Dunia Penyihir

Peningkatan (Bagian 1)



Peningkatan (Bagian 1)

0Hari sudah mulai siang. Hangatnya cahaya matahari menyelimuti seluruh tempat itu.     

Angele dan Lyn berada tepat di tengah formasi para pemanah. Sepanjang perjalanan menuju rumah Angele di samping Sungai Bass, mereka dilindungi pasukan pemanah itu. Wajah Angele terlihat kelelahan, dan jubah hitamnya yang terkoyak membuatnya semakin terlihat berantakan.     

Di depannya, ia melihat sosok berjubah merah yang sedang menunggu di samping perairan hijau. Jubah merah sosok tersebut sangatlah mencolok di bawah terpaan cahaya emas matahari.     

"Itu Master Vivian." Lyn mengirimkan pesan melalui partikel energi.     

Angele mengangguk. Ia tidak menyangka bahwa Vivian akan kembali dari medan perang hanya demi dirinya.     

Kapten pemanah membungkuk hormat pada Vivian dari kejauhan sebelum menjelaskan situasi kepadanya dengan menggunakan rune komunikasi.     

Setelah ragu selama beberapa saat, para pemanah itu cepat-cepat menepi untuk memberi jalan untuk Angele dan Lyn.     

Mereka terdiam sesaat, kemudian berjalan mendekati Vivian bersama-sama.     

"Lyn, istirahatlah. Terima kasih atas dedikasimu." Suara Vivian bergema di udara.     

Setelah mengangguk, Lyn membungkuk hormat pada Vivian dan menepi.     

Angele berdiri di depan Vivian dan berusaha membersihkan jubahnya.     

"Sudah kubilang, berpikirlah dua kali sebelum melakukan sesuatu," Vivian mengatakan dengan tenang. Suaranya lembut dan tidak terdengar seperti menyalahkan.     

Ia berjongkok di dekat sungai dan mengambil sedikit air dengan kedua tangannya. Di tengah air itu, terdapat seekor ikan hitam berkaki empat yang berenang perlahan-lahan.     

"Maafkan aku," Angele tidak tahu bagaimana harus menjelaskan situasi ini pada Vivian.     

"Iya, kau harus minta maaf." Vivian memutar matanya. "Doris terkenal sebagai pembuat masalah di Black Earth, dan parahnya lagi, ayahnya tidak akan pernah mempertanyakan apa pun yang dilakukan oleh anak itu. Walaupun aku tidak takut dengan organisasi mereka, ini bukanlah waktu yang tepat. Tangan Elemental masih harus menyelesaikan perang ini dulu."     

Vivian mencelupkan tangannya ke dalam air yang jernih itu, sehingga lengan jubahnya menjadi basah. Angele melihat ada dua gelang di pergelangan tangannya, namun sepertinya gelang itu hanyalah aksesori biasa.     

"Aku hanya ingin menyelamatkan salah satu teman baikku, namun sepertinya Doris tidak peduli bahwa aku adalah anakmu." Angele menjelaskan dengan lirih seraya mengedikkan bahunya. Jika saja Vivian tidak menyelamatkannya, ia mungkin sudah mati karena kejaran para ksatria itu.     

Vivian menggeleng, ekspresinya heran. "Sedekat apa kau dengan temanmu itu? Yah, tapi kau menyesal, kan? Itu sudah cukup." Ia berdiri, dan air di tangannya telah menguap dengan bantuan partikel energi.     

"Baiklah, karena aku ada di sini, biarkan aku melihat perkembanganmu dalam Lautan Pusat Api. Jika kau ada pertanyaan, katakan saja."     

"Baiklah." Angele mulai bertanya tentang teknik-teknik yang ia butuhkan untuk menyelesaikan tahap keempat dan kelima Lautan Pusat Api.     

Waktu terus berjalan, dan matahari mulai terbenam, sehingga membuat sungai di samping mereka bercahaya keemasan.     

Mereka menghabiskan beberapa jam untuk berbincang-bincang dan berdiri di dekat sungai.     

"Baiklah, sudah cukup untuk hari ini. Aku masih harus berbicara pada kepala Black Earth. Waktu itu, para ksatria itu mengejarmu dan mencoba membunuhmu tanpa ragu-ragu. Mereka harus diajari sopan santun…" Cahaya keemasan bersinar pada mata Vivian. "Tinggallah di rumah. Jangan pergi ke mana-mana sampai kau berhasil menyelesaikan tahap keempat teknik Lautan Pusat Api."     

Vivian mengusap kedua pipi Angele. Tangannya meremas-remas dan memainkan pipi Angele.     

Ia mencoba kabur dari tangan Vivian, namun wanita itu tiba-tiba melepaskan gelombang mental-nya yang kuat agar ia tidak bisa kabur.     

'Yah, inilah salah satu fungsi gelombang mental…' Angele terdiam. Ia tidak bisa melakukan apa-apa.     

Seharusnya, seluruh tubuh Angele, termasuk wajahnya, memiliki lapisan tipis logam pelindung, namun sepertinya Vivian tidak memedulikan pelindung itu.     

"Ah, selain itu, aku tahu tentang gerbang menuju dunia peri yang kau temukan. Jangan khawatir, ada banyak gerbang yang terbuka beberapa tahun ini, namun tidak ada yang stabil."     

"Aku mengerti."     

Vivian terus memainkan pipi Angele, sebelum akhirnya berbalik dan menghilang dalam bola api berwarna merah terang.     

Angele tersenyum kecut. Ia mengerti bahwa Vivian berusaha melindunginya, namun ia tidak ingin hanya berdiam di tempat yang sama dalam waktu lama.     

Ia menggeleng dan mengusap dagunya, kemudian berjalan masuk ke rumah dan mengaktifkan rune komunikasi berwarna merah.     

Lyn segera pergi masuk ke dalam rumah, sementara peleton pemanah di bawah komando Vivian telah pergi.     

Rumah itu benar-benar kosong, hanya tersisa dua orang pelayan yang sedang menunggu di ruang tamu. Lyn dan Angele adalah satu-satunya penyihir yang ada di sana.     

Angele masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa.     

"Lyn, pilihlah kamar yang kau suka. Terima kasih telah datang ke pesta bersamaku."     

"Dengan senang hati." Walaupun Lyn terlihat kelelahan, ia masih memperlakukan Angele dengan sopan. Ia membungkuk hormat dan pergi memeriksa kamar-kamar di sana.     

Angele bersandar di sofa dan meregangkan tangannya.     

Tiba-tiba, dua rune komunikasi muncul pada punggung tangannya.     

Rune komunikasi di sebelah kiri berbentuk seperti katak putih, sementara rune di sebelah kanan berbentuk seperti laba-laba hijau.     

Angele mengetuk rune katak di tangannya, dan muncullah pesan dari Mincola.     

"Ini aku, Mincola. Terima kasih atas pertolonganmu, Angele. Aku bertemu Sella dan Suman dalam perjalanan ke pesta. Aku tidak menyangka bahwa situasi ini akan menjadi rumit. Maaf sudah melibatkanmu. Kami sudah meninggalkan Kota Rofo, dan kau akan kuhubungi nanti. Jangan khawatir, aku akan membalas kebaikanmu suatu saat nanti."     

Angele mengangguk dan mengetuk rune berbentuk laba-laba hijau.     

"Angele, ini adalah pesan yang dikirim dari kota pada bulan Februari. Walaupun aku sudah menggunakan pilar pengirim pesan, pesan ini akan terkirim beberapa bulan lagi. Aku senang kau mengirim surat padaku. Master Arisma ingin berbicara denganmu suatu saat nanti. Ia mengira bahwa kau lebih berbakat dariku. Ah, tolong sampaikan pada Master Henn bahwa Master Arisma ingin berurusan dengan orang yang menyerangnya dari belakang sebelum melanjutkan pertarungan. Ah, katanya, penyerang mereka punya latar belakang yang kuat. Aku sudah sampai peringkat 2. Kuharap kau baik-baik saja…"     

Pesan itu dikirim oleh Stigma, bersama dengan Arisma, Penyihir Takdir, yang berada dalam tubuhnya. Saat ini, ia sedang berada dalam teritori keluarga-nya dan berusaha mengambil posisi kepala keluarga.     

"Dia mau bekerja sama?" Henn juga mendengar pesan dari Stigma. Angele telah mengaktifkan kalajengking kristal-nya karena ia tahu bahwa Stigma akan memberikan informasi yang berhubungan dengan Arisma.     

"Kalau bajingan tua itu mengajak bekerjasama, pasti masalah ini tergolong rumit…" Suara Henn terdengar serius.     

"Masih terlalu cepat untuk mengharapkan bantuanku. Jika kau mau aku bertarung untukmu, aku harus meningkatkan kekuatanku terlebih dulu." Angele menonaktifkan rune komunikasi-nya.     

"Kau sudah menemukan teknik meditasi tingkat tinggi yang sesuai untukmu. Aku yakin bahwa kau akan bisa mencapai tingkat 3. Tingkat 1 memang sulit dilewati, namun tingkat 2 dan 3 relatif mudah dilewati dengan bantuan teknik meditasi tingkat tinggi. Jika kau tahu cara memahami dan menguasai setiap tahap, kau bisa meningkatkan kemampuanmu dengan mudah, namun jika kau tidak bisa memahami salah satu tahap, kau akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk naik tingkat," kata Henn.     

"Jadi, sebagian besar penyihir yang sudah mencapai tingkat 2 akan dianggap sebagai kaum elit dalam organisasi mereka?" Angele memicingkan matanya.     

"Benar, setiap kali kau gagal mencapai tingkat selanjutnya, akan ada kemungkinan bahwa kau kehilangan wujud fisikmu, sehingga kau harus menyerah. Ada banyak penyihir yang sudah memenuhi syarat untuk mencapai peringkat selanjutnya, namun mereka terlalu takut untuk mencoba. Yah, aku masih butuh istirahat. Aku menghabiskan terlalu banyak mana dan kekuatan mental pada peristiwa waktu itu. Jangan menggangguku jika tidak ada hal yang penting." Henn segera memutus koneksi.     

Angele kembali mengaktifkan patung kristal-nya dan memeriksa analisa Zero.     

Beberapa saat kemudian, seorang pelayan membawakannya segelas teh panas dan camilan.     

Tiba-tiba, Angele tersadar bahwa seharusnya ada lebih banyak pelayan di sana.     

"Tunggu, di mana pelayan lainnya? Seharusnya mereka datang bersamamu, kan?" tanya Angele seraya mengambil cangkirnya.     

"Sebagian besar dari mereka mati terkena wabah saat kau pergi. Kami mengubur mereka di hutan… Sisanya dipecat oleh Master Liv," jawab pelayan itu. "Hanya kami berdua yang tersisa."     

Wanita berumur 19 tahun itu menjawab dengan suara gontal. Sepertinya ia takut pada Angele.     

"Wabah?" Angele tidak menerima informasi tentang kejadian itu. "Kalau begitu, mengapa kau masih di sini? Kau bisa mati karena wabah itu juga."     

Pelayan itu menjawab dengan pasrah. "Kami tidak punya tempat tinggal lain…"     

"Jadi Liv pun tidak bisa menyembuhkan wabah ini…" Angele menutup matanya dan menghela nafas. "Kau boleh pergi. Katakan padaku jika kau merasa tidak enak badan."     

"Baik, Master!" Pelayan itu menjawab dengan lantang. Ia bahagia melihat Angele sebagai harapan terakhirnya. Ia percaya bahwa Angele dapat menghilangkan wabah itu jika ia mau.     

Angele bersandar di sofa dan beristirahat sebentar, kemudian ia berdiri dan kembali ke kamarnya.     

Tak!     

Pintu kamar terbuka.     

Angele berjalan masuk dan mengunci pintu. Ia menjentikkan jarinya, dan muncul rune hitam berbentuk seperti ular yang membelit di tengah pintu tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.