Dunia Penyihir

Melawan (Bagian 2)



Melawan (Bagian 2)

0Ekspresi Angele berubah. Ia mundur selangkah dan mengangkat tangan kanannya.     

Sebuah lingkaran sihir emas muncul di tanah dan berputar-putar perlahan.     

Duar!     

Cahaya emas muncul dari tanah dan melesat ke arah Terry, yang telah berubah menjadi panah raksasa.     

Sepuluh cercah cahaya emas muncul satu per satu. Semuanya melesat dengan cepat ke arah Terry.     

Seketika, gumpalan tipis asap hijau muncul dan melayang-layang, sebelum berubah menjadi beberapa ekor ular hijau berkepala tiga dengan tiga mata yang bersinar hijau. Seperti cahaya tadi, ular-ular tersebut terbang cepat ke arah Terry.     

Cahaya keemasan, ular-ular, dan kabut beracun menyerang Terry, yang telah berubah menjadi panah kilat emas.     

Tanpa sedikit pun rasa takut, Angele mengangkat tangan kanannya dan melepaskan dua bola lahar panas. Cahaya hitam bersinar di matanya, dan cairan keperakan mengalir keluar dari tubuhnya sebelum berubah menjadi ribuan jarum kecil yang melayang-layang.     

Beberapa bilah jarum hitam bercahaya tersembunyi di antara jarum-jarum kecil itu – taktik yang sederhana namun efektif.     

Angele menunjuk ke depan.     

Shing! Shing! Shing!     

Terdengar suara seperti ribuan panah yang ditembakkan dari busur.     

Ribuan jarum-jarum perak terbang ke arah Terry, mengikuti semua ular dan cahaya emas tadi.     

Wajah Angele telah memucat karena terlalu banyak menggunakan sihir. Tanpa membuang waktu, ia mengambil dua botol ramuan penyembuh mana dan membuka penyumbatnya.     

Setelah terbuka, ia segera meminum habis isi kedua botol itu. Ramuan tersebut terasa manis dan segar, sehingga ia merasa jauh lebih baik.     

Meletakkan dua lingkaran sihir benar-benar menghabiskan mana dan energinya.     

Selain itu, ia menggunakan sebagian besar kekuatan mental-nya untuk memperkuat medan pelindung dan mengendalikan jarum-jarum perak yang melayang di udara. Angele sering menggunakan taktik yang sederhana dan efektif ini – selain mampu menyakiti seorang penyihir secara fisik, jarum-jarum tersebut mampu mengubah siapa pun yang tertusuk menjadi batu.     

Setelah kedua botol ramuan habis, ia menatap panah emas Terry dengan seksama. Ia berusaha memprediksi apa yang akan musuhnya lakukan selanjutnya.     

Duar!     

Setiap kali panah itu terkena cahaya emas, kecepatannya sedikit berkurang. Terry berusaha menghindari cahaya-cahaya itu, namun ia masih terkena tujuh atau delapan kali, sehingga kecepatannya berkurang drastis.     

Setelah cahaya-cahaya perak, kabut hijau beracun dan ular-ular beradu dengan panah Terry. Setiap kali ular-ular tersebut menabrak Terry, sebagian kilat-kilat yang ada di sekitar panahnya berkurang.     

Serangan tersebut membuat panah Terry memendek, dari dua meter menjadi satu meter.     

Perlahan-lahan, wajah Terry muncul pada mata panah.     

"Kau pikir trik-trik murahan ini bisa menghentikanku?" Terry menatap Angele. Ia merasa terhina.     

Shing!     

Panah emas Terry segera menyerap semua kilat-kilat di sekitarnya dan mengubah panah itu menjadi panah panjang yang terbuat dari emas murni.     

Shing! Shing! Shing!     

Cahaya-cahaya emas dan ular kabut dari lingkaran sihir Angele hancur, sehingga panah emas itu bertabrakan langsung dengan jarum-jarum perak buatan Angele.     

Klang! Klang! Klang!     

Terdengar suara seperti jarum kecil menabrak perisai raksasa.     

"Ini hanya membuang-buang waktu…" Suara Terry terdengar dari mata panah itu. "Aku benar-benar kecewa. Kau lebih lemah dari perkiraanku, dan… Ah!" Tiba-tiba, wanita itu berteriak kesakitan.     

Duar!     

Tiba-tiba, panah emas itu meledak dan berubah menjadi kilat-kilat petir, yang kembali menyatu menjadi sosok Terry.     

Wajahnya terlihat sangat geram. Terlihat sebuah jarum hitam tertancap di dada kanannya. Dari luka kecil itu, perlahan-lahan tubuhnya menjadi batu.     

Terry menyentuh rune segitiga di dahinya, dan rune itu berkilau dengan cahaya emas.     

Di bawah kakinya, muncul sebuah lingkaran sihir hijau dengan cahaya keemasan. Lingkaran itu terlihat sangat rumit. Berbagai macam rune terus berputar-putar di atasnya.     

Duar!     

Rune emas, asap hijau, dan kilat-kilat petir emas menyatu menjadi satu sebelum meledak.     

Cahaya itu sangat terang, hingga memaksa Angele untuk menutup matanya. Kekuatan ledakan itu mendorongnya beberapa langkah.     

Di tempat Terry berdiri, hanya ada sebuah bola cahaya berdiameter sekitar tiga meter.     

Bola itu berguling ke depan. Ukurannya berubah-ubah, dan permukaannya penuh dengan kilat-kilat emas.     

Angele berusaha menyembuhkan diri. Rasanya seperti kulitnya tertusuk ribuan jarum.     

Ia memfokuskan pandangan ke depan seraya menatap bola Terry untuk mengantisipasi gerakan.     

Duar! Duar!     

Kedua bola lahar itu masuk dan meledak dalam bola emas Terry.     

Shing!     

Tiba-tiba, laser cahaya emas muncul dari bola itu dan melesat ke arah Angele.     

Laser itu sangat cepat, hingga Zero tidak dapat memberikan peringatan. Gagal menghindari laser itu, pandangannya menjadi buram selama beberapa saat, kemudian ia merasakan sakit pada dada kanannya.     

Brak!     

Serangan itu sangat kuat, hingga suara tulangnya yang retak terdengar jelas. Rasanya seperti ditabrak seekor gajah, sehingga Angele mundur beberapa langkah. Ia merasa kesakitan dan nyaris pingsan.     

Angele memegang dada kanannya erat-erat. Perisai pelindung buatan kalajengking pemberian Vivian telah tertembus dan hancur, sehingga perisai itu menghilang.     

Dadanya gosong menghitam. Banyak tulang rusuknya hancur, dan pelindung logam pada kulitnya telah menghilang.     

Bola cahaya itu menjadi transparan, menghilang, dan berubah kembali menjadi sosok Terry. Wanita itu juga terluka parah.     

Terlihat sebuah lubang besar berdarah di tengah dadanya. Lubang itu nyaris menembus tubuhnya, hingga nyaris tidak ada daging yang tertinggal di sana.     

"Dua lingkaran sihir penyerang. Berapa banyak kekuatan mental yang kau habiskan? Kau gila?" Terry menatap Angele dengan geram. "Harus kuakui, aku telah meremehkanmu."     

Angele menjadi heran setelah melihat Terry. Walaupun wanita itu telah terluka parah, ia masih tetap hidup. Ia mengira bahwa hanya penyihir tingkat 4 yang akan bertahan setelah terluka separah itu. Tidak seperti jarak tingkat 3 dan 4, perbedaan penyihir tingkat 2 dan 3 adalah poin kekuatan mental yang mereka miliki.     

Walaupun Terry hanyalah seorang penyihir tingkat 3, kekuatan sihirnya nyaris sama dengan Angele, dengan rata-rata sekitar 200 derajat. Angele telah menghajar wanita itu dengan bantuan empat bola lahar, dua lingkaran sihir penyerang kualitas tinggi, dan jarum sihir batu yang ia miliki, namun wanita itu masih bisa bangkit dan menyerang.     

Seketika, Angele sadar bahwa musuhnya sangatlah kuat.     

"Begitu, ya? Apa aku termasuk lawan yang kuat sekarang?" Angele berusaha menenangkan dirinya. Ekspresi wajahnya tampak datar. Serangan dari bola emas tadi membuatnya terluka parah, namun ia memiliki ketahanan yang tinggi. Ia juga masih punya kekuatan darah kuno.     

Luka pada dadanya sudah mulai sembuh. Terlihat jelas otot-otot dan dagingnya bergerak-gerak dan menyembuhkan bagian tubuhnya yang terbakar.     

"Ada jiwa lain dalam dirimu. Aku bisa merasakannya. Kau tidak bisa menyembunyikan jiwa itu dariku." Terry menarik nafas dalam-dalam dan menurunkan tangannya, menunjukkan bahwa luka di dadanya telah berhenti berdarah. Sepertinya, ia meminum ramuan-ramuan penyembuh berkualitas tinggi, atau menggunakan benda-benda sihir dengan kekuatan penyembuhan.     

"Jiwa siapa yang kau miliki? Kau kira jiwa itu akan membantumu?" Terry menggeleng. "Aku punya benda sihir dalam kantongku. Benda itu mampu mengikat jiwa itu. Beberapa menit lalu, kau nyaris saja mati, namun jiwa itu tidak menolongmu. Tidakkah kau merasakan ada yang aneh?"     

"Hm?" Angele berpura-pura terkejut. "Apa maksudmu?"     

"Jangan coba-coba menipuku. Saat ini, jiwa itu tidak bisa berbicara denganmu. Sepertinya ia mengira bahwa kau masih aman. Namun, saat kau mati, jiwa itu akan ikut mati." Terry mengangkat tangan kanannya dan menciptakan sepasang perisai pavise berwarna emas.     

"Matilah kau!" Wanita itu berlari ke arah Angele sambil membawa sepasang perisai setinggi satu meter.     

Krak!     

Tiba-tiba, muncul sebuah retakan besar pada tebing.     

Sepertinya, tebing itu sudah tidak mampu bertahan melawan kekuatan sihir mereka.     

Gumpalan-gumpalan asap hitam muncul di atas Tebing Neraka dan membentuk bola-bola mata hitam di udara.     

Bola-bola mata itu berukuran sama dengan kepala manusia. Semua mata itu menatap Angele dan Terry dengan serakah, seperti hewan buas yang kelaparan.     

**     

Di seberang Tebing Neraka…     

Stigma berlutut di tanah sambil menatap Cena dengan benci. Nafasnya terengah-engah karena kelelahan.     

Tiba-tiba, mereka melihat mata-mata hitam yang melayang di udara.     

"Mereka…?!" Stigma terbelalak. "Mata Kematian…"     

Melihat pemandangan itu, Cena pun terkejut.     

"Mata Kematian, makhluk yang dapat membunuh penyihir tingkat 4… Tunggu… Apa rencana kita sudah mencapai tahap akhir?!"     

"Apa? Tahap Akhir? Apa maksud kalian…" Stigma menjadi bingung.     

Cena hanya menatapnya tanpa menjawab.     

"Pertarungan ini harus ditunda. Arus Kematian telah datang, dan aku harus segera pergi. Kita akan bertemu lagi," kata Cena setelah mengambil tangan kirinya dari tanah.     

"Tunggu, bagaimana dengan teman-temanmu?" Stigma memicingkan matanya. "Apa mereka tahu tentang Arus Kematian ini?"     

"Tentu saja," jawab Cena.     

Duar!     

Terdengar suara memekakkan telinga dari seberang tebing.     

**     

Angele berdiri tanpa mengatakan apa pun. Ia membawa dua bilah pedang berujung lebar di kedua tangannya. Tebing tempat mereka berdiri sangatlah rawan, sehingga mereka bisa jatuh kapan saja.     

Setelah memeriksa mata-mata itu dengan chip-nya, ia menyadari bahwa makhluk itu sangatlah berbahaya, sehingga ia tidak boleh tersentuh sedikit pun. Bahkan, ia tidak yakin apakah Henn bisa menangkis serangan mata-mata itu saat ia belum menjadi jiwa.     

Jika mereka menyentuh asap itu, mereka pasti akan mati.     

Asap hitam itu mampu mengeluarkan asam dengan kekuatan serangan seribu derajat.     

Jantung Angele berdegup kencang. Ia merasa takut sekaligus senang akan situasi hidup dan mati yang sedang ia hadapi. Bagi Angele, pertarungan ini sangatlah seru.     

Rasanya seperti berjalan di atas tali yang tergantung di atas tebing. Satu kali saja salah langkah, ia akan terjun bebas dan menemui ajalnya.     

Terry berdiri di seberang Angele, tepat di dekat bagian tebing yang telah retak. Wanita itu menatap Angele sambil memegang sepasang perisai pavise yang berlubang karena serangan Angele.     

"Mengapa kau masih di sini?" tanya Terry dengan tenang. "Tebing Neraka akan dikepung oleh Arus Kematian, dan kau harus pergi setidaknya 3 kilometer dari tempat ini. Arus Kematian dapat membunuh penyihir di bawah tingkat 4 dengan mudah."     

"Aku tidak akan pergi." Angele mengayunkan pedangnya beberapa kali. "Bukankah ini indah? Aku sangat bahagia, hingga tubuhku gemetar. Menyelesaikan pertarungan di tempat berbahaya ini akan sangat seru. Memikirkannya saja membuatku senang." Angele menjilat bibirnya yang kering dan berkata.     

"Penyihir-penyihir yang hidup dalam damai hanya akan membusuk sampai ajal. Walau kita mati bersama dalam pertarungan ini, setidaknya kita akan bahagia sampai ajal akhirnya menjemput." Angele merentangkan tangannya.     

Terry memicingkan matanya. "Kau sudah gila?!" Wanita itu melompat maju dan berubah menjadi kilat emas.     

"Tidak, ini akan menjadi memori yang tak terlupakan." Angele tersenyum, kemudian melepaskan tembakan cahaya merah dari signet not musik di dadanya.     

Brak!     

Terry bergerak mundur dan berubah kembali menjadi wujud aslinya. Ia terjatuh dan menggeleng beberapa kali.     

"Kau! Beraninya kau!" erangnya seraya memegang kedua perisainya erat-erat.     

Duar!     

Tebing tempat mereka berdiri akhirnya terpisah, sehingga kedua penyihir terjatuh ke dalam kegelapan, bersama dengan kepingan batu yang telah hancur.     

Dari kejauhan, terlihat batu kuning raksasa meluncur ke dalam kegelapan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.