Dunia Penyihir

Pertemuan Kembali (Bagian 2)



Pertemuan Kembali (Bagian 2)

0Dengan bantuan sistem informasi Menara Penyihir Kegelapan, Angele mendapatkan berbagai macam informasi tentang keberadaan bahan-bahan langka di sekitarnya. Ia hanya tertarik pada bahan-bahan langka yang bisa membuatnya menjadi lebih kuat, namun sekarang masalahnya adalah tingkat bahaya reruntuhan dan lama perjalanannya. Tanpa surat Hikari, ia tidak akan tahu ada reruntuhan dengan harta yang cukup lumayan di dekat kota kecil seperti kota bandara itu.     

'Reruntuhan Iverson terkenal karena ukurannya yang besar, tidak seperti reruntuhan-reruntuhan yang pernah kukunjungi dulu. Kadal Bertubuh Separuh itu akan sangat membantu penyihir di bawah tingkat 4, namun jika Menara Penyihir Kegelapan punya informasi ini, itu artinya organisasi-organisasi lain mungkin sudah tahu.'     

Ekspresinya berubah. Ia tidak tahu harus bergabung atau tidak.     

Setelah menghabiskan bertahun-tahun untuk menstabilkan kekuatan mentalnya dan mempelajari sihir-sihir tingkat 2, tidak ada yang berubah sama sekali. Walaupun naik ke tingkat 2 dan 3 relatif lebih mudah dibandingkan naik ke tingkat 4, tubuhnya akan terluka permanen jika ia gagal. Itulah mengapa para penyihir hanya akan mencoba naik ke tingkat selanjutnya saat mereka benar-benar siap, walaupun mereka memiliki teknik meditasi tingkat tinggi.     

Sepertinya, Hikari mendapatkan informasi tersebut baru-baru ini dan ingin mencoba peruntungannya. Namun, reruntuhan itu sangatlah berbahaya. Walaupun informasi mengatakan bahwa tingkat bahaya reruntuhan itu adalah 3 poin, hal-hal buruk lain mungkin akan terjadi karena banyaknya penyihir yang menginginkan harta tersebut.     

Kunjungan-kunjungannya ke reruntuhan tidak pernah berakhir baik. Kebanyakan anggota tim-nya terbunuh dalam perjalanan menuju harta yang mereka inginkan.     

Tidak seperti penyihir di perbatasan barat, penyihir di negeri tengah memiliki target yang jelas. Meningkatkan kekuatan dengan teknik meditasi tingkat tinggi akan lebih aman ketimbang membahayakan diri berpetualang di reruntuhan-reruntuhan misterius.     

Hanya penyihir-penyihir yang suka berpetualang atau penyihir tanpa informasi lengkap tentang teknik meditasi tingkat tinggi yang mau berpetualang di reruntuhan.     

Organisasi Tangan Elemental telah mengetahui hubungannya dengan Vivian. Jika Henn memutuskan untuk membocorkan rahasianya pada Vivian, ia yakin bahwa Vivian tidak akan percaya.     

Biasanya, Kadal Bertubuh Separuh sangat sulit ditemukan, namun jika ia menemukan kadal itu, proses meditasinya akan sangat terbantu. Jika ia benar-benar tidak ingin membahayakan diri, ia bisa meminta penyihir-penyihir anggota organisasi untuk masuk dan menjelajahi reruntuhan itu.     

Lagipula, akan memakan waktu lama untuk pergi ke kota bandara dari rumahnya di tepi sungai.     

Namun, di sisi lain, Angele merindukan Hikari dan teman-temannya. Ia memutuskan untuk datang ke pertemuan dan memikirkan keputusan untuk ikut nanti.     

Ia menggosok cincin kecubung-nya, sehingga layar di atas meja segera menghilang.     

"Lyn!"     

"Iya, Master." Seorang wanita muda dengan rambut hitam berkuncir kuda berjalan keluar dari kamar di lantai 1. Terlihat beberapa tetes tinta mengotori lengan bajunya. Ia sedang menulis sesuatu saat Angele memanggil.     

"Beberapa hari lagi, aku akan pergi meninggalkan rumah." Angele segera berdiri. "Bersiap-siaplah, mungkin aku akan membutuhkan bantuanmu dalam pertarungan nanti."     

"Saya mengerti." Tanpa ragu, Lyn menyanggupi perintah Angele. Sifatnya yang penurut membuat Angele senang, sehingga ia memberikan banyak bahan langka dan benda-benda sihir pada wanita itu sebagai hadiah.     

Setelah sepuluh tahun pun, wajah wanita itu sama sekali tidak berubah. Seperti penyihir lainnya, ia memiliki banyak cara agar wajahnya tidak berubah karena termakan waktu.     

"Apakah aku perlu memberitahu Master Vivian tentang perjalanan ini?" tanyanya melalui partikel energi.     

"Tidak perlu. Kita akan cepat kembali. Kau akan melindungiku, kan?" jawab Angele.     

Lyn adalah salah satu penyihir tingkat 2 terkuat yang pernah Angele temui. Kekuatannya inilah salah satu alasan mengapa Vivian mempercayainya sebagai pengawal Angele.     

"Saya mengerti."     

Vivian, Lyn, dan Black Earth memahami bahwa Angele memiliki alat sihir yang akan melindunginya dari bahaya. Lagipula, ia tidak perlu memberitahu Vivian tentang semua keputusannya.     

"Segeralah bersiap-siap."     

"Baik, Master."     

**     

Di kota bandara…     

Hari sudah senja, dan kota itu terasa lengang.     

Sebuah kereta putih, dengan hiasan berbentuk seperti sulur perak, berhenti di luar dinding abu-abu, tepat di depan lapangan bertarung besar di tengah kota.     

Pintu segera terbuka, memperlihatkan seorang wanita cantik dengan rambut hitam. Wanita tersebut memiliki wajah yang cantik dan sikap yang elegan. Pada bagian dada jubah putih panjangnya, terdapat sebuah simbol berbentuk seperti timbangan perak.     

Kusir kereta, seorang pria kekar berbaju zirah abu-abu, sedang tidur di kursi.     

Beberapa pejalan kaki, yang mengenakan pakaian tebal, berjalan berlalu-lalang di jalan kota.     

Cahaya dari matahari yang terbenam sama sekali tidak terasa hangat.     

Waktu berjalan.     

Wanita di dalam kereta menatap jalanan tanpa mengatakan apa-apa.     

Akhirnya, saat melihat seorang pria berpostur tinggi berbalut jubah hitam, wanita itu tersenyum. Pria itu segera berhenti di depan kereta dan melompat masuk.     

"Tidak ada yang berubah, Stigma. Tidak ada yang berubah." Wanita itu tersenyum.     

"Kau benar, Hikari. Tidak ada yang berubah." Pria itu melepaskan tudungnya, memperlihatkan wajah yang pucat. Warna mata dan rambutnya tidak lagi hitam, melainkan ungu gelap. Namun, perubahan itu nyaris tidak terlihat.     

"Di mana mereka?" bisik Stigma.     

"Aku tidak tahu apa mereka mau bertemu dengan kita. Walaupun kita masih berbincang-bincang belakangan ini, tidak ada yang berani membicarakan perkembangan mereka. Tidak ada yang mau melanggar ketentuan organisasi, jadi aku tidak tahu keadaan mereka sekarang." Hikari menjelaskan. "Bagaimana keadaan keluargamu?"     

"Baik-baik saja. Percaya atau tidak, saudara dan ibuku masih mengira bahwa aku adalah seorang calon penyihir tingkat 3. Tapi, situasi semakin buruk seiring berjalannya waktu. Jika mereka menyerang lagi, aku ingin kalian membantuku. Jangan khawatir, akan sangat mudah melawan mereka." Stigma berkata tanpa berbasa-basi.     

"Sepertinya tidak akan sulit." Hikari terlihat terkejut.     

"Iya. Sangat mudah." Stigma tertawa.     

"Kedengarannya menarik."     

"Reyline bergabung dengan Paguyuban Penyihir, sementara Green bergabung dengan Tangan Elemental. Hanya itu yang kutahu. Mengirim pesan dengan menara pengirim pesan membutuhkan waktu beberapa bulan, dan aku tidak tahu apa mereka membaca pesanku atau tidak." Hikari menghela nafas.     

"Kuharap mereka semua datang. Aku sudah menyiapkan hadiah spesial." Stigma menatap Hikari.     

"Aku sudah mengatakan itu di pesan. Semoga kau tidak mengecewakan kami." Hikari menggeleng.     

"Ayolah, aku tidak akan pernah berbohong pada teman-temanku. Kita sama-sama berasal dari perbatasan barat, kan?"     

Mereka berbincang-bincang di kereta kuda selama beberapa saat.     

"Mari kita ke kedai dan menunggu mereka." Hikari mengusulkan.     

"Baiklah."     

Begitu mereka selesai berbincang-bincang, si kusir terbangun, sehingga kereta segera bergerak dan berjalan ke sisi lain lapangan bertarung.     

Setelah menyeberangi lapangan, kereta mereka memasuki sebuah jalan sepi dan berhenti di depan kedai yang mereka gunakan untuk pertemuan dulu.     

Penanda coklat kedai itu bergerak-gerak mengikuti arah angin yang dingin, namun tulisan 'Kedai Kopi Gunung Salju' masih terlihat jelas.     

Stigma dan Hikari melompat turun dan masuk ke kedai setelah kereta mereka pergi.     

Tidak banyak pembeli pada jam ini. Di belakang meja kasir, terdapat seorang wanita tambun paruh baya – dulu, saat mereka berkunjung, wanita itu masih seorang gadis muda yang cantik.     

Di samping meja kasir, berdiri beberapa orang wanita cantik yang mengenakan celana putih ketat yang terlihat seperti celana jeans yang pudar. Celana ketat mereka membuat kaki mereka terlihat indah. Walaupun udara sangat dingin, mereka masih tidak keberatan mengenakan pakaian terbuka.     

Sebagian besar pembeli berkunjung hanya untuk melihat gadis-gadis cantik.     

"Tidak terasa, waktu terus berjalan. Saat kita kemari beberapa tahun lalu, dia masih gadis muda." Hikari menghela nafas. Perasaannya bercampur aduk.     

"Aku mengerti. Rasanya seperti kita terjebak dalam satu titik waktu." Stigma mengangguk. "Mari kita mencari meja kosong."     

"Yah, kebanyakan meja di sini kosong."     

Mereka berjalan ke tepi kedai. Mereka ingin duduk di meja yang mereka gunakan beberapa tahun lalu. Namun, meja itu sudah diduduki pria berkepala botak berbaju kulit hitam yang sedang berbincang-bincang dengan salah satu pelayan.     

Tak!     

"Kau. Ambil koin itu dan pergi dari sini. Kami mau duduk di sini." Hikari melemparkan sekeping koin emas di meja.     

Pria botak itu terdiam sesaat dan menatap kedua orang asing di depannya dengan geram, sebelum memeriksa apakah koin pemberian Hikari adalah koin emas asli.     

"Ambil saja." Dengan senang, pria itu segera berdiri dan mengajak pelayan di sampingnya ke meja lain.     

Kejadian itu menarik perhatian para pelanggan lain.     

Wanita paruh baya di belakang meja kasir terlihat bingung. Kedua orang di meja itu terlihat tidak asing.     

Suasana semakin mencekam. Para pelanggan memahami bahwa dua orang asing itu adalah penyihir, orang-orang yang terkenal karena tempramental. Jika seorang penyihir tersinggung, mereka akan membunuh siapa saja yang membuat mereka tersinggung tanpa ragu. Ditambah lagi, beberapa penjahat dan orang-orang barbar dari tebing juga akan mengenakan jubah panjang. Para penduduk tidak ada yang mau berurusan dengan orang-orang seperti itu.     

Setelah beberapa menit, para pelanggan lain membayar pesanan mereka dan segera pergi meninggalkan para pelayan dan pemilik toko.     

Hari semakin malam. Matahari telah terbenam di ufuk barat.     

Saat Stigma asik berbincang-bincang dengan Hikari, pintu toko itu terbuka.     

Seorang pria berambut panjang berwarna cokelat berjalan masuk. Ia mengenakan pakaian kulit berwarna hitam dengan gelang merah di tangan kanannya. Pria berkulit perak itu diikuti oleh seorang wanita berambut hitam dengan warna pakaian yang senada.     

"Green, kukira kau tidak akan datang." Stigma berdiri dan menatap pria itu.     

"Sudah lama kita tidak bertemu. Aku kemari untuk menemui teman-teman lamaku." Angele tersenyum lembut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.