Dunia Penyihir

Manor (Bagian 1)



Manor (Bagian 1)

0Angele menarik busurnya kuat-kuat dan mengarahkan anak panahnya tepat ke sang Claw Warrior. Titik-titik kecil berwarna kebiruan berpendar di matanya.     

"Zero, dapatkah kau tunjukkan padaku titik lemah medan pelindung makhluk itu?" gumamnya.     

Garis-garis berwarna kebiruan muncul di depan pandangan Angele, hingga menutupi sang Claw Warrior. Barisan informasi berwarna biru muncul di samping tubuh makhluk tersebut.     

'Misi gagal. Membutuhkan informasi yang lebih lengkap.' lapor Zero. Ia pun berhenti menganalisa.     

Angele memicingkan matanya. Ia menoleh ke belakang untuk mencari gerbang itu, namun gerbang itu telah menghilang, digantikan oleh dinding berwarna kelabu.     

Angele berjalan mundur hingga punggungnya menyentuh dinding. Ia ingin memastikan bahwa dinding itu bukanlah ilusi semata.     

Si jubah merah masih terus bertarung di garis depan. Jari-jarinya kembali menggosok cincinnya.     

"Ledakan!" teriak pria itu.     

Titik kecil berwarna merah muncul di depannya. Titik itu kemudian membesar dan berubah menjadi bola api yang membara. Bola itu didorongnya ke depan tanpa mempedulikan cipratan api yang berkilat-kilat, sehingga bola itu terbang perlahan ke arah Claw Warrior. Dari sudut pandang Angele, bola itu sangat lamban. Gerakan bola itu selamban orang biasa yang sedang melemparkan bola.     

Ketika bola api itu berhasil menarik perhatian makhluk setengah kepiting itu, si jubah merah segera mengambil sebuah botol kecil seukuran jari yang berisi cairan berwarna ungu dari kantongnya. Botol itu meledak seketika setelah dibanting oleh si jubah merah.     

KRAK!     

Asap tebal dari ledakan botol itu menyebar ke seluruh penjuru, sehingga menghalangi pandangan semua orang di sana.     

Messi mengambil sebilah pisau perak dan perlahan-lahan menggambar sebuah pola di tanah. Pegangan pisau itu berukiran pola rumit, namun sebenarnya 'pola' itu hanyalah rune yang dihiasi oleh garis yang meliuk-liuk. Di samping kakek itu, cucunya berdiri dengan gelisah. Melihat situasi sekarang ini, ekspresi wajahnya terlihat pasrah.     

Beberapa detik kemudian, Messi berdiri dan mulai menggumamkan mantra. Ia dan cucunya menghilang dengan cepat. Sementara itu, si jubah hitam berjalan tertatih-tatih ke tepi teras.     

Angele menoleh ke sudut teras itu. Ia melihat sebuah pintu kayu kecil bergerak-gerak, yang muncul entah kapan dan bagaimana. Namun, dalam beberapa saat, Angele tertinggal sendirian di teras itu.     

"Apa apaan ini?" Angele mengerti apa yang mereka rencanakan. Menyadari bahwa Angele tidak siap dan tidak tahu cara bertahan hidup di tempat seperti ini, mereka ingin menggunakan Angele sebagai umpan untuk bertarung melawan Claw Warrior itu terlebih dahulu. Jika Angele mati, mereka akan bisa membunuh makhluk yang sudah dilemahkan Angele itu.     

"Ikutlah denganku," terdengar suara bisikan seseorang dari belakang.     

Angele berbalik dan melihat tangan yang terulur ke arahnya. Tangan itu berasal dari tempat di mana Messi dan cucunya menghilang. Dari penampilan lengan pakaiannya, jelas bahwa itu adalah suara cucu Messi.     

"Jangan! Dia bukan urusanmu!" teriak Messi.     

'Gadis itu sangat ramah.'     

Angele tersenyum, namun ia bergeming. Ia sadar bahwa sudah terlambat untuk berlari. Makhluk itu telah menyadari keberadaannya, dan menurut informasi Zero, bahkan jika ia berlari sangat cepat sekalipun, ia tidak mungkin bisa menghindari makhluk itu.     

"HA!" teriak sang Claw Warrior sembari mengangkat capitnya ke udara. Bola api dari cincin si jubah merah berhasil ditangkisnya dengan mudah, sehingga bola itu langsung menghilang di udara.     

Manusia setengah kepiting itu mengayunkan cakarnya beberapa kali. Ia keluar meninggalkan kolam dan berlari ke arah Angele, sehingga ia meninggalkan jejak air yang menggenang di bawahnya. Kulit makhluk itu sangat keras seperti pelindung dari logam, dan sangat kuat seperti alat berat, hingga tanah bergetar saat ia berlari.     

Angele melepaskan anak panahnya. Ia berbalik dan berlari kencang ke ujung tempat itu tanpa memastikan apakah panahnya mengenai makhluk itu atau tidak. Saat ia melihat pintu kayu itu di sudut, ia sudah berlari jauh lebih cepat ketimbang pria berjubah hitam tadi. Sambil berlari, Angele dengan cepat mengambil benda sihir, yang dibuatnya beberapa waktu lalu, dari kantongnya. Ia pun berbalik dan mengarahkan benda berbentuk jantung itu ke arah Crab Warrior yang mengejarnya.     

Sinar api hijau muncul dari tengah jantung itu dan melesat cepat ke arah sasaran.     

Sangat jelas bahwa Angele sedang berusaha keras untuk mengalihkan perhatian makhluk itu. Lagi-lagi, ia berbalik dan menghilang masuk ke dalam pintu.     

TING!     

Panah hitam yang ditembakkannya mengenai dahi makhluk itu, namun ternyata panah itu tidak mempan sama sekali. Dahi makhluk itu tidak tergores sedikit pun, dan panah tersebut langsung terjatuh ke tanah.     

Namun, tidak disangka, api hijau dari benda sihir Angele membuat makhluk itu takut dan berhenti berlari. Claw Warrior tersebut memiringkan tubuhnya ke kiri untuk menghindari serangan, sehingga Angele menggunakan kesempatan itu untuk terus berlari.     

Cipratan bara hijau mengenai tubuh makhluk itu, sehingga terdengar suara seperti daging yang sedang dipanggang. Asap hijau membumbung dari bagian kulitnya yang terciprat, namun ia tetap tidak terluka.     

Claw Warrior itu benar-benar geram, namun Angele sudah menghilang jauh. Makhluk itu meraung-raung dan mencari sasaran selanjutnya. Si jubah merah dan jubah hitam telah lama menghilang di balik pintu. Jika saja si jubah merah tidak bersembunyi menggunakan asap buatannya, Claw Warrior itu mungkin sudah mati terbunuh sebelum mencapai pintu.     

Sementara itu, Messi dan cucunya masih tidak terlihat. Mereka hanya berdiri dan menonton kejadian itu.     

"Sekarang bagaimana, Kakek?" tanya gadis kecil itu dengan suara yang gemetar. Mereka sadar bahwa makhluk yang tengah memburu mereka memiliki ketahanan yang kuat terhadap sihir maupun serangan fisik, karena kulitnya sangat keras.     

Messi melihat dua pintu di kedua sisi. Angele telah memilih pintu yang kiri, sementara kedua penyihir lainnya memilih pintu yang kanan. Si kakek menggertakkan giginya. Keraguan terlihat jelas pada raut wajahnya.     

Seekor Claw Warrior lain muncul dari kolam. Kali ini, makhluk itu adalah wanita. Ia bercapit kepiting dan mengenakan dua kerang putih sebagai penutup puting susunya. Ia juga tidak memiliki alat kelamin seperti Claw Warrior yang sebelumnya. Tubuh wanita itu lebih proporsional dan menarik.     

"Ah!" teriak wanita itu, sehingga tujuh ekor Claw Warrior berdiri keluar dari kolam. Beberapa adalah pria, dan yang lainnya adalah wanita. Kulit semua makhluk itu berpendar keemasan.     

Waktu Messi akan habis. Salah satu Claw Warrior wanita telah menyadari keberadaan mereka. Makhluk itu terus menatap ke arah keduanya.     

"Lari!" teriak Messi seraya berlari ke pintu sebelah kanan. Pergerakan mereka membuat mereka kembali terlihat.     

Namun, cucu Messi berlari ke pintu sebelah kiri, pintu yang dimasuki Angele. Messi tidak sempat memberi perintah yang jelas pada cucunya, sehingga mereka berlari ke arah yang berlawanan.     

"Kakek! Kemarilah! Pemuda itu meminta kita untuk mengikutinya." teriak gadis itu dengan gugup.     

"Kenapa? Dia sendirian di sana dan tidak tahu apa-apa tentang tempat ini!     

Messi terdiam selama beberapa saat. Ia hendak mengatakan sesuatu pada cucunya, namun makhluk-makhluk itu semakin mendekat. Ia melambaikan tangan pada cucunya sebelum memasuki pintu.     

Gadis kecil itu berlinang air mata. Ia ingin tetap bersama kakeknya, namun tidak ada waktu lagi. Satu-satunya pilihan adalah cepat-cepat berbalik dan memasuki pintu yang ada di depannya.     

Angele terus berlari melewati semak belukar, hingga ia sampai ke pemakaman yang tak terawat. Di pemakaman itu, terdapat beberapa batu nisan putih yang tertutup semak belukar dan alang-alang.     

'Claw Warrior tidak pernah bertarung sendiri. Mereka selalu bertarung dalam kelompok.' Angele membaca informasi itu dari penyimpanan Zero.     

'Di sana, setidaknya ada empat ekor Claw Warrior. Mungkin aku bisa bertarung melawan dua ekor.' Angele meletakkan jantung itu ke dalam kantongnya. Ia membawa tiga kantong yang berisi benda-benda yang berbeda.     

Dari salah satu kantong, ia mengambil sebutir telur kecil berwarna hijau. Sepertinya, telur itu adalah telur suatu makhluk aneh. Telur itu transparan, dan ukurannya sama dengan kepalan tangan orang dewasa.     

Ia telah memberitahu gadis kecil itu untuk mengikutinya sebelum ia pergi meninggalkan kolam. Gadis itu sangat baik dan telah berusaha menolongnya, sehingga Angele berusaha keras untuk membalas budi baik gadis itu walaupun ia tidak yakin apakah gadis itu akan percaya pada orang asing.     

Sebelum pergi, Angele sempat memeriksa kekuatan si jubah hitam dan jubah merah. Si jubah merah adalah seorang calon penyihir tingkat dua, dan ia mampu bertahan hidup pada pertarungan pertama karena kekuatan benda sihir berupa cincin yang ia kenakan pada jarinya. Namun, kekuatan benda itu telah ia gunakan sebanyak dua kali, sehingga tidak mungkin ia bisa menggunakan benda itu lagi. Si jubah hitam adalah seorang pengguna ramuan, dan ia tidak memiliki benda sihir ataupun kekuatan yang cukup. Angele tidak yakin jika mereka bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup.     

'Jika gadis itu mendengarkan saranku dan mengikutiku ke sini, mungkin aku bisa mempelajari sedikit informasi tentang tempat ini.' pikir Angele seraya melompat ke dalam semak belukar dan berguling beberapa kali. Ia telah mengaktifkan fungsi deteksi Zero, dan saat ini, ia sedang menunggu.     

Ia terus bersembunyi di balik semak belukar setinggi dua meter itu dan berjongkok agar tidak ada yang bisa melihatnya.     

Langit berwarna kelabu dan berselimut awan tebal, yang menunjukkan bahwa sebentar lagi akan turun hujan.     

Di dalam semak belukar itu, terdapat lalat-lalat hitam yang beterbangan mengerubuti Angele.     

Alasan mengapa Angele memilih tempat itu untuk bersembunyi adalah karena lalat-lalat itu. Lalat itu mudah ditemukan di padang rumput dan tidak beracun. Di tempat aneh ini, ia memilih untuk tinggal di tempat yang setidaknya terasa tidak asing.     

Setelah beberapa saat, terdengar suara tapak kaki yang sangat cepat.     

Tiga makhluk sedang mendekati tempat persembunyiannya. Salah satunya terdengar ketakutan, sementara kedua sisanya sangat marah. Angele menurunkan tubuhnya dan meminta Zero untuk menandai ketiganya dengan garis biru agar ia tidak perlu keluar dari persembunyiannya.     

Berdasarkan bentuk tubuh dan suara tapak kaki mereka, Angele menyadari bahwa gadis kecil itu sedang dikejar oleh dua ekor Claw Warrior.     

Ia berada sekitar 30 meter dari pintu, yang merupakan satu-satunya jalan. Claw Warrior mengejar gadis itu seperti perkiraan Angele.Claw Warrior itu bergerak dengan sangat cepat.     

Suara tapak kaki mereka terdengar semakin dekat. Angele menunduk dan menutup matanya untuk memeriksa informasi yang dikirimkan Zero.     

Ia meletakkan tangan kanannya di atas pegangan pisau di pinggangnya dan menarik pedang itu perlahan-lahan. Tempat itu sangatlah sepi, hanya terdengar suara langkah kaki yang bergema. Angele menenangkan dirinya dan mulai fokus ke arah kedua musuhnya.     

Tap! Tap!     

Suara tapak kaki itu akhirnya sampai ke dekatnya.     

Tiba-tiba, Angele membuka mata dan melompat keluar dari semak belukar.     

CRAS!     

"AHH!" teriak salah satu Claw Warrior wanita.     

Makhluk itu meletakkan cakarnya di atas salah satu matanya. Terlihat darah mengucur dan menetes ke tanah.     

Angele berdiri tanpa suara dan bersiap-siap sambil membawa pisau. Titik-titik cahaya biru berkelap-kelip di depan kedua matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.