Dunia Penyihir

Vivian dan Tangan Elemental (Bagian 2)



Vivian dan Tangan Elemental (Bagian 2)

0Beberapa bulan kemudian, Angele menghabiskan waktunya dengan mengurung diri di rumah dan fokus mempelajari ilmu-ilmu dasar pemberian Henn. Ia telah meminta para calon penyihir dari organisasi untuk mengirimkan makanan dan minuman setiap hari.     

Ia berbicara dengan Mincola dengan bantuan teleskop dan rune komunikasi, sementara ia mengirim pesan untuk Hikari, Stigma, dan Reyline dengan menggunakan pilar pengirim pesan,     

Stigma menjawab pesannya dua kali, sementara Hikari dan Reyline hanya menjawab satu kali. Sepertinya, mereka sibuk dengan misi masing-masing.     

Dengan bantuan pilar pengirim pesan milik organisasi, Angele mengirimkan pesan pada Isabel dan Nancy. Pesan-pesan yang dikirim dengan pilar organisasi akan dikirim ke pilar di area Molten River, sebelum akhirnya dikirim ke perbatasan barat. Sayangnya, pesan ke perbatasan barat hanya akan dikirim setelah pesan yang terkumpul sudah cukup banyak untuk menghemat biaya.     

Biaya mengirim pesan ke perbatasan barat sangatlah mahal. Selain itu, pesan itu akan sampai dalam waktu sekitar dua tahun.     

Ia tidak memberitahu Nancy tentang situasinya, namun ia memberitahu Nancy bagaimana cara membalas pesan-pesannya.     

Ia ingin menunjukkan bahwa ia masih hidup, sehingga teritori dan keluarganya akan terus dilindungi.     

Setelah memindahkan pengetahuan dasar pada Angele, Henn beristirahat selama dua bulan. Namun, ia meminta Angele untuk pergi ke Gunung Embun Kejora dan mencari seorang penyihir bernama Vivian. Jika ia belum menemukan Vivian, Henn tidak akan memberikan pola sihir tingkat 2 itu.     

Angele berkemas, memasang pin organisasi pada jubahnya, dan pergi ke Gunung Embun Kejora.     

**     

Di daerah Gunung Embun Kejora…     

Hari masih sangat pagi.     

Di puncak gunung itu, salju putih bersih menutupi bebatuan hitam di jalan.     

Tepat pada puncak gunung berapi itu, terlihat asap putih membumbung perlahan dari kawah.     

Angin dingin meniup salju di udara. Bau telur busuk karena belerang memenuhi tempat itu.     

Tap! Tap!     

Seorang pria berbalut jubah tebal berwarna putih berjalan perlahan-lahan menyusuri jalan sempit yang licin menuju ke puncak gunung.     

Wajahnya tertutup oleh tudung putih. Ia membawa tongkat perak di tangan kanannya.     

Jalan itu ditutupi oleh lapisan es yang tipis dan tumpukan salju yang tebal.     

"Hah…" Pria itu menarik nafas panjang dan berhenti berjalan. Kemudian, ia melihat ke bawah.     

Ia tidak bisa melihat kaki gunung, karena pandangannya tertutup oleh awan tebal.     

"Kau bercanda… Gunung ini tingginya lebih dari 9000 meter…" Angele melepaskan tudungnya, sehingga terlihat kulitnya yang halus dan bersinar perak.     

Salju yang jatuh di rambut dan alisnya seketika menghilang.     

Tubuhnya menjadi hangat dengan bantuan partikel energi Api. Salju yang ada di dekatnya pun menguap seketika.     

'Henn, apa kau yakin ini tempatnya? Aneh…' Angele menggeleng.     

'Iya, aku yakin. Suhu dan cuaca tempat ini memang menyebalkan, tapi pemandangannya sangat indah. Ditambah lagi, inilah satu-satunya gunung berapi di daerah Pegunungan Embun Kejora,' jawab Henn. 'Teruslah memanjat. Kau akan mengerti saat sampai di puncak.'     

'Apa kau serius?' Angele melihat ke bawah lagi, namun yang terlihat hanyalah awan-awan. Kepalanya pun menjadi pusing. 'Ini lebih tinggi daripada ketinggian kapal terbang…'     

Angele menarik nafas dalam-dalam dan kembali berjalan, sehingga meninggalkan jejak-jejak kaki pada salju yang tebal itu. Berjalan di jalan bersalju sangatlah sulit.     

'Aku tidak menyangka akan menggunakan Medan Bersuhu Tinggi dengan cara seperti ini, tapi suhu tempat ini terlalu…' Titik-titik biru bersinar di depan matanya.     

Suhu saat itu ditampilkan di depan matanya.     

'-81.5 derajat Celsius…'     

'Tanpa bantuan medan pelindung-ku, aku tidak akan bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup. Sepertinya, inilah alasan mengapa aku tidak melihat makhluk-makhluk biasa di sini.' Angin dingin terus bertiup; rasanya seperti pisau yang terus menyayat kulitnya. Untuk menggunakan medan pelindung itu, ia harus menggunakan energi yang tersimpan dalam chip-nya. Untungnya, ia bisa mengisi kembali partikel energi chip itu dengan mudah.     

Setelah menggunakan teknik kompresi mental, Angele dapat menyerap partikel energi dengan kecepatan tinggi.     

Sayangnya, di tempat ini, tidak ada banyak partikel energi api. Ia hanya bisa mendapatkan 10 derajat energi Api setiap jam. Namun, itu cukup untuk mengurangi konsumsi energi api yang dibutuhkan oleh medan pelindung-nya.     

Tap! Tap!     

Ia terus berjalan menyusuri jalan bersalju dan berliku-liku itu.     

Dari kejauhan, ia terlihat seperti semut putih yang sedang berusaha memanjat gunung yang sangat tinggi.     

Setelah berjalan selama setengah jam, akhirnya ia sampai ke kawah gunung.     

Kawah itu ditutupi batu-batu hitam tanpa salju. Namun, masih ada lapisan-lapisan es yang menyelimuti beberapa area di dekat kawah. Suhu di tempat ini mampu melelehkan salju yang berguguran.     

Angele berdiri di dekat kawah dan memicingkan matanya. Ia ingin tahu apa yang ada di dalam kawah itu.     

'Inikah tempat yang kau maksud, Henn?' tanyanya.     

'Iya,' jawab Henn. 'Tetua-tetua Tangan Elemental sedang sibuk, jadi mereka tidak punya waktu untuk mengawasi aktivitas para anggota penyihir resmi. Dulu, tempat ini digunakan sebagai ruang pertemuan anggota-anggota muda, tapi sepertinya ruangan ini sudah jarang digunakan. Bahkan, tidak ada yang memperbaiki lingkaran sihir pengatur suhu tempat ini.     

'Anggota muda? Apa kau memiliki hubungan dengan mereka?'     

'Iya… Mereka sudah kuanggap sebagai keluarga sendiri, walaupun aku hanya seorang guru. Bertahun-tahun lalu, biasanya aku mengajar di sini… Setahuku, Fin sudah pergi, sementara Tidania masih menghilang. Aku tidak tahu berapa muridku yang masih hidup…' jawab Henn. Ia terdengar sedih.     

'Bagaimana dengan sekarang? Apa masih ada orang di sini?' tanya Angele. Ia tidak ingin usahanya untuk naik ke tempat ini menjadi sia-sia.     

'Jika kau beruntung, pasti ada orang di sini… Vivian, misalnya.'     

'Apa yang harus kukatakan pada mereka?'     

'Katakan saja bahwa kau adalah muridku. Sangat mudah untuk membuktikan hal itu, jadi kau tidak perlu khawatir,' jawab Henn.     

'Bagaimana jika kau keluar dari tubuhku dan bicara padanya langsung?' Angele mengerutkan bibirnya.     

'Tidak ada gunanya melakukan itu. Aku terlalu lemah, dan mereka akan tahu bahwa aku telah menjadi jiwa; bahkan para penyihir kuno tidak mengetahuinya. Aku tidak mau jadi kelinci percobaan seorang penyihir gila. Jiwa kita sudah terikat, jadi kita berada dalam posisi yang sama.' Henn tertawa. 'Kau sudah tahu bagaimana aku bisa menjadi jiwa seperti ini, kan?'     

'Jadi, aku harus lebih berhati-hati.' Angele terdiam.     

'Aku menghabiskan banyak waktu untuk mengajari murid-muridku, tapi tidak ada yang tahu siapa aku. Hanya murid-murid terkuat dan anggota-anggota inti Tangan Elemental yang mengetahui identitasku.' Henn menjelaskan. 'Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan anggota-anggota lain, tapi aku yakin bahwa Vivian akan menolongmu.'     

'Jadi, Vivian adalah anggota yang paling setia?'     

'Setia atau tidak, aku tidak tahu. Tapi, aku tahu bahwa orang tuanya meninggal saat ia masih muda, sehingga ia memperlakukan anak semata wayangnya dengan baik. Anak Vivian adalah muridku, namun tidak ada orang lain yang tahu bahwa Vivian memiliki anak. Vivian mengira bahwa anaknya mati saat menjalankan misi, tapi aku bisa meyakinkannya bahwa anaknya masih hidup.' Henn tertawa.     

'Apa maksudmu?' Angele memicingkan matanya. 'Apa kau ingin meyakinkannya bahwa aku adalah anaknya yang hilang…'     

'Rencana yang bagus, kan?' bisik Henn. 'Mulai hari ini, kau adalah muridku, dan anak Vivian, Fenrir. Periksa bahu kananmu sekarang.'     

Angele terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya membuka jubah dan melihat bahu kanannya.     

Suara peringatan Zero bergema dalam telinganya. 'Aktivitas energi tidak dikenal terdeteksi pada bahu kanan Anda. Hancurkan?'     

Tanda lahir berbentuk aneh dan berwarna merah gelap muncul pada bahunya.     

Setelah meminta Zero membiarkan aktivitas energi itu, ia bernafas lega. Chip-nya mampu memberikan peringatan tentang pergerakan Henn.     

'Apa yang sedang kau lakukan?' tanya Angele dengan dingin. Ia berusaha mencari lebih banyak informasi.     

'Jangan marah. Anak Vivian mati karena terkena penyakit, dan aku gagal menyelamatkannya. Tapi, aku tahu bahwa anak Vivian memiliki tanda lahir pada bahu kanannya. Vivian pasti juga mengetahui tanda lahir itu, sehingga dia pasti percaya padamu.'     

'Apa benar dia mati karena penyakit? Jangan bilang bahwa semua ini ulahmu…' Angele terus bertanya seraya meminta Zero memeriksa kondisi tubuhnya untuk memastikan bahwa Henn tidak melakukan apa-apa.     

'Itu hanya kecelakaan…' jawab Henn dengan santai. 'Vivian terkena efek eksperimen, sehingga ia tidak bisa punya anak lagi. Dia akan senang melihat anak semata wayangnya masih hidup.'     

'Apa kau yakin bahwa rencana ini akan berhasil? Wanita itu tidak akan percaya padaku hanya karena aku punya tanda lahir. Rencana ini terlalu mudah diketahui.'     

'Jangan khawatir, aku akan membantumu. Aku lebih mengenal anak itu ketimbang Vivian sendiri. Ditambah lagi, kau memiliki darah harpy pada tubuhmu yang mampu menghalangi tes yang mungkin akan dilakukannya padamu. Gelombang mentalku akan menangkis semua sihir pendeteksi jiwa. Jika kau memberiku izin untuk mengatur gelombang mental-mu, aku bisa membuat gelombang mentalmu menjadi mirip dengan gelombang mental anaknya.'     

'Oh, jadi kau beristirahat dalam waktu yang lama hanya untuk ini?' Angele memicingkan matanya. 'Tunjukkan saja pola gelombang mentalnya, akan kumodifikasi sendiri.'     

'Baiklah kalau begitu. Aku hanya mau menawarkan barter yang adil. Aku ingin kau menjadi lebih kuat agar kau bisa membunuh Arisma, jadi aku tidak akan menyakitimu. Bahkan, aku akan membuatmu menjadi penerusku. Aku juga akan memberikan semua pengetahuanku padamu. Apa yang kau takutkan?' Henn tertawa.     

'Kedengarannya bagus. Tapi, aku pasti mati kalau aku tidak berhati-hati. Kau menyembunyikan terlalu banyak hal dariku.' Angele tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang gratis, namun ia tidak bisa melakukan semua perintah Henn begitu saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.