Dunia Penyihir

Pencarian (Bagian1)



Pencarian (Bagian1)

0Tempat itu menjadi hening. Debu tebal terus menghujani tempat itu.     

Wush!     

Terdengar deru suara angin.     

Semua debu kelabu di tempat itu berkumpul di tengah ruangan dan berubah menjadi bola padat seukuran kepalan tangan di atas telapak tangan Vivian.     

Vivian meremas bola itu.     

Shing!     

Bola kelabu itu berubah menjadi api ungu yang menerangi seluruh ruangan. Bola itu semakin mengecil, sebelum akhirnya menghilang dalam hitungan detik.     

Angele berusaha berdiri. Dinding-dinding reruntuhan ini terbuat dari bahan-bahan spesial. Jika saja ia tidak punya medan pelindung dan ketahanan tubuh yang tinggi, pasti ia sudah terluka parah karena tabrakan itu.     

Vivian segera berjalan mendekati Angele.     

Angele sadar bahwa Vivian tidak akan membiarkannya menyentuh bola api emas itu.     

Wanita itu menggeleng dan menatap Angele. Vivian memiliki tubuh yang lebih tinggi dari Angele, sehingga ekspresinya yang dingin dan tatapannya yang penuh amarah terlihat lebih menakutkan.     

"Apa kau tahu betapa bahayanya situasi tadi?! Jika aku tidak kembali tepat waktu, kau akan terbakar hidup-hidup!"     

Vivian membuka mulutnya dan menghela nafas. Ia mengangkat tangan kirinya dan membelai kepala Angele untuk menenangkan dirinya.     

"Jangan pernah membahayakan nyawamu seperti itu lagi."     

Angele terdiam, tidak ingin membocorkan rahasianya pada Vivian, namun itulah satu-satunya cara untuk menjelaskan situasi saat ini. Vivian telah menghancurkan bola api emas itu, karena ia yakin bahwa 'anaknya' tidak akan mampu melawan bola itu sendirian.     

Angele mengira bahwa Vivian akan menghukumnya, namun wanita itu hanya memberinya peringatan. Setelah membelai kepala Angele, Vivian berbalik dan memeriksa apa yang hancur karena terkena ledakan itu.     

Angele terdiam sesaat, kemudian ia berjalan mengikuti wanita itu.     

Lorong reruntuhan itu sama sekali tidak rusak, dan pintu ruangan itu masih utuh. Namun, selain itu, semuanya hancur total. World Stone di ruangan itu telah hancur berkeping-keping, sehingga hanya tersisa separuh tepat di tengah lingkaran sihir ruangan.     

Vivian berjalan mendekati sisa world stone itu dan menghela nafas sebelum berbalik menatap Angele. "Istirahatlah, Nak. Kita tidak kehilangan benda penting apa pun."     

Angele tidak tahu harus berkata apa. Ia tidak menyangka bahwa Vivian akan kembali secepat itu.     

Setelah menyadari bahwa ia tidak bisa melakukan apa-apa, ia mengangguk dan berjalan kembali ke lorong kamar.     

Vivian menunggu Angele pergi meninggalkan tempat itu, kemudian ia berjalan ke ujung lorong dan mengusap rune-rune yang terukir pada permukaan pintu.     

"Sial… Aku sudah menghabiskan sepuluh tahun untuk mempersiapkan semuanya. Aku hanya perlu dua tahun lagi, tapi semuanya hilang begitu saja…" Ia menghela nafas.     

Vivian telah menghabiskan sepuluh tahun untuk mengumpulkan bahan-bahan dan mempersiapkan proses berkomunikasi dengan makhluk di sisi seberang pintu itu, namun ia tidak menyangka bahwa Angele akan menghancurkan semuanya.     

Wanita itu sangat sedih, namun Angele adalah anak satu-satunya. Ia tidak ingin memarahi anak semata wayangnya.     

"Tidak apa-apa. Yang penting dia selamat," gumamnya. "Aku akan membersihkan tempat ini dulu."     

Ctak!     

Ia menjentikkan jarinya, sehingga muncul partikel energi hijau yang menari-nari di udara.     

**     

Tidak lama kemudian, Angele sampai di lorong kamar. Ia memanjat tangga dan masuk ke kamarnya.     

Ia berjalan ke sudut kamar, mengambil kotak hitamnya, dan meletakkan kotak itu di atas lemari.     

'World Stone itu hancur. Vivian pasti akan sedih,' kata Henn setelah kotak terbuka.     

'Kenapa? Mungkin ini adalah salahku kan?'     

'Saat struktur world stone hancur, benda itu akan kehilangan fungsinya. Gelombang energi batu itu akan segera menghilang, sehingga sisa batu itu akan menjadi batu biasa. Apa kau lihat lingkaran sihir dan ukiran-ukiran rune di ruangan itu? Itu adalah hasil kerja keras Vivian selama sepuluh tahun.' Henn tertawa.     

Angele menatap kotak itu. 'Kau melihat semua itu karena aku tidak menyalakan patung kristal-ku, kan?'     

'Walaupun aku melihatmu, aku tetap tidak tahu mengapa kau memeriksa pintu itu.' Henn tertawa.     

'Terserah kau saja. Sekarang, berikan informasi sihir tingkat 2 itu padaku,' kata Angele dengan santai.     

'Baiklah,' jawab Henn, tanpa ragu.     

Melalui gelombang mentalnya, Angele merasakan informasi pola sihir yang dijanjikan Henn masuk ke dalam otaknya. Bersamaan dengan itu, suara peringatan Zero terus bergema dalam telinganya.     

Setelah menyuruh Zero untuk mengizinkan gelombang asing masuk, Angele mulai menerima rincian sihir tingkat 2 itu.     

Di sana, terdapat sangat banyak informasi, sehingga Angele menjadi sedikit pusing.     

Setelah setengah jam, akhirnya Henn selesai memindahkan informasi itu.     

Setelah memeriksa sihir pemberian Henn, Angele melihat bahwa Henn memberikan dua sihir tingkat 2, yaitu Mata Api dan Ledakan Pyros.     

Mata Api adalah sihir pelacak yang sangat sulit dideteksi oleh siapa pun selain penggunanya. Sihir ini dapat bersembunyi dalam kobaran api apapun, sehingga penggunanya bisa melihat tempat dan mendengar suara pada tempat di mana sihir itu digunakan.     

Ledakan Pyros adalah sihir yang mampu memunculkan bola api raksasa yang bisa meledak. Bola api itu dapat diledakkan oleh pengguna dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, sihir ini tergolong kuat karena daya ledak yang cukup luas. Sihir ini mampu menyerang suatu area, dan dapat digunakan untuk melukai musuh secara fisik dan mental.     

'Aku suka kau telah menghancurkan world stone itu. Anggap saja sihir kedua sebagai bonus.' Henn tertawa. 'Aku memodifikasi kedua sihir itu sendiri. Kau akan melihat perbedaannya setelah kau berhasil mempelajarinya.'     

Amgele mengangguk. Ia menutup kotak itu dan kembali mengaktifkan patungnya.     

Shing!     

Gelombang-gelombang energi transparan muncul dari patung itu.     

Artinya, Henn tidak akan dapat melihat apa yang Angele lakukan.     

Dengan hati-hati, ia mengambil patung itu dan meletakkannya ke dalam kantongnya. Setelah itu, ia mengambil pensil dan kertas untuk memeriksa informasi sihir tingkat 2 pemberian Henn.     

Tragedi pada world stone itu adalah kesalahannya. Vivian telah kehilangan semua hasil pekerjaannya selama bertahun-tahun, namun wanita itu tidak menghukumnya. Bahkan, wanita itu meyakinkannya bahwa itu bukan masalah.     

Namun, Angele sadar bahwa Vivian melakukan itu agar anaknya tidak merasa bersalah. Ini tidak mengubah fakta bahwa ia telah menghancurkan kerja keras Vivian selama sepuluh tahun hanya dalam beberapa menit. Jika saja Vivian tidak mengira bahwa ia adalah anaknya, wanita itu pasti sudah membunuhnya sekarang.     

Masalahnya, sekarang Angele hanya mendapatkan rune aneh dari kekuatan misterius itu. Bola api emas yang tadi dilihatnya telah hancur.     

Keuntungan yang didapatkannya tidak sebanding dengan kehilangan yang dideritanya.     

Setelah memeriksa informasi, Angele menghela nafas dan duduk di samping lemari.     

'Reruntuhan ini berhubungan dengan darah kuno para harpy, tapi Vivian pasti akan memeriksa kegiatanku setelah insiden ini…'     

Ia berdiri, berjalan mendekati pintu, dan membukanya.     

Titik-titik partikel merah yang nyaris tidak terlihat menempel pada tepi pintu itu.     

Titik-titik biru bersinar di mata Angele. Ia mengenal siapa pemilik energi itu.     

'Vivian… Dia meninggalkan partikel itu di sini.' Angele kembali menutup pintu.     

'Sekarang, dia akan tahu saat aku mencoba-coba melakukan sesuatu di tempat-tempat terlarang…' Angele menggeleng.     

'Yah, aku akan mempelajari kedua sihir ini dulu.'     

**     

Angele menghabiskan waktunya dengan belajar dan melakukan percobaan simulasi dengan menggunakan chip-nya, Setiap hari, ia makan bersama Vivian di ruang makan. Makanan mereka sangat sederhana – roti putih, susu, telur, dan buah-buahan.     

Tanpa bantuan Zero, Angele tidak akan tahu jam berapa sekarang. Kehidupan terasa monoton, namun ia berhasil menyelesaikan berbagai hal.     

Setelah kejadian itu, Angele masih bisa berjalan-jalan di reruntuhan dengan bebas. Namun, kebanyakan lorong yang biasanya terbuka telah ditutup dengan dinding batu, sehingga ia tidak dapat masuk ke tempat-tempat yang terlarang.     

Ia mengerti bahwa Vivian hanya sedang mencoba melindungi dirinya dari tempat-tempat berbahaya.     

Mengerti bahwa Angele akan merasa bosan, Vivian memberinya banyak pola sihir elemen Api tingkat 2.     

Angele menyimpan semua sihir itu dalam tempat penyimpanannya.     

Awalnya, ia hanya ingin mendapat sihir tingkat 2 sebanyak mungkin, dan ini sudah saatnya untuk pergi. Namun, Angele tengah merasakan sisa-sisa energi misterius dalam reruntuhan itu beberapa hari setelah insiden ledakan, sehingga ia memutuskan untuk tinggal di sini lebih lama lagi.     

**     

15 hari kemudian.     

Di ruang makan reruntuhan.     

Di tengah ruang makan, ada sebuah meja kayu panjang.     

Angele duduk di seberang Vivian. Meja makan itu memiliki panjang kira-kira sepuluh meter, namun hanya mereka berdua yang ada di sana.     

Ruangan itu diterangi oleh kristal-kristal bercahaya merah, sehingga dinding ruangan terlihat seperti tempat yang penuh lahar panas berwarna merah gelap.     

Angele memotong daging di piringnya menjadi beberapa bagian dan memakannya dengan garpu.     

"Daging apa ini? Rasanya enak." Angele menatap Vivian.     

"Aku senang kau menyukainya. Ini adalah daging sirloin kadal api." Vivian meminum susu dan tersenyum. "Aku tahu bahwa kau mulai bosan di sini. Jika kau mau, kau boleh kembali/ Aku tidak akan memaksamu tinggal di sini. Entah mengapa, aku merasakan pergerakan energi aneh setelah kejadian beberapa waktu lalu…"     

Vivian terdiam sesaat. "Kau masih punya urusan di Tangan Elemental, kan? Jangan lupa melakukan kewajibanmu, karena hadiahnya cukup menarik. Aku juga bisa membantumu, karena kau adalah a…"     

Angele berpikir sesaat sebelum menyela Vivian. "Aku tidak melihat banyak penyihir Tangan Elemental saat aku bergabung dengan organisasi. Ada apa dengan mereka?"     

"Kau ini masih anggota baru, jadi kau belum melihat apa-apa. Apa yang mereka katakan padamu? Teritori Tangan Elemental bukan satu-satunya tempat yang sudah kau kunjungi. Menara Pengawal, Tebing Angin, Peternakan Pengembara, Sungai Emas, dan kantor para dewan, semuanya adalah bagian dari organisasi. Ada lebih dari seribu penyihir di Tangan Elemental, namun mereka semua hidup di daerah berbeda-beda. Itulah alasan mengapa kau tidak bertemu dengan mereka." Vivian menjelaskan.     

"Aku suka tempat tenang. Aku hanya ingin tahu." Angele mengedikkan bahunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.