Dunia Penyihir

Pertanda Kedatangan Bencana (Bagian 2)



Pertanda Kedatangan Bencana (Bagian 2)

0Angele kembali menutup pintu itu dengan lempengan batu yang telah disediakan. Sekarang, ia berdiri di dalam bangunan berbentuk jamur dengan atap yang hancur.     

Ia berjalan keluar dari bangunan itu. Di bawah gelapnya malam, pintu masuk bangunan itu seperti gerbang menuju kegelapan yang tak berujung. Angin berhembus semakin kuat, dan udara menjadi semakin dingin.     

Angele menggosok cincin perak di tangannya. Cincin itu adalah alat sihir bernama Cahaya Duri. Dengan alat itu, ia bisa melepaskan sebuah sihir kuat dengan bantuan sedikit kekuatan mental.     

Kini, Cahaya Duri itu adalah alat yang lemah baginya, karena alat itu hanya mampu mengeluarkan serangan dengan kekuatan 50 derajat, sementara kemampuan-kemampuan spesial yang ia dapatkan dari Lautan Pusat Api dapat mengeluarkan serangan berkekuatan 70 derajat. Namun, ia masih membawa alat itu, karena alat itu dapat mengeluarkan serangan jarak jauh hanya dengan sedikit kekuatan mental saja.     

Jika biasanya ia memerlukan 10 kekuatan mental dan 5 mana untuk menggunakan sihir dengan kekuatan yang sama, alat ini dapat membantunya menggunakan sihir dengan kekuatan seperti itu hanya dengan 1 poin kekuatan mental.     

Inilah kegunaan utama alat sihir dan benda sihir.     

Perlahan-lahan, ia berjalan menyusuri bangunan-bangunan berbentuk jamur dan melihat sekelompok besar kumbang hitam beterbangan di atas tanah lapang.     

Kumbang-kumbang itu bergerak cepat ke arah Angele seperti banjir bandang berwarna hitam.     

Tanpa ragu sedikit pun, ia mengangkat tangan kirinya ke arah kelompok kumbang tersebut.     

"Cahaya Duri," gumamnya.     

Shing!     

Sebuah bola emas muncul dari cincin tersebut, meledak dan berubah menjadi hujan cahaya emas. Semua cahaya itu berterbangan ke arah kelompok kumbang dalam formasi melengkung seperti cangkang kerang.     

Cras! Cras! Cras!     

Seperti pisau, cahaya-cahaya emas itu menusuk kumbang-kumbang di depan, sehingga mereka meledak dan berubah menjadi kubangan cairan asam. Bau busuk bercampur masam tercium menusuk hidung.     

Angele tidak menurunkan tangannya. Ia hanya berdiri dan melihat kumbang-kumbang itu terbunuh oleh cahaya-cahaya emas tersebut.     

Cahaya Duri dapat bertahan selama 30 detik. Ia yakin bahwa tidak ada kumbang yang dapat mendekat selama sihir itu masih bekerja.     

"Green! Jangan membuang-buang soul stone begitu! Ada terlalu banyak kumbang di sana!" Terdengar suara Todd dari belakang mereka.     

Angele berbalik dan melihat Todd bersama dengan anak-anaknya berdiri di belakangnya. Benang-benang biru bersinar dan melayang di udara di sekitar mereka. Sepertinya, mereka ingin membantu.     

Mereka bukanlah ancaman, sehingga Zero tidak memberitahu Angele akan keberadaan mereka.     

"Bawa anak-anakku. Tinggalkan aku di sini! Aku akan menghancurkan kumbang-kumbang itu!" teriak Todd dengan ekspresi serius. Sudah jelas bahwa ia siap untuk mati demi kedua anaknya.     

Angele mengernyitkan alisnya. "Tidak, ikutlah aku. Aku tidak akan bisa melindungi anak-anakmu sendirian." Angele ingin membantu Todd. Pria itu memiliki potensi. Dalam keadaan sakit keras sekalipun, pria itu masih mampu mengeluarkan serangan berkekuatan lebih dari 100 derajat. Jika Todd bisa sembuh, ia akan sangat membantu Angele dalam pertarungan-pertarungan selanjutnya.     

Angele adalah satu-satunya orang yang memiliki air bersih dan makanan di dunia yang telah hancur ini, namun ia juga membutuhkan orang yang mengenal dunia ini untuk membantu petualangannya.     

Todd menggeleng perlahan. "Green, aku tahu keadaan tubuhku. Aku akan segera mati."     

Ia menatap Angele. Ekspresi wajahnya tampak serius.     

Todd terdiam sesaat, sebelum akhirnya menjawab. "Baiklah, kalau begitu aku akan ikut denganmu."     

"Pilihan yang bagus."     

Angele mengangguk dan melihat kumbang-kumbang di depan. Ekspresinya berubah terkejut.     

Mereka hanya berbicara selama 30 detik, namun lautan hitam kelompok kumbang itu sudah sangat dekat, hanya 10 meter dari keempat orang tersebut.     

Angele menurunkan tangannya dan berhenti menggunakan cahaya duri. Ia mengangkat tangan kanannya dan menciptakan sebuah bola lahar di tangannya.     

Bola lahar berukuran sebesar kepala manusia itu melayang di atas telapak tangannya dan melepaskan gelombang panas dan cahaya kemerahan.     

"Bunuh mereka," gumam Angele sebelum melemparkan bola itu.     

Saat ini, bola lahar itu adalah serangan terkuatnya. Serangannya yang lebih kuat adalah sihir batu dan signet darah kuno di dadanya.     

Ia ingin melakukan percobaan-percobaan sederhana pada tubuh kumbang tersebut.     

Bola lahar itu melesat cepat, menciptakan kilat merah di udara, dan terjatuh di antara lautan kumbang hitam itu.     

"Ayo!" Angele berbalik dan mengikat Todd bersama kedua anaknya dengan benang-benang perak sebelum mengangkat mereka dengan bantuan medan sihir.     

"Apa-apaan…?!" Todd hendak mengatakan sesuatu, namun mereka berlari sangat cepat, sehingga hidung dan mulutnya tertiup angin. Todd tidak menyangka bahwa mereka akan berlari secepat ini.     

Angele, Todd, dan kedua anak itu berlari sangat cepat hingga tampak seperti kilat perak yang menghilang di antara bangunan-bangunan jamur. Setelah berlari selama beberapa saat, mereka berhenti di balik salah satu bangunan untuk memeriksa situasi.     

Duar!     

Terdengar suara ledakan dahsyat dari belakang.     

Dengan hati-hati, Angele menurunkan Todd beserta kedua anaknya, sebelum berbalik dan melihat ke arah di mana ia menjatuhkan bola lahar tadi.     

Cahaya oranye ledakan itu menerangi awan-awan tebal yang menghiasi langit malam itu.     

Gelombang-gelombang panas bergerak ke seluruh penjuru dan membakar semua bangunan-bangunan jamur terdekat menjadi abu. Api dari ledakan itu menari-nari dan menyebar dengan cepat.     

Asap tebal membumbung tinggi, dan bau khas kayu yang terbakar tercium di sana. Dalam hitungan detik saja, bangunan-bangunan di sana telah menghilang.     

Angele menatap kehancuran itu. Satu bola lahar saja memiliki kekuatan yang sama dengan sihir penyerang tingkat 2 pada umumnya. Lautan Pusat Api tergolong teknik yang kuat karena sihir-sihir spesial yang bisa didapatkan setelah menguasai tahap-tahap tertentu.     

'Inilah mengapa orang-orang tidak peduli kekuatan ini akan memakan salah satu slot Mantra Pasif…' pikir Angele.     

Bola lahar memiliki daerah serang berkisar dari 5 meter sampai seratus meter, tergantung pada situasi pertarungan. Sihir tersebut juga bisa digunakan secara instan. Nama asli sihir Bola Lahar itu adalah Badai Lahar.     

Sihir inilah alasan mengapa Lautan Pusat Api merupakan salah satu teknik meditasi terkuat bagi para penyihir dengan kecocokan partikel energi api yang tinggi.     

Setelah bola itu meledak, bola itu segera berubah menjadi hujan lahar.     

Sepertinya, dengan bantuan mantra pasif milik Phoenix, ia dapat mengendalikan jumlah partikel energi yang ia gunakan dan kekuatan bola lahar-nya, sehingga bola lahar yang ia lemparkan sedikit lebih kuat ketimbang bola lahar yang dapat digunakan para Penjaga.     

Ia berdiri di balik bangunan yang telah hancur itu dan memandang api yang masih menari-nari di depannya. Titik-titik cahaya biru bersinar di matanya, menunjukkan bahwa ia sedang memeriksa kekuatan bola lahar yang baru saja ia lemparkan.     

Todd dan kedua anaknya berdiri terpaku di samping Angele. Mereka terkejut setelah melihat kekuatan mengerikan Angele itu.     

Todd bersandar di dinding dan menatap Angele. Ia tidak tahu dimana pria itu menyembunyikan kartu soul stone-nya, namun ia yakin bahwa jika ia masih sehat pun, ia hanya bisa menggunakan kekuatan seperti ini satu kali saja dalam sehari. Kekuatan Angele benar-benar melampaui perkiraannya.     

Cahaya merah menyinari tubuh mereka. Bayangan mereka menari-nari di antara rerumputan.     

"Mari kita pergi ke tempat berlindung-ku." Angele berbalik. Titik-titik cahaya biru menghilang dari matanya.     

"Baiklah." Todd mengangguk. Ia merasa nyaman berjalan bersama pria muda di depannya. Sudah lama ia tidak merasa setenang ini.     

Kedua anak kecil itu mendekati Angele seraya memeluk kakinya.     

Angele tersenyum lembut. Ia menggendong kedua anak itu dan berjalan masuk ke hutan.     

Todd menatap bangunan-bangunan yang terbakar itu dan menghela nafas, kemudian ia mengikuti Angele ke dalam hutan. Ia sadar bahwa ia tidak akan pernah melihat tempat ini lagi.     

**     

Sekitar satu jam kemudian…     

Akhirnya, mereka tiba di rumah besar di tepi sungai.     

Di balik pepohonan hutan, berdiri sebuah rumah besar dengan dinding putih dan atap berwarna merah.     

Rumah itu dilindungi oleh pelindung transparan berbentuk seperti lonceng, dengan sulur-sulur hijau sebagai pagar tepat di luar pelindung itu. Pada permukaan sulur-sulur itu, terdapat beberapa bunga berwarna merah terang. Lumpur di sekitar tempat itu sangat lembut dan bersih. Tempat itu terlihat mirip dengan istana dari negeri dongeng, hanya saja tidak ada bunga mawar berduri di sana.     

Angele berjalan masuk ke rumah itu sambil membawa kedua anak Todd.     

"Ini adalah tempat berlindung-ku. Aku punya cukup makanan dan air bersih untuk kita semua." Ia berdiri di depan pagar sulur-sulur.     

"Indah sekali…" kata Freia, si gadis kecil. "Green, inikah rumah baru kita?" Ia menatap Angele dan berkedip.     

"Kita bisa bersih-bersih untukmu!" teriak Frey, si anak lelaki, seraya menyentuh kaki saudaranya agar Freia tidak mengatakan hal-hal yang membuat Angele marah.     

Todd tidak menyangka bahwa ada tempat seperti ini. Sepertinya, Green adalah sosok yang memiliki latar belakang yang kuat sebelum dunia ini hancur. Jika tidak, tidak mungkin ia bisa memiliki rumah yang sangat aman seperti ini.     

"Tentu saja. Terima kasih atas bantuan kalian." Angele tertawa. Jika ia terus menjaga kedua anak itu, Todd mungkin akan melakukan apa saja untuknya. Ditambah lagi, membersihkan rumah akan menjadi olahraga harian bagi kedua anak tersebut.     

Angele yakin bahwa Todd masih menyembunyikan sesuatu. Jika tidak, tidak mungkin ia bisa bertahan hidup menjaga dua orang anak kecil dalam waktu lama. Ia tidak yakin akan menang melawan Todd yang masih sehat tanpa bantuan signet darah kuno-nya.     

Ia menghabiskan waktunya untuk menatap kartu soul stone milik Todd, dan akhirnya ia menemukan cara untuk memperkuat pertahanan rumahnya.     

Struktur alat itu sangat mirip dengan alat yang berfungsi sebagai penyerang otomatis saat ia masih di Bumi dulu.     

Todd telah mengatakan bahwa kumbang-kumbang itu bukanlah satu-satunya makhluk berbahaya di sekitar sini. Sepertinya, sebentar lagi akan ada makhluk-makhluk mutan lebih kuat yang berusaha menyerang.     

Jika situasi memburuk, dan gelombang mental-nya terhalang oleh gelombang kekuatan pertarungan, ia tidak akan bisa kembali ke dunianya selama beberapa saat. Ia harus bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk.     

"Mari kita masuk dan beristirahat. Kalian lelah, kan?" Angele berjalan maju, dan sulur-sulur itu menepi seperti pengawal yang hidup.     

Todd dan anak-anaknya merasa takut melihat sulur-sulur tersebut, sehingga mereka berjalan di belakang Angele. Ia melihat ada cairan-cairan lengket berbau asam di tanah. Baunya sama persis dengan bau kumbang-kumbang tadi.     

Mereka segera masuk ke dalam pelindung dan berjalan ke gedung utama. Sulur-sulur tadi kembali ke tempat semula dan menutup pintu masuk.     

**     

Di sungai, tepat di samping rumah.     

Seekor kupu-kupu bersayap biru terbang keluar dari sungai, sehingga mencipratkan air ke atas tanah.     

Kupu-kupu itu memiliki sayap seukuran telapak tangan manusia. Sayapnya polos dan berwarna biru, tanpa ada pola sedikit pun. Perlahan-lahan, kupu-kupu itu terbang mengitari permukaan sungai.     

Sebuah bayangan biru raksasa muncul di dasar Sungai Ness.     

Plop! Plop!     

Sekelompok kupu-kupu biru yang sama keluar dari sungai dan terbang mengitari permukaan air, persis dengan kupu-kupu pertama. Kupu-kupu itu terlihat seperti daun berwarna safir yang tertiup angin, menciptakan sebuah pemandangan yang misterius dan indah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.