Dunia Penyihir

Waktu Terus Berjalan (Bagian 1)



Waktu Terus Berjalan (Bagian 1)

0Kupu-kupu itu hancur berkeping-keping, dan potongan-potongan tubuhnya yang hancur berkeping-keping menghujani tanah di sekitar rumah.     

Seluruh rumah benar-benar tertutup oleh titik-titik cahaya biru.     

Angele maju beberapa langkah. Ia mengulurkan tangan kanannya keluar dari pelindung dan menangkap beberapa titik cahaya tersebut.     

Sebagian titik-titik cahaya mendarat di tangannya dan berubah menjadi abu.     

"Sudah selesai," gumamnya seraya menoleh ke belakang. "Todd?"     

Todd hanya diam, dan matanya terbuka lebar.     

Angele terdiam sesaat, kemudian ia menyadari apa yang terjadi. Untuk memastikan, ia mendekati Todd dan meletakkan tangan kanannya pada dada pria itu. Benar saja, tubuhnya dingin, dan tak ada detak jantung.     

"Ia sudah tiada…" Angele menyimpulkan setelah memeriksa keadaannya dengan bantuan Zero.     

Tiba-tiba, terdengar suara tangisan dari pintu utama rumah.     

Angele berbalik dan melihat Frey dan Freia menangis di depan pintu. Mereka diam terpaku menatap mayat ayahnya dengan berlinang air mata.     

Angele merasa sedih. Ia meletakkan tangan kanannya pada bahu kiri Todd.     

Cairan perak menyelimuti tubuh pria itu. Dengan bantuan medan gaya Angele, tubuh berselimut cairan perak itu perlahan-lahan terangkat.     

Ia membawa mayat Todd kepada dua anak itu.     

"Mari kita kembali. Kita bisa menguburnya di halaman belakang, jadi kalian bisa mengunjungi Ayah kalian kapan saja," gumam Angele dengan lirih. Awalnya, ia ingin meminta bantuan Todd untuk menjelajahi dunia ini, namun ia tidak menyangka bahwa Todd akan menghabiskan seluruh sisa kekuatannya dan mati.     

Angele berjalan ke halaman belakang, ditemani oleh Frey dan Freia.     

Di halaman belakang, terdapat banyak sekali batu nisan. Batu-batu nisan tertata rapi di tanah lapang yang kosong, tepat di belakang sebuah taman kecil.     

Hari sudah sore. Cahaya oranye matahari menyinari tanah lapang tersebut.     

Dengan hati-hati, Angele mengubur Todd dan mengukir namanya di atas sebuah batu nisan. Saat Angele selesai mengukir batu nisan, kedua anak itu kembali menangis.     

Ia tidak tahu bagaimana caranya membantu mereka.     

Dunia Mimpi Buruk adalah tempat yang berbahaya. Tidak sedikit yang mati akibat serangan makhluk-makhluk mutan buas.     

Kemungkinan besar, para penyihir kuno berkomunikasi dengan makhluk-makhluk berakal di Dunia Mimpi Buruk sebelum wabah mengerikan itu terjadi. Namun sekarang, Dunia Mimpi Buruk tidak bisa dihuni. Angele tidak mengerti mengapa Todd memutuskan untuk menggunakan seluruh kekuatannya. Pelindung di sekitar rumah masih aman, dan kupu-kupu itu tidak bisa masuk. Seharusnya, ia menunjukkan kekuatan pelindung itu pada Todd.     

"Apakah ayah kalian sudah mengajari cara menggunakan alat ini?" tanya Angele. Ia menunggu kedua anak itu menenangkan diri mereka.     

"Iya, kami tahu cara menggunakan alat ini." Frey mengangguk. Freia menggenggam tangan kakaknya. Mereka tahu bahwa mereka ingin bertahan hidup di dunia ini, mereka harus kuat.     

"Bagus." Angele mengangguk dan membelai kepala kedua anak itu. "Ayah kalian telah mengorbankan segalanya. Aku yakin bahwa ia ingin kalian hidup bahagia. Berhati-hatilah."     

"Baik." Ekspresi kedua anak itu berubah serius.     

"Istirahatlah dulu. Mulai besok, berlatihlah dengan metode yang sudah diajarkan ayah kalian. Terimalah ini." Angele memberikan alat yang dilepaskannya dari lengan Todd kepada dua anak itu.     

Alat itu memiliki berat sekitar 7 kilogram, sepertinya terlalu berat untuk kedua anak itu.     

Frey menghapus air matanya dan mengambil alat itu dengan hati-hati.     

"Green, aku berjanji bahwa aku akan belajar dengan tekun. Aku akan belajar menggunakan alat ini." Frey membungkuk hormat pada Angele.     

"Apa yang kau inginkan di masa depan?" tanya Angele.     

"Green, aku ingin melindungi adikku. Kumohon, izinkan aku bekerja untukmu. Aku tidak ingin mengambil air bersih dan makanan darimu secara cuma-cuma."     

Angele tersenyum.     

Todd telah mendidik mereka dengan baik. Mereka sadar bahwa tidak ada yang namanya gratis di dunia ini. Frey memahami bahwa ia harus melindungi adiknya, dan ia harus bekerja untuk membayar makanan dan air pemberian Angele.     

Melalui informasi dunia ini, Angele mulai mengerti tentang peran para hunter.     

Hunter adalah nama yang diberikan bagi petarung kuat yang berpengalaman. Namun, walaupun mereka bisa menggunakan partikel energi untuk menyerang, mereka tetaplah manusia biasa, sehingga walaupun kekuatan serangan mereka kuat, mereka tidak memiliki umur panjang seperti para penyihir. Kebanyakan hunter terbunuh di zona-zona ilusi, sementara yang lainnya mati pada umur sekitar 30 tahun karena terkena radiasi energi dan polutan.     

Di dunia yang telah hancur ini, menemukan air bersih dan makanan sangatlah sulit.     

Setelah melihat kematian ayahnya, Frey memutuskan untuk berusaha menjadi kuat dan melindungi adiknya.     

Mata anak itu memancarkan sebuah keinginan dan dedikasi untuk belajar dan melindungi saudaranya. Hanya ada satu alat soul stone, dan Frey memiliki potensi untuk menjadi seorang hunter.     

'Suatu saat nanti, anak ini mungkin akan menjadi hunter yang hebat…' pikir Angele.     

"Baiklah, kalau begitu, mari kita pergi. Bekerjalah untukku, dan aku akan memberikan tempat aman untuk kalian." Angele mengangguk. Ia berbalik dan berjalan ke gedung utama.     

**     

Angele memberikan semua kebutuhan pokok yang dibutuhkan kedua anak itu. Setiap beberapa hari, ia mengantarkan air bersih dan makanan untuk mereka berdua. Selain itu, ia mengisi ketiga lingkaran sihir dengan kartu kristal.     

Satu kartu kristal memiliki cukup energi untuk satu lingkaran sihir agar dapat berfungsi selama tiga tahun.     

Frey terus mempelajari cara menyerang menggunakan alat kartu kristal di ruang berlatih rumah itu. Angele memberinya banyak magic stone kualitas tinggi. Sementara Freia mengerjakan semua pekerjaan rumah.     

Di dunia itu, mereka Angele adalah satu-satunya orang yang mereka kenal, sehingga mereka semakin dekat dengan Angele. Kedua anak itu memperlakukan Angele seperti ayah mereka sendiri.     

Walaupun terkadang Angele pergi selama beberapa hari, ia akan selalu membawakan berbagai macam makanan, minuman, dan berbagai macam mainan untuk Freia.     

Dalam perlindungan lingkaran sihir Angele, mereka hidup nyaman dan damai.     

Di dunianya, Angele sudah pergi ke pusat Tangan Elemental dan menerima tawaran yang telah didapatkan Vivian.     

**     

Pusat Tangan Elemental berada di kota besar bernama Syair Duyung.     

Awan-awan tipis menutupi langit kelabu, sehingga menciptakan suasana yang mencekam.     

Sebuah istana berbentuk persegi, dengan dinding berwarna kuning, berdiri di atas sebuah tebing kecil, tepat di antara pepohonan lebat. Di bagian tengah istana itu, terdapat sebuah teras kecil berlantai putih.     

Sebuah parit kecil, dengan air sebening batu kristal, mengalir di sekeliling istana itu. Dinding istana terpantul pada permukaannya yang jernih dan tenang. Angin bertiup di atas tebing, sehingga menciptakan riak-riak air pada permukaan parit tersebut.     

Di atas jembatan untuk menyeberangi parit...     

Dua kereta kuda sedang berjalan menuju gerbang istana, di mana para pengawal berzirah putih sudah menunggu. Pengawal itu hanya menguap dan memicingkan matanya pada dua kereta tersebut, tanpa melakukan apa pun.     

Kereta di sebelah kiri berwarna hitam, sementara kereta di sebelah kanan berwarna putih. Pada permukaan kedua kereta itu, terdapat sebuah pola berbentuk seperti seruling kuning.     

Suara kedua roda itu sangatlah nyaring.     

Angele, yang mengenakan jubah hitam, duduk di dalam kereta hitamnya. Ia sedang sibuk melihat keluar melalui jendela kereta.     

Beberapa prajurit bayaran berjalan santai melewati jembatan sambil membawa pedang besar dan busur panjang di punggung mereka. Selain prajurit, ada juga calon-calon penyihir yang membawa buku, bola kristal, dan tongkat-tongkat sihir pendek. Sebagian sedang memamerkan hadiah yang mereka dapatkan dari misi, sementara sisanya hanya berjalan dengan wajah tertutup tudung.     

Jembatan itu tidak rata, sehingga kereta terasa tidak nyaman.     

Tidak ada yang berbicara di dalam kereta itu. Angele duduk di depan seorang pria berambut perak dan berjubah hitam.     

Pria itu duduk bersila; tangannya diletakkan pada kedua lututnya. Ia sedang menatap para pejalan kaki itu dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.     

"Cruise, bagaimana menurutmu?" Angele memulai pembicaraan. "Kita datang pagi-pagi, dan para prajurit bayaran dari Syair Duyung sudah mau kembali ke kota. Sepertinya, situasi ini cukup rumit."     

Pria bernama Cruise itu mengangguk. "Benar, situasi ini rumit. Ada banyak prajurit bayaran yang tinggal di kota sebesar Syair Duyung, tapi ada beberapa penyihir yang jauh-jauh datang kemari. Mereka bukan berasal dari negeri tengah, dan entah mengapa, itu mengingatkanku pada sesuatu," jawabnya. Suaranya yang indah membuatnya terdengar percaya diri.     

"Pada apa?" Angele sudah tahu, namun ia memutuskan untuk bertanya.     

"Penjualan budak ilegal." Cruise tersenyum lembut. Tatapannya masih tertuju ke luar. "Kita datang kemari untuk menerima dua posisi paling penting di bagian Departemen Sumber Daya Penyihir, namun kita sepertinya akan mendapat masalah…" Ia menghela nafas. Perasaannya bercampur aduk.     

"Aku tidak peduli." Angele tertawa. "Kau adalah kepala departemen, dan aku hanya asisten."     

Cruise memutar bola matanya dan menggeleng. "Iya, kau boleh saja tidak peduli… Kalau aku punya ibu seperti Vivian, aku juga akan santai."     

Pembicaraan itu pun berakhir. Angele menatap air parit yang bersih melalui jendela.     

Di samping parit, terdapat barisan-barisan bangunan kecil dengan bentuk yang identik. Orang-orang dalam bangunan tersebut menatap jembatan melalui jendela.     

"Kita bertugas untuk mengevaluasi calon penyihir, penyihir, dan ksatria yang mau bergabung dalam organisasi. Kedengarannya mudah, namun banyak faktor politik yang terlibat dalam proses ini. Ditambah lagi, banyak anggota baru yang akan dikirim ke pusat oleh Departemen Sumber Daya Penyihir dari Kota Syair Duyung setiap tahunnya. Kepala departemen yang meninggal saat menjalankan misi, dan kita adalah penggantinya." Cruise menjelaskan.     

"Aku bisa berdiri di sini karena ibuku, namun kau dipilih oleh anggota dewan. Aku yakin bahwa kau memiliki kemampuan yang cocok untuk posisi ini." Angele memutuskan untuk memuji Cruise. Mereka akan bekerja bersama-sama dalam waktu dekat, sehingga akan lebih baik jika mereka memiliki hubungan yang baik.     

Cruise tahu apa yang dipikirkan Angele.     

"Terima kasih, akan kuusahakan agar kau tidak bekerja terlalu keras. Namun, ada saat-saat di mana aku tidak bisa membantumu. Kuharap kau bisa mengerti, semua ini bukan salahku."     

"Aku mengerti." Angele tersenyum. Ia tahu bahwa Cruise adalah seorang penyihir kuat yang bisa berbicara dengan kebanyakan orang. Ia berasal dari sebuah keluarga besar, dan sepertinya ia ingin mendapatkan pengalaman dan penghargaan sebagai kepala Departemen Sumber Daya Penyihir.     

Namun, Angele tidak terlalu peduli. Walaupun ia akan menyelesaikan pekerjaannya, tujuan utamanya adalah berteman dan berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di atasnya. Semua orang tahu bahwa Vivian adalah ibu Angele, dan tujuan Angele datang kemari adalah berbicara dengan mereka yang memiliki kekuasaan.     

Setelah menyelesaikan tahap ketiga teknik Lautan Pusat Api, ia menghabiskan waktunya untuk bermeditasi, menstabilkan kekuatan mentalnya, mempelajari beberapa sihir tingkat 2, dasar-dasar lingkaran sihir, berlatih meramu dan memperkuat benda-benda dalam waktu luangnya. Jika dibandingkan penyihir lain, Angele masih tergolong sangat muda, jadi ia tidak perlu terburu-buru dalam mempelajari hal-hal yang rumit.     

Lingkaran sihir yang diperlukan untuk tahap keempat Lautan Pusat Api jauh lebih sulit dipelajari ketimbang lingkaran sihir untuk tahap ketiga.     

Setelah membaca cara pengukiran, Angele mengetahui bahwa ia harus menggabungkan 4 lingkaran sihir berbeda untuk menyelesaikan proses pengukiran. Namun, kekuatan mental-nya terlalu rendah. Ia hanya bisa menyelesaikan 20% dari lingkaran sihir pertama.     

Zero tidak bisa membantunya mempelajari lingkaran sihir, jadi ia harus mempelajarinya sendiri – seperti penyihir lain, yang juga menggunakan teknik Lautan Pusat Api.     

Tidak ada jalan pintas untuk tahap keempat, sehingga ia harus bersabar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.