Dunia Penyihir

Peri (Bagian 1)



Peri (Bagian 1)

0Cahaya putih yang sangat menyilaukan menyinari mata mereka selama beberapa menit, sehingga penglihatan mereka terganggu.     

Angele dan Lyn berjalan masuk melewati gerbang. Rasanya sangat mirip seperti melewati bola slime raksasa. Tubuh mereka dibasahi oleh cairan aneh dengan tekstur lengket.     

Setelah beberapa detik, mereka kembali sadar.     

Di balik gerbang itu, terdapat sebuah teras berukuran sedang. Tempat itu terlihat tua dan tak terurus, dengan banyak tanaman kering yang berceceran di sekitarnya.     

Pada bagian tengah teras, terdapat kolam air mancur tanpa air. Dinding-dinding raksasa yang menutupi teras tersebut membuat Angele tidak bisa melihat keadaan di luar sana.     

Langit berwarna kelabu, dan awan hitam menutupi cahaya matahari. Bau busuk dan tajam menusuk hidung mereka.     

Angele dan Lyn berdiri di depan pintu masuk teras tersebut.     

Dengan chip-nya, Angele mencoba menganalisa lingkungan di sekitarnya.     

"Waspadalah, ada yang tidak beres."     

"Aku mengerti." Lyn mengangguk seraya mengusap dahinya. "Entah mengapa, aku merasa pusing dan mengantuk. Sepertinya, ada lingkaran sihir kuno untuk mencegah orang asing memasuki tempat ini."     

"Apa kau mengantuk?" Angele terkejut. Ia segera membaca laporan Zero.     

'Tidak ada medan gaya aneh… Tidak ada gas hipnotis… Aku harus memeriksa tempat ini lebih lanjut.'     

Angele berjalan mendekati salah satu dinding dan menatapnya dengan seksama.     

Dinding-dinding itu sudah kotor dan rusak, sehingga pola-pola pada permukaannya terlihat buram.     

Kebanyakan pola itu sudah tidak berbentuk lagi.     

Angele berjalan menyusuri dinding kelabu itu dan menyentuh pola-pola yang tersisa dengan ekspresi bingung.     

Pola-pola tersebut terasa lembut dan elastis. Saat ia menekan salah satu pola, pola tersebut tenggelam dan memantul kembali menjadi bentuk semula.     

"Ini sedikit aneh. Lyn, sebaiknya kau…" Angele berbalik. Ia terkejut melihat kondisi wanita itu.     

Lyn, seorang penyihir tingkat 2, berdiri membatu. Kedua matanya tertutup seperti sedang tertidur. Nafasnya terdengar normal, sehingga Angele dapat memastikan bahwa tidak ada yang terjadi.     

"Lyn?" Angele mengeraskan suaranya dengan partikel energi, namun wanita itu tidak juga terbangun.     

Angele mundur beberapa langkah, namun Lyn terus mengikutinya. Sepertinya, wanita itu berjalan dalam tidur.     

Ekspresi Angele berubah serius. Ia mendekati dan membuka mata wanita itu.     

Bola mata Lyn berputar-putar. Pupil matanya berkedut-kedut.     

Ia memasukkan jarinya ke dalam mulut wanita itu untuk mengambil sedikit air liur.     

"Monti… Lion… Ramalan…" Angele menggumamkan mantra seraya menunjuk udara dengan bantuan jarinya.     

Sebuah lingkaran sihir berwarna merah tua muncul pada ujung jarinya.     

Seketika, lingkaran sihir itu menghilang, dan sampel air liur wanita itu berubah warna menjadi biru.     

"Sepertinya, dia hanya sedang bermimpi." Angele mengernyitkan alisnya.     

Setelah memastikan bahwa wanita itu tidak berada dalam bahaya, Angele memutuskan untuk memeriksa air mancur terlebih dahulu.     

Air mancur berhias ukiran putih itu memiliki tiga tingkat.     

Angele berdiri di sebelah air mancur dan melihat ke bawah, menemukan banyak sekali tulang-tulang putih dan lumpur yang ditutupi oleh dedaunan berwarna hitam. Sepertinya, tempat itu sudah ditinggalkan sejak lama.     

Tiba-tiba, kilat merah bersinar di depan matanya, namun kilat itu ditangkis oleh bagian bawah air mancur.     

Angele berjalan ke seberang. Ia tampak terkejut.     

Tiga orang wanita remaja saling bersandar satu sama lain di atas tanah. Wajah mereka berlumuran darah, dan kondisi mereka sama dengan kondisi Lyn.     

Angele mengerutkan bibirnya. 'Sepertinya, aku harus tertidur dulu sebelum bisa menemukan lokasi asli taman ini, tapi kekuatan aneh tempat ini tidak mempan padaku…'     

Ia berbalik dan melihat bahwa Lyn masih mengikutinya.     

Lyn mengenakan jubah hitam longgar, dipadukan dengan pakaian putih khas pendekar di dalamnya. Sarung tangan coklat dari kulit melindungi tangannya, sementara pelindung dadanya yang ketat membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas. Rok putih yang ia kenakan tidak mampu menutupi kakinya yang kurus dan indah.     

Rambut hitam Lyn dikuncir kuda, sehingga memperlihatkan wajahnya yang bersih dan menawan. Walaupun ia sedang tertidur, ekspresi wajahnya terlihat serius.     

Angele mengangkat tangannya. Ia bisa menyentuh gadis itu kapan pun ia mau.     

Angele menelan ludahnya. Ia menyadari bahwa ada yang tidak beres.     

"Tunggu!" Ia menggigit lidahnya sendiri, sehingga ia terbangun karena rasa sakit.     

"Ada yang sedang berusaha mengalihkan perhatianku…" Ia berpaling dari Lyn dan melihat sekelilingnya.     

Di seberang teras itu, terdapat sebuah lorong menuju tempat yang sangat gelap. Ujung lorong yang gelap gulita itu tidak terlihat.     

Angele melihat sebuah ukiran spiral raksasa dengan bentuk seperti kompas berdiameter sekitar satu meter.     

Ia segera masuk ke lorong itu dan berdiri di depan pola.     

Pola itu terlihat seperti pola biasa, tanpa adanya pergerakan gelombang energi.     

Namun, Angele menyadari bahwa ia tidak dapat berpaling dari pola tersebut, sehingga ia hanya berdiri terpaku menatap pola tersebut.     

15 menit telah berlalu, namun ia masih belum menemukan informasi yang bisa membantunya.     

Tiba-tiba, ia melihat kelopak bunga hitam jatuh di dekat kakinya.     

"Mawar hitam?" Angele berbalik dan menatap arah asal kelopak itu.     

Teras itu penuh dengan kuntum bunga mawar hitam yang mekar perlahan-lahan. Angele tidak tahu kapan mawar itu muncul.     

Seluruh teras penuh dengan lautan mawar hitam. Satu-satunya tempat yang masih kosong adalah lorong gelap itu.     

Air bersih mengalir dari air mancur di tengah teras. Tidak ada cahaya matahari, namun secercah cahaya misterius menerangi riak-riak air yang jernih itu.     

Di bawah langit kelabu, terdapat mawar-mawar yang cantik dan air mancur yang jernih, sehingga menciptakan kesan taman yang tua namun indah.     

Angele menjilat bibirnya dan meregangkan punggungnya, sebelum mengangkat tangan kanannya dan menciptakan pedang panjang berwarna perak dengan sihir logam-nya.     

Tap! Tap!     

Terdengar suara tapak kaki dari ujung. Air mancur menghalangi penglihatannya, sehingga ia tidak dapat melihat apa yang sedang mendekat.     

Ia memiringkan tubuhnya dan melihat seorang wanita cantik berbaju sutra hitam dan wajah tanpa ekspresi. Wanita itu mengetahui keberadaannya.     

Wanita itu berjalan perlahan ke arah Angele tanpa melepaskan gelombang mental sama sekali.     

Semua kuntum mawar hitam segera berbunga saat wanita itu mendekat. Tempat itu menjadi hening dan misterius, seakan-akan waktu berjalan terlalu cepat.     

Wanita itu berhenti berjalan dan berdiri di depan lorong.     

Kulitnya pucat, dan bibirnya berwarna ungu gelap. Ia menatap Angele dengan sepasang mata hitam legam, yang terlihat seperti batu obsidian.     

Wanita itu mengangkat tangan kanannya dan mencoba masuk ke lorong.     

Ctar!     

Petir hitam menyambar tangan itu.     

Karena gagal menembus perlindungan petir hitam tersebut, wanita itu menurunkan tangannya.     

"Bukankah ini taman peri elemen?" tanya Angele dengan suara berat. "Siapa kau?"     

Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya menatap Angele seperti orang tuli.     

Tidak tahu harus melakukan apa, Angele segera menonaktifkan patung kalajengking kristal dalam kantongnya.     

"Henn, apa kau ada di sana?" tanyanya setelah mengambil kotak hitamnya.     

"Iya? Aku masih beristirahat… Ada apa? Tunggu… tempat ini kan… Taman Spiral?! Apa-apaan kau? Bagaimana kau bisa masuk ke sini?! Dengarkan aku, kau harus pergi sekarang. Ini adalah gerbang ke dunia peri, tempat di mana segala sesuatu bisa terjadi. Percayalah padaku, pergilah!"     

Menyadari keadaan sekitar Angele, Henn menjadi ketakutan dan mengingatkannya dengan nada serius.     

"Peri?" Aku sedang mencari peri-peri elemen. Mereka baik dan ramah, kan?" tanya Angele seraya menatap wanita di luar lorong.     

"Itu peri elemen dari buku penyihir! Buku itu menceritakan tentang peri elemen yang diciptakan oleh para penyihir. Peri yang sebenarnya memakan manusia, karena daging manusia adalah makanan terbaik di dunia peri. Kau harus lebih banyak membaca buku. Banyak catatan penyihir kuno yang harus bertarung melawan peri-peri yang masuk ke dunia kita. Kau berada di salah satu portal yang dikenal sebagai Taman Spiral. Jika melihat umur portal ini, seharusnya kau akan aman karena masih sekitar seratus tahun… tapi bagaimana bisa kau…?"     

Ctar!     

Petir hitam itu kembali menyambar.     

Angele mendongak. Ia melihat kepala wanita berbaju hitam itu terbang dari tubuhnya. Leher wanita yang panjang itu terlihat mengerikan. Ia membuka mulutnya, berusaha menggigit wajah Angele.     

Wajah itu berada sekitar 1 meter dari Angele, sehingga senyum mengerikan yang tersungging pada wajahnya terlihat sangat jelas.     

Bau amis seperti ikan tercium dari mulut wanita itu.     

"Ha…"     

Mulut wanita itu terbuka seperti resleting tas, sehingga memperlihatkan gigi-gigi tajam di dalamnya.     

Kepala itu berusaha menggapai Angele, namun kilat-kilat hitam pada lorong itu terus melindunginya. Leher elastis wanita itu memiliki panjang 3 meter dan masih terus memanjang.     

Kilat-kilat hitam tersebut menjadi jaring yang menahan kepala tersebut,     

"Makhluk ini…" Angele memicingkan matanya dan mengangkat pedangnya.     

Shing!     

Pedang itu melesat cepat, hingga menciptakan garis perak yang mengarah pada kepala wanita itu.     

Namun, tiba-tiba petir hitam pelindung itu menyambarnya, sehingga ia gemetar dan terlempar mundur.     

Brak!     

Ia menabrak dinding dan terjatuh ke lantai.     

"Ha… kau masih terlalu lemah untuk menghancurkan pelindung dunia ini…" Henn tertawa. "Kau kira itu hanya energi pemisah teras dan lorong ini? Untuk menghancurkan pelindung ini, kau harus memahami aturan dunia kami dan dunia peri."     

Angele terbatuk-batuk. Seluruh tulang dalam tubuhnya terasa nyeri.     

"Sial! Lalu, apa yang harus aku lakukan?"     

"Tunggu sampai dia pergi."     

Wanita itu terus berusaha menghancurkan pelindung tersebut. Ia tampak seperti orang gila.     

Shing!     

Kepala wanita itu kembali ke tubuhnya. Ia menatap Angele dan menelan, seperti manusia kelaparan yang melihat daging mahal di depan matanya.     

Woo! Woo!     

Tiba-tiba, terdengar suara raungan binatang buas.     

Sebuah bayangan besar muncul di langit. Bayangan itu sedang mengepakkan sayapnya.     

Angele mendongak ke atas.     

Seekor naga hitam raksasa terbang di atas teras. Lehernya panjang, seperti ekor ular, dan matanya berwarna hitam. Cairan hijau beracun terus menetes dari gigi-giginya yang tajam.     

Naga itu terlihat seperti kadal aneh yang memiliki sayap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.