubuh wanita itu. Walaupun tubuhnya lemah, wanita itu telah hidup selama lebih dari 700 tahun. Sepertinya, ada sebuah darah spesial dalam tubuh wanita itu, darah yang sangat mirip dengan darah bangsa duyung. Darah duyung sangatlah terkenal karena darah itu dapat meningkatkan harapan kehidupan. Biasanya, orang-orang yang memiliki darah spesial dapat hidup jauh lebih lama daripada penyihir pada umumnya.     

Ia berjalan memasuki teras dan samar-samar mencium aroma harum di dalam.Aroma harum itu mungkin berasal dari bunga, namun aroma tersebut sama seperti aroma tubuh Isabel. Saat wanita itu berpetualang bersama Angele, wanita itu sudah beraroma seperti ini.     

Ia berjalan mendekati rumah kecil berwarna kelabu di tengah teras. Ada meja, kursi, beberapa rak buku, dan tempat tidur king-size. Selain itu, sebuah lukisan yang dibuat dengan menggunakan sihir tergantung pada dinding.     

Dalam lukisan itu, terdapat sebuah gambar seorang wanita dan pria yang berdiri di atas dek kapal yang tengah berlabuh. Pria dalam lukisan itu mengenakan jubah panjang berwarna hitam, sementara si wanita adalah Isabel saat ia masih muda. Isabel mengenakan jubah putih, dan wajahnya menyunggingkan senyuman manis. Rambut mereka menari-nari terkena angin.     

Akhirnya, Angele menyadari bahwa pria itu adalah dirinya. Sepertinya, seseorang telah melukiskan lukisan itu dengan metode sihir spesial. Lukisan itu memiliki bingkai emas dan tergantung pada dinding.     

Angele melihat ada kata-kata yang terukir di ujung kanan bawah lukisan tersebut. Ia mengusap ujung lukisan itu dengan hati-hati.     

'Raymond. 4 Maret 1726.'     

Angele tersenyum.     

"Dua ratus tahun setelah aku meninggalkan kota… Raymond melukis lukisan ini…"     

Angele masih ingat bagaimana Raymond menculik Isabel dari Flan.     

Ia berjalan mengelilingi rumah itu dan memeriksa semua benda yang di dalam sana dengan teliti. Walaupun tubuh fisik seorang penyihir telah tiada, ada kemungkinan bahwa jiwanya masih ada di sekitar mereka. Mungkin saja, jiwa Isabel masih tinggal di tempat itu.     

Sayangnya, setelah memeriksa seluruh ruangan, Angele tidak menemukan jiwa Isabel. Ia pun menyadari bahwa wanita itu telah benar-benar pergi.     

Ia kembali berjalan mendekati lukisan tersebut dengan perasaan sedih. Ia menatap lukisan itu selama beberapa saat, kemudian pergi dari teras tersebut.     

**     

Brak!     

Wanita berseragam hitam yang telah ditolong Angele terlempar jauh setelah terkena serangan tersebut, hingga tubuhnya meninggalkan jejak seperti benang hitam di udara, sebelum akhirnya ia mendarat di atas tanah. Wanita itu berusaha untuk berdiri, namun kakinya telah patah. Ia hanya bisa melihat musuhnya berjalan mendekatinya.     

"Kau juga mengejarku untuk mendapatkan benda itu? Sudah terlambat… Aku sudah mengantarkannya kepada pihak keluarga, dan benda itu akan ditukarkan dengan obat. Kau tidak mungkin… Ah!"     

Brak!     

Seorang pria menginjak dada wanita itu.     

Pria itu bertubuh tinggi dan transparan, dengan lingkaran cahaya berwarna kelabu yang melayang-layang di belakangnya. Jarum pada lingkaran cahaya itu menunjuk ke arah kanan.     

"Kau telah bertemu dengan sasaranku… Apakah aku terlambat?" Pria itu mengernyitkan alisnya.     

"Katakan padaku, bagaimana penampilan pria itu?" Pria itu menunduk dan memandang wanita tersebut.     

"Urgh…" Mata wanita itu terbelalak lebar, namun wanita itu tidak menjawabnya.     

Pupil wanita itu mengecil, dan darah terus mengucur dari dalam mulutnya.     

Krak!     

Dada wanita itu tertusuk, seperti kertas yang ditembus oleh jarum.     

Pria itu berdiri di atas mayat tersebut dan memandang ke arah kanan.     

"Dia cepat sekali… Mungkin dia sudah tahu bahwa aku sedang mengejarnya… Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu kabur…"     

"Bunuh! Bunuh semua orang yang kita temui!"     

"Tidak ada yang bisa menghentikan kita! Kunci Bayangan akan menjadi milik kita!"     

Wajah-wajah kembali muncul pada wajahnya dan berteriak-teriak. Pria itu mengetuk wajahnya, dan wajah-wajah kecil itu seketika menghilang.     

Shing!     

Pria itu menghilang dalam bola cahaya biru dan meninggalkan mayat wanita yang tergeletak di atas tanah itu.     

**     

Angele menemukan jalan yang benar, dan ia mulai pergi ke reruntuhan Kerajaan Ramsoda. Setelah bertahun-tahun, kerajaan tersebut telah hancur dan hanya meninggalkan reruntuhan kota-kota kuno tersebut.     

Ia telah memeriksa sebagian besar reruntuhan, namun ia tidak menemukan jejak-jejak yang ditinggalkan manusia. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke Perguruan Ramsoda, perguruan yang berdiri di bawah reruntuhan kerajaan tersebut.     

Setelah memeriksa peta yang dibuatnya, akhirnya ia menemukan hutan di depan perguruan. Ia memutuskan untuk terbang menuju perguruan tersebut.     

Dua hari kemudian, ia menemukan tempat perguruan tersebut.     

Ia berjalan selama beberapa hari lagi, dan akhirnya menemukan dua orang berjubah kelabu yang sedang mencari tanaman herbal di dalam hutan.     

"Apa? Jadi, perguruan telah pindah tempat setelah dibangun kembali? Dan lokasi perguruan tidak lagi di bawah reruntuhan?" Angele memandang kedua sosok berjubah kelabu di depannya sambil mengernyitkan alisnya.     

"Iya, Pak. Gedung baru berada di sebelah utara gedung lama, dekat dengan Griya Penyihir." Salah satu calon penyihir menjawab. "Selain itu, kami sedang mengadakan acara promosi perguruan dengan bantuan Penyihir Charles, sehingga perguruan sedang terbuka untuk umum. Jika kau tertarik, berkunjunglah ke gedung sekolah."     

"Aku mengerti." Angele mengangguk. "Apa reruntuhan lama itu masih ada di tempat semula?"     

"Tentu saja."      

"Bagus."     

Angele melemparkan sebongkah magic stone tingkat rendah pada calon penyihir tersebut.     

"Terima kasih atas bantuanmu."     

Setelah selesai berbicara, Angele tiba-tiba menghilang. Kedua calon penyihir terlihat kebingungan. Sepertinya, mereka tidak tahu apa yang baru saja terjadi.     

Beberapa hari kemudian.     

Angele berjalan keluar dari hutan dan memandang kota berpasir di depan. Jembatan batu yang dulu ia lewati masih berdiri di atas sungai yang telah mengering dan tertutup pasir.     

Di bawah cahaya matahari yang terik, kota kuno itu terlihat seperti bercahaya keemasan.     

Angele memeriksa petanya dengan teliti, kemudian ia menyunggingkan senyuman.     

Ia melayang dan terbang menyeberangi jembatan batu, sebelum akhirnya masuk ke dalam kota kuno tersebut. Setelah tiba di kota, ia berbelok beberapa kali, dan terbang ke sisi seberang kota.     

Dalam perjalanan, ia terbang melewati sebuah patung burung dan menemukan sebuah tanah lapang yang luas di depan.     

Senyuman Angele menghilang dari wajahnya. Ia memicingkan matanya dan menatap seorang pria bertubuh transparan yang sedang berdiri di tengah lapangan tersebut. Angele merasa bahwa pria itu melepaskan gelombang mental yang terasa aneh. Ada lingkaran cahaya yang melayang-layang di belakang punggungnya     

"Siapa kau?" Angele bertanya dengan suara berat. Ia telah menyadari bahwa pria itu menunggu di depan pintu masuk dunia bawah tanah. Sepertinya, pria itu bukanlah petualang atau pun pengawal.     

"Itu tidak penting." Pria itu menjawab dengan wajah tanpa ekspresi.     

"Berikan Kunci Bayangan itu padaku, maka aku tidak akan memakanmu."     

"Kunci Bayangan?" tanya Angele dengan sedikit terkejut. Ia telah lupa akan benda yang didapatkannya dari reruntuhan Poros Waktu, dan jika pria itu tidak bertanya, mungkin saja ia akan benar-benar lupa bahwa ia memiliki kunci itu. Ia menyimpan begitu banyak benda dalam cermin-nya, dan ia hanya akan mengambil benda yang ia perlukan.     

Ia mendengar suara musik dari kejauhan. Sepertinya acara promosi telah dimulai. Kembang api menari-nari di atas langit dan mengeluarkan cahaya yang jauh lebih terang ketimbang cahaya matahari. Sepertinya, kembang-kembang api itu adalah benda sihir.     

Angele memandang pria itu tanpa berkata-kata, dan mereka mulai melepaskan gelombang energi yang kuat.     

Tiba-tiba, Angele tersenyum dan mengambil sesuatu dari dalam cermin-nya. Ia melemparkan benda yang diambilnya kepada pria itu.     

"Ini hanya kunci biasa. Ambillah."     

Angele melemparkan kunci itu ke sebelah kiri, dan pria itu langsung menangkapnya. Pria itu harus berjalan dari pintu masuk untuk menangkap kunci tersebut.     

Angele menggeleng dan berjalan ke pintu masuk reruntuhan.     

"Aku tidak mengatakan bahwa kau boleh pergi." Pria itu berkata dari sisi samping.     

Angele terdiam, dan senyumannya pun hilang dari wajahnya.     

"Apa yang barusan kau katakan? Katakan lagi. Aku tidak mendengarnya."     

Gelombang energi Angele terasa sangat mengerikan, hingga gelombang energi pria itu terasa jauh lebih lemah. Ia tidak menyangka bahwa pria itu akan berusaha melawannya lagi.     

Angele berhenti berjalan dan menatap orang asing itu. Cincin-cincin api muncul di dalam pupil matanya.     

Pria itu tidak menjawab. Ia mengambil kunci itu, dan tangan kanannya berubah menjadi tentakel biru raksasa yang bercahaya. Tentakel itu menyentuh tanah dan berubah menjadi begitu banyak tentakel kecil yang bercahaya.     

"Waktu akan membuktikan segalanya…" Pria itu mengatakan berbagai macam hal saat berjalan mendekati Angele. Tentakel-tentakel buatannya terus bertumbuh, hingga hampir menutupi seluruh tanah lapang tersebut.     

Tentakel-tentakel berlendir itu bergerak-gerak dan mengelilingi pria tersebut.     

Angele tertawa penuh penghinaan dan melepaskan gelombang energi-nya. Cahaya merah bersinar dari dalam tubuhnya, dan semua hal yang terkena pancaran cahaya itu meleleh. Beberapa tentakel terkena cahaya itu, dan seketika menguap. Terdengar suara teriakan-teriakan di udara.     

"Kau telah melakukan kesalahan." Perlahan-lahan, Angele membuka topengnya. Mata-mata kecil berwarna ungu berkedip-kedip di wajahnya. Semua mata itu menatap pria transparan tersebut.     

Terkejut, pria itu melihat cahaya merah di sekitar tubuh Angele membesar, dan ekspresinya berubah.     

Krak!     

Beberapa petir berwarna merah darah berkilat di langit, dan guntur berderu dengan kerasnya. Begitu banyak bayangan hitam muncul di langit dan menutupi cahaya matahari.     

Cahaya merah dari petir tersebut menerangi wajah Angele, yang terlihat sedikit mengerikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.