Dunia Penyihir

Pengganti dan Alasan (Bagian 1)



Pengganti dan Alasan (Bagian 1)

0Di balik pintu itu, terdapat ruangan luas berdinding putih.     

Di tengah ruangan itu, terdapat sebuah kolam besar yang dibangun dengan batu-batu putih. Patung-patung biru berbentuk aneh berdiri mengelilingi kolam itu.     

Patung-patung biru itu berbentuk seperti wanita-wanita cantik, namun mereka memiliki ekor seperti ekor kalajengking. Ekor itu memiliki panjang sekitar satu meter dan selebar kaki manusia.     

Semua wanita-wanita itu berada dalam posisi terduduk dan ekor terangkat, seakan bersiap untuk menyerang.     

Di tengah kolam itu, terdapat pusaran air berdiameter sekitar empat meter. Pusaran air itu berputar-putar perlahan.     

Di tengah pusaran air, terdapat lubang besar yang gelap dan tak berujung, sehingga Angele tidak tahu sedalam apa kolam itu sebenarnya.     

Ia menghela nafas dan perlahan berjalan masuk.     

Angele menatap patung-patung itu dan sekilas memeriksa ekor kalajengking mereka. Kemudian, ia berbalik dan menatap pusaran air di tengah kolam itu.     

Titik-titik biru bersinar di depan matanya dan segera menghilang. Seketika, ekspresinya berubah menjadi bingung.     

"Tempat ini… Tidak ada partikel energi di sini…" gumamnya seraya melihat sekeliling ruangan.     

Empat pilar kecil dari batu berwarna putih berdiri di masing-masing sudut ruangan.     

Api putih terus membara di atas pilar dan menerangi ruangan itu, namun Angele tidak melihat adanya asap.     

Tiba-tiba, ia memicingkan matanya. Ia melihat ada sesuatu yang tertulis di salah satu pilar batu.     

Tanpa membuang waktu, ia berjalan ke tepi kanan.     

Ada kata-kata yang terukir di atas permukaan pilar yang halus itu, tepat di samping bara api putih, namun Angele tidak mengenal bahasanya.     

Ia mengangkat tangannya dan menyentuh tulisan itu.     

Shing!     

Kilat berwarna biru muncul tepat di atas ukiran itu dan menyerang tangan Angele. Karena terkejut dengan serangan itu, ia pun mundur beberapa langkah.     

Wajahnya menjadi pucat. Ia membutuhkan beberapa saat untuk memulihkan tubuhnya.     

Krak!     

Tiba-tiba, terdengar suara seperti batu yang hancur.     

Suara-suara retakan itu menjadi semakin kencang; suara itu berasal dari patung-patung di sekitar kolam.     

Tanpa membuang waktu, ia kembali ke depan pintu dan menatap kolam besar itu.     

Lapisan-lapisan batu putih di patung-patung itu terkelupas dan berceceran di lantai.     

Mereka bergerak-gerak dan mulai berjalan, seperti manusia yang baru saja terjaga.     

Hiss!     

Wanita kalajengking di sebelah kiri mengeluarkan suara desisan seperti ular. Rambutnya yang panjang dan berwarna hitam tergerai di atas bahunya.     

Semua kepingan kulit batu patung-patung itu telah terjatuh, sehingga terlihat kulit yang halus dan lembut. Wanita itu mengayunkan ekor hitamnya beberapa kali.     

Mata wanita kalajengking itu kosong, wajahnya mirip dengan wajah penjaga Dinding Kebingungan.     

"Hiss… Sudah lama tidak ada pengunjung di kolam ilusi…" Wanita itu berjalan perlahan mengelilingi kolam dan berkata pada Angele dengan bahasa kuno.     

"Dinding Kebingungan memintaku untuk datang kemari. Aku ingin tahu, apa fungsi kolam ilusi ini?" tanya Angele dengan santai. Ia memegang scimitar-nya kuat-kuat dan mengambil Cahaya Duri dari kantongnya.     

"Kolam ilusi? Hiss… Ini adalah gerbang untuk menuju ke dunia-dunia lain, tapi kau membutuhkan koordinat yang spesifik… Kami adalah penjaga gerbang ini…" Sepertinya, wanita itulah satu-satunya wanita kalajengking yang bisa bicara.     

Angele melihat wanita-wanita lainnya tidak bisa berjalan. Satu-satunya yang bisa berjalan dan bergerak bebas adalah wanita yang sedang berbicara dengannya.     

"Jadi, bagaimana cara masuk ke gerbang itu?" Angele tetap tenang dan terus bertanya.     

"Lompatlah ke lubang hitam di tengah, tapi sebelum itu… kau harus berhasil melewati tantangan kami… Hiss…" Wanita itu perlahan berjalan mendekatinya.     

"Tantangan? Tantangan apa?" Angele mundur selangkah, hingga punggungnya menyentuh pintu.     

"Kau punya dua pilihan. Pertama, kau bisa berhubungan intim dengan kami semua. Kami menginginkan sperma-mu. Kedua, kau bisa membiarkanku memakan sebagian jiwamu." Wanita kalajengking itu tertawa.     

Ekspresi Angele berubah. Ia hendak menjawab tawaran itu.     

Tiba-tiba, kunci di tangannya berdenyut kencang; rasanya persis seperti jantung manusia yang berdetak.     

Suara Dinding Kebingungan bergema di telinganya.     

"Bunuh mereka… Para penjaga gerbang memiliki darah kuno paling bersih yang dapat membantumu masuk ke Dunia Mimpi Buruk. Merekalah yang kau cari. Kekuatan para penjaga diikat dan dibatasi oleh kolam ilusi. Kau hanya melihat ilusi-ilusi tubuh mereka. Jangan biarkan ketakutan menggoyahkanmu. Jangan biarkan ketakutan membuatmu…"     

Suara itu terus bergema dan menjadi semakin jauh sebelum perlahan-lahan menghilang.     

Angele yakin, wanita kalajengking itu tidak mendengar apa yang dikatakan Dinding Ilusi.     

"Katakan padaku, siapa namamu?" Ia menatap wanita itu.     

"Namaku Bella Cassia, panggil saja Bella. Aku benar-benar menyukai namaku." Wanita itu tersenyum. Senyumannya tampak sangat cantik.     

Perlahan-lahan, Angele memasang cincin Cahaya Duri itu di jari manis tangan kanannya.     

Waktunya sangat sedikit. Ia tidak sempat memikirkan apakah Dinding Kebingungan berkata jujurr atau tidak. Sepertinya, dinding itu tidak mungkin berbohong. Ia telah jujur padanya dan memberinya hadiah sesuai janji setelah pertanyaan terjawab.     

Namun, ia tidak ingin terlalu mempercayai dinding itu.     

'Meninggalkan Dunia Mimpi Buruk dalam 2 menit dan 36 detik… 2 menit dan 24 detik…'     

Zero terus memberikan peringatan padanya. Batas waktunya terlihat jelas dan terus menurun di depan matanya.     

'Baiklah, aku akan mencobanya…' pikirnya. 'Aktifkan Mode Bantuan Pertarungan.'     

Shing!     

Garis-garis biru muncul di depan matanya.     

Ia menutup matanya selama beberapa detik. Sudah lama ia tidak menggunakan mode bantuan pertarungan, sehingga ia harus membiasakan dirinya lagi.     

"Ada apa? Apa kau masih berpikir? Atau kau ingin pergi?" Bella terlihat kebingungan.     

"Pergi?" Angele membuka matanya dan menatap wanita kalajengking itu. "Aku tidak akan pergi. Aku baru saja mau mengajakmu berhubungan intim."     

"Hampir saja… kau menipuku…" Angele melihat sekelilingnya dan tersenyum kecut.     

Ia mengangkat pedangnya dan melesat ke arah Bella. Gerakannya sangat cepat hingga ia terlihat seperti bayangan yang buram.     

Shing!     

Scimitar terkutuk-nya berubah menjadi kilat perak dan melesat melewati tubuh Bella, sebelum akhirnya menghilang di tempat kosong di samping danau. Tiba-tiba, wanita kalajengking berwarna putih muncul entah dari mana.     

Krak!     

Pedang itu menghantam leher patung.     

"Tidak!" Bella berteriak-teriak seperti orang gila, sementara wanita-wanita kalajengking lainnya melompat-lompat. Mereka bergerak dengan cepat dan mendesis. Desisan mereka sangat memekakkan telinga.     

Angele segera berbalik, menarik pedangnya dari patung itu, dan menangkap patung yang terjatuh itu sebelum melompat ke dalam kolam ilusi.     

"Sampai jumpa." Ia melihat Bella menerjangnya dan tersenyum.     

Byur!     

Angele pun menghilang di tengah pusaran air.     

Sambil memegang patung yang telah hancur di tangannya, ia mulai tenggelam.     

Amarah terpatri pada wajah-wajah wanita kalajengking itu. Sepertinya, para penjaga itu tidak diperbolehkan menyentuh kolam ilusi.     

Air dingin di sekitarnya terus memenuhi seluruh tubuhnya.     

Beberapa detik berlalu. Makhluk-makhluk berbentuk manusia bertubuh transparan dengan tubuh seperti air berenang mendekatinya. Mereka terlihat seperti duyung, namun tubuh mereka tampak buram.     

Para duyung-duyung cantik itu mengangkat tangan mereka dan memeluk Angele juga patung di tangannya satu-persatu.     

Wajah para duyung itu bersih dan tembus pandang, sementara mata mereka sangat cantik.     

Dari jauh, terdengar suara merdu nyanyian seorang wanita.     

Nyanyian wanita itu sangatlah indah, seperti seorang wanita yang berbisik di telinganya. Ia tidak tahu apakah ini hanya ilusi atau nyata.     

Angele mulai merasa nyaman saat ia merasakan sedikit kehangatan pada air yang dingin itu.     

Perlahan-lahan, ia menutup mata.     

'Sayangnya, waktuku sudah habis.'     

Shing!     

Angele menghilang dari kolam itu sambil membawa patung di tangannya.     

**     

"Hah!"     

Tiba-tiba, Angele membuka mata dan menarik nafas dalam-dalam. Nyaris saja ia tenggelam dalam mimpi indah yang nyaman dan tenang. Godaan impian itu sangat sulit untuk ditolak.     

Perlahan-lahan, ia menenangkan dirinya.     

Patung wanita kalajengking berwarna putih itu masih ada di tangannya. Kulitnya telah terkelupas, sehingga terlihat mayat seorang wanita kalajengking. Darahnya yang berwarna putih terus menetes dari dagunya.     

Ia meletakkan mayat itu di lantai.     

Ia sudah kembali ke kamarnya, namun di dunia ini tidak ada kabut merah.     

Ditambah lagi, suara aliran lahar panas yang tidak asing terdengar dari lorong di luar kamarnya.     

"Aku harus segera menyelesaikan urusan ini." Angele menatap mayat wanita kalajengking itu dan tersenyum kecut.     

Ia tidak menyangka akan mendapatkan banyak esensi kehidupan setelah menusuk wanita kalajengking itu. Ia memutuskan untuk melompat masuk ke kolam karena ia tidak punya waktu lagi.     

"Jadi, apa yang harus aku lakukan…?" Angele mengangkat scimitar-nya. Ia terkejut setelah melihat bilah pedangnya.     

Bilah pedang itu penuh retakan-retakan yang berbentuk seperti sarang laba-laba.     

Krak!     

Satu retakan kembali muncul di atas pedang itu, dan darah merah menetes ke lantai.     

Kekuatan sang penjaga gerbang terlalu kuat…" Angele akhirnya mengerti penyebab kejadian itu.     

Kekuatan sang penjaga sangat kuat, hingga scimitar terkutuk itu nyaris hancur setelah menyerap kekuatan satu penjaga saja.     

'Buatlah misi. Cari bahan yang dapat membantuku menyerap esensi kehidupan wanita kalajengking itu.'     

'Misi telah dibuat. Analisa dimulai… Simulasi dimulai… Memeriksa hasil…'     

Setelah beberapa detik, chip-nya kembali melapor.     

Setelah membaca hasil analisa itu, ekspresinya berubah. Ia segera membalik mayat di lantai itu.     

Dada mayat wanita kalajengking yang tergeletak di lantai itu ditutupi oleh selapis tipis sutra putih. Di tengah dada wanita itu, ia melihat not musik berwarna merah yang berbentuk seperti rune rumit.     

Tanpa membuang waktu, ia merunduk, mendekati not musik itu, dan menyedotnya.     

Terdengar suara seperti udara yang keluar dari balon yang kempes.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.