Dunia Penyihir

Perjamuan Eye Devil (Bagian 5)



Perjamuan Eye Devil (Bagian 5)

0Setelah memeriksa mahkota itu, semua tamu, termasuk Vapor dan Spider, kembali ke kursi mereka masing-masing.     

Perlahan-lahan, Eye Devil berjalan ke panggung dan melihat sekelilingnya.     

"Jadi, sudahkah kalian memastikan keaslian artefak ini?"     

"Tentu saja, artefak ini asli. Kami percaya pada Eye Devil. Kami percaya padamu," jawab seorang minotaur berapi dengan suara berat.     

Mendengar perkataan itu, para tamu lainnya pun tertawa.     

"Benarkah? Tetua Ebola memiliki selera yang tinggi." Eye Devil mengangguk perlahan. "Baiklah, katakan harga yang akan kau bayar."     

"10 ribu!" teriak seorang pria muda berkulit merah. Ia menggerakkan gelas wine-nya sambil tersenyum.     

"12 ribu!" jawab seorang pria. Ia baru saja berbicara dengan temannya beberapa waktu lalu.     

Kedua sosok berjubah hitam mengangguk perlahan. Salah satunya mengikuti lelang itu. "20 ribu."     

Eye Devil menatapnya. "Terima kasih, para Master dari neraka bawah."     

"Terima kasih, Eye Devil," jawab kedua sosok berjubah hitam. Sepertinya, mereka takut dengan kekuatan wanita itu.     

"23 ribu." Suara lain bergabung dalam lelang itu.     

Kedua sosok berjubah hitam itu tidak bergerak sama sekali sampai Eye Devil berhenti menatap mereka.     

Karena merasa bingung, akhirnya Ice Lance memutuskan untuk bertanya. "Tetua Snow Devil, kupikir kita tidak perlu sesopan ini pada Eye Devil."     

"Kita menghormati orang-orang yang kuat, itulah salah satu aturan dasar." Snow Devil menjawab dengan santai. "Kita bukan salah satu sosok yang tersegel. Kita hanyalah wakil. Kau ada di sini sebagai wakil ayahmu, dan aku ada di sini sebagai wakil Master-ku. Eye Devil tidak berbicara hormat pada kita, tapi pada sosok yang ada di belakang kita."     

"Kau benar." Ice Lance mengangguk.     

Harga artefak itu sudah naik menjadi 30 ribu.     

Eye Devil berkedip sambil tersenyum.     

Spider dan Vapor sedang berbincang-bincang, namun suara mereka sangat pelan, sehingga tidak ada yang mendengarnya.     

Angele dan Bone duduk di samping sambil menatap para tamu yang terus meningkatkan harga.     

"37 ribu!" Seorang pria tua berdarah Seribu Mata berdiri. Ia menggunakan suara hitam untuk memperkeras suaranya.     

Mendengar harga tersebut, seluruh ruangan menjadi hening. Sepertinya, tidak ada yang mau membayar lebih.     

Angele menatap Eye Devil. Tangan kanannya terkepal erat.     

"40 ribu." Dengan partikel energi, ia memperkeras suaranya, sehingga semua tamu bisa mendengarnya.     

Tiba-tiba, para tamu menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu.     

Beberapa detik berlalu, namun ruangan itu tetap hening.     

"41 ribu." Tetua Luis memegang tangan istrinya kuat-kuat dan ikut menaikkan harga."     

"50 ribu." Salah satu tamu utama kembali menaikkan harga.     

Spider, yang tengah memegang segelas darah segar di tangannya, segera angkat bicara. Pipi Spider yang dipenuhi kristal-kristal hijau terlihat seperti mata-mata hijau yang berkedip-kedip.     

Angele mengedikkan bahunya. "Jika Spider mau mahkota itu, aku akan berhenti di sini."     

Spider menatap Angele dan tersenyum.     

Harga akhir mahkota itu adalah 50 ribu.     

Setelah lelang berakhir, Eye Devil bertepuk tangan, memanggil dua kelompok wanita berkulit merah untuk masuk. Mereka membawa piring-piring yang berisi penuh dengan kumbang emas. Di punggung kumbang-kumbang itu, terdapat pola berbentuk seperti wajah manusia. Mereka berteriak-teriak dan berusaha kabur.     

Piring-piring itu diletakkan di depan masing-masing tamu. Anehnya, piring-piring itu melayang di atas meja, seolah memiliki tatakan tak kasat mata.     

Di depan Angele, terdapat sebuah piring yang berisi lebih dari 20 kumbang emas. Kumbang-kumbang itu berlarian ke sana kemari dan bergerak-gerak kesakitan, namun mereka tetap tidak bisa meninggalkan piring tersebut.     

"Akhirnya, makanan enak datang!" puji Bone. Ia mengambil seekor kumbang dan melemparkannya ke dalam mulutnya. Pria itu tersenyum puas setelah mengunyah kumbang itu.     

"Ini adalah Kumbang Raja dari Dunia Kegelapan. Cobalah, kau pasti suka." Bone menjelaskan.     

"Kumbang Raja?" Angele menatap kumbang-kumbang emas berkaki enam itu dengan penuh rasa ingin tahu. Beberapa ekor kumbang berusaha keras untuk membalikkan badannya.     

Angele mengernyitkan alisnya. Ia mengambil salah satu kumbang dan melemparkannya ke dalam mulutnya.     

Keenam kaki kumbang itu bergerak-gerak, sehingga Angele terdiam sesaat, namun akhirnya ia memutuskan untuk menggigit kumbang tersebut.     

Krak!     

Kumbang itu pun berhenti bergerak. Saat digigit, kumbang itu mengeluarkan cairan yang lengket dan asin. Rasanya seperti sup kerang yang kental.     

Angele berusaha untuk tidak memuntahkan cairan kumbang tersebut. Walaupun tubuhnya cukup kuat untuk menahan racun lemah pada kumbang itu, teksturnya benar-benar terasa aneh dan menjijikkan.     

"Jika kau mau, ambil saja punyaku. Aku tidak suka teksturnya." Angele memuntahkan kaki kumbang itu dan mendorong piringnya kepada Bone.     

Bone mengambil piring itu dan menuangkan isinya. "Terima kasih!" serunya dengan gembira.     

"Baiklah, lelang sudah selesai. Sekarang adalah waktunya untuk memulai acara utama." Eye Devil berdiri di atas panggung seraya menyuruh para pelayan untuk menyingkirkan mahkota tersebut.     

Wanita itu melihat sekelilingnya. Senyumannya menghilang dari wajahnya.     

"Kalian sudah dengar informasi tentang retakan kegelapan, kan?"     

"Pada retakan itu, terdapat gambar-gambar dari dunia lain. Itulah alasan kita berkumpul di sini," timpal Vapor dengan santai. "Eye Devil, langsung laporkan situasi saat ini."     

Eye Devil mengangguk. "Baiklah, jadi manakah dunia yang akan kita pilih? Kalian semua tahu rencana biasanya, kan?"     

"Tergantung retakan mana yang mudah dilewati," kata seorang pria bermata satu. "Kita semua ingin ke dunia elf, tapi kita tidak berhak memutuskan."     

"Morrow benar. Para bangsawan utara akan memilih Dunia Lautan Jiwa. Beberapa waktu lalu, mereka kalah. Aku yakin bahwa mereka ingin balas dendam." Luis menjelaskan.     

Bone duduk di kursinya. Ia sibuk memakan kumbang emas di piringnya. "Apa rencana kali ini? Eye Devil, apa kau menemukan sasaran baru untuk kita?"     

"Kita semua baru saja menghancurkan segel. Kita masih butuh waktu untuk sembuh. Mari kita tunda diskusi ini sampai kekuatan para kepala kelompok pulih. Retakan kegelapan itu akan ada dalam waktu yang lama." Eye Devil bertepuk tangan, dan dinding-dinding ruangan itu langsung roboh.     

Setelah keempat dinding menghilang, ruangan itu berubah menjadi panggung terbuka.     

Panggung itu dikelilingi oleh lautan lahar panas, dengan air terjun lahar di bagian seberangnya. Cipratan-cipratan lahar menetes ke sana kemari.     

Ternyata, ruangan itu dibangun dalam gua bawah tanah yang besar.     

Lorong-lorong gelap memenuhi gua itu, sehingga hanya sedikit lahar dari lautan yang memasuki lorong tersebut dan menghilang. Namun, air terjun di depan kembali mengisi lautan tersebut, sehingga siklus terus berlanjut.     

Angele duduk di kursinya. Temperatur tempat itu semakin meningkat.     

'Peringatan! Peringatan! Suhu ruangan telah mencapai batas kemampuan Anda.'     

Ekspresi Angele berubah, namun wajahnya tertutup topeng, sehingga tidak ada yang tahu.     

'Berapa suhu di sekitarku?' tanyanya.     

'1231 – 1257 derajat Celsius.'     

Kulitnya terbakar. Rambut merahnya terlihat seperti solder yang merah membara. Rasanya seperti terjebak di dalam kubus logam yang dipanaskan.     

Untungnya, rambutnya juga memiliki resistensi dari teknik Lautan Pusat Api. Namun, racun pada rambutnya tidak bisa bertahan melawan panas tersebut.     

Sebagian besar makhluk di ruangan itu mampu bertahan, namun ada juga yang menurunkan suhu di sekitar tubuh mereka dengan menggunakan teknik khusus.     

Tidak semua tamu mampu menahan suhu ekstrim itu dengan tubuh mereka.     

"Nah, aturannya sama seperti biasanya. Mari kita mulai pesta." Eye Devil tersenyum dan kembali ke kursinya.     

Tiba-tiba, roh-roh api transparan muncul di sekitar panggung. Setiap roh itu memiliki ukuran sebesar kepalan tangan manusia, dengan sayap tak terlihat pada punggung mereka. Roh-roh telanjang itu memainkan musik menggunakan harpa mereka, dan musik itu semakin mengeras, hingga suara dari air terjun lahar nyaris tidak terdengar.     

Musik itu sangat indah, seperti gabungan nyanyian seorang gadis dan anak lelaki yang masih kecil.     

Beberapa pria dan wanita bermata satu saling berpelukan, sebelum jatuh dan berguling beberapa kali.     

Para pria dan wanita berkulit merah berdarah Seribu Mata langsung turun ke lantai dan bercumbu.     

Sebagian besar tamu terkena efek musik itu. Bahkan, Spider pun melompat ke pangkuan Vapor. Ia berusaha menggoda pria tersebut.     

Eye Devil duduk di samping. Ia menikmati pertunjukan itu sambil minum segelas wine darah.     

"Ini lagi…? Membosankan." Bone berdiri. "Aku akan pergi sekarang." Ia menatap Angele. "Phoenix, kau tidak tertarik, kan? Ayo pergi denganku."     

"Iya." Angele pun berdiri. "Mari kita pergi. Tunggu, Eye Devil, di mana benda-benda yang kau janjikan?" Angele menatap wanita itu.     

"Tenang saja, sudah kusiapkan." Eye Devil tersenyum. "Aku sudah menyuruh pelayan-pelayanku untuk mempersiapkannya." Ia bertepuk tangan.     

Seorang gadis berkulit merah muncul di tepi panggung. Ia berjalan mendekati Angele dan Bone.     

"Master, mohon ikuti saya."     

Angele dan Bone mengangguk dan mengikuti gadis itu ke portal berwarna merah gelap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.