Dunia Penyihir

Pertemuan (Bagian 2)



Pertemuan (Bagian 2)

0'Bagaimana cara kalian menjaga informasi tentang teknik-teknik meditasi tingkat tinggi ini di benua tengah agar tidak bocor ke tempat lain?'     

'Beberapa orang menjual teknik-teknik meditasi tingkat tinggi yang tergolong lemah. Entah bagaimana, mereka berhasil menghindari kewajiban untuk menandatangani kontrak. Tapi, hanya ada beberapa yang berhasil, sehingga hanya penyihir-penyihir terkuat dan terkaya di luar sana yang akan mampu mendapatkan salah satu teknik tersebut. Ditambah lagi, tidak semua penyihir mampu memahami teknik itu. Jika teknik meditasi tingkat tinggi bisa dipahami dengan mudah, akan ada lebih banyak penyihir tingkat tinggi di dunia ini.'     

'Susah? Aku berhasil hanya dalam satu kali percobaan,' tanya Angele.     

'Tidak ada yang tahu mengapa ada yang bisa ada yang tidak. Tapi, para penyihir telah menghabiskan banyak waktu untuk meneliti teknik-teknik meditasi tingkat tinggi, dan hasilnya nihil. Semua teknik meditasi yang kita ketahui sekarang adalah warisan dari para penyihir kuno. Mereka menemukan teknik-teknik itu di dunia lain.' Henn menjelaskan.     

'Dunia lain? Kau sudah tahu tentang Dunia Mimpi Buruk? Jangan bilang bahwa penyihir di benua tengah sudah tahu cara mengaktifkan World Stone…' tanya Angele.     

'Dunia Mimpi Buruk hanyalah salah satu dari sekian banyak dunia. Aku tidak tahu apakah ada penyihir di negeri tengah yang sudah pernah masuk ke dunia lain, tapi mereka sudah mengerti cara berkomunikasi dengan spesies di dunia lain dengan menggunakan World Stone. Semua spesies yang berakal di dunia lain sangatlah kuat dan misterius. Setahuku, jika dibandingkan dengan dunia-dunia lainnya, Dunia Mimpi Buruk relatif aman. Tapi, legenda mengatakan bahwa makhluk-makhluk dari dunia itu bisa memakan jiwamu. Mereka sangat pandai menggunakan kutukan-kutukan yang kuat, bahkan mampu membunuh seluruh keturunan seorang penyihir jika tidak segera ditangani.'     

'Selain Dunia Mimpi Buruk, ada juga Dunia Void dan Dunia Chaos. Jangan coba-coba pergi ke sana. Hanya penyihir kegelapan tanpa tujuan hidup yang mau mencoba.'     

Angele mendengarkan perkataan Henn. Ia menghela nafas lega setelah memutuskan untuk tidak berlama-lama di Dunia Mimpi Buruk.     

'Yah, sementara ini, tidak ada gunanya memberitahumu. Saat waktunya tiba, akan kuajarkan pengetahuan tentang dunia-dunia lain.' Henn memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan mereka.     

'Master Henn, aku baru saja sampai ke tingkat Kristal. Apa kau punya sihir-sihir api tingkat 2?' tanya Angele.     

'Ha! Nak, apa kau ingat aturan dasar dunia penyihir? Jika kau menginginkan sesuatu dariku, kau harus memberiku sesuatu dengan nilai yang sama.' Henn tertawa.     

'Aku mengerti… Apa yang kau mau dariku kali ini?' Angele mengedikkan bahunya. Ia mengerti Henn akan menanyakan hal itu. Wanita itu tidak akan membantu Angele tanpa alasan.     

'Carilah seorang penyihir bernama Vivian Fenrir. Kalau tidak salah, dia masih menjadi anggota Tangan Elemental. Jika kau menemukan wanita itu, akan kuberikan pola sihir yang kau inginkan.'     

'Baiklah. Akan kucari wanita itu setelah sampai ke teritori Tangan Elemental, tapi aku membutuhkan waktu yang lama… Bisakah kau memberiku sihir tingkat 2 dulu?' Angele mengerutkan bibirnya. 'Tunggu. Aku bisa meminta pola-pola sihirnya setelah sampai di sana nanti.'     

'Karena kau adalah anggota elit Menara Penyihir Kegelapan dan peramu berbakat, sepertinya mereka akan memberimu sihir-sihir tingkat 2 biasa. Tapi, aku punya sihir-sihir tingkat 2 yang telah dimodifikasi, dengan kekuatan dua kali lebih kuat dari sihir tingkat 2 biasa. Pilihlah.' Henn tertawa.     

'Apa? Tangan Elemental dan Menara Penyihir Kegelapan tidak punya pola tingkat 2 hasil modifikasi?' tanya Angele.     

'Tentu saja mereka punya, tapi harganya pasti berbeda. Untuk membeli sihir modifikasi, kau harus menandatangani kontrak dan menjaminkan sebagian jiwamu,' jawab Henn.     

Angele berpikir selama beberapa saat dan memicingkan matanya.     

'Baiklah. Kau menang.'     

'Tunggu sampai kekuatan mentalmu stabil dulu. Belajarlah lebih banyak tentang kota ini,' saran Henn.     

'Baiklah.' Angele mengangguk perlahan.     

**     

Lima hari kemudian…     

Hari sangat cerah.     

Awan-awan tipis beterbangan di langit. Cahaya matahari yang sangat terik menerangi bumi.     

Di sisi kiri menara logam hitam, terdapat sebuah jalan yang sibuk. Jalan itu penuh dengan restoran dan berbagai tempat makan lainnya.     

Jalan itu sangat ramai. Di sana, ada banyak penduduk yang mengenakan rok kulit pendek dan pelindung dada tanpa lengan. Keringat terus menetes membasahi tubuh mereka, namun mereka tetap tawar-menawar dengan para penjual.     

Pakaian kulit berwarna-warni yang mereka kenakan bersinar di bawah cahaya matahari yang terik.     

Selain restoran, di sana juga terdapat kafe-kafe dengan papan nama berwarna putih. Semua kafe itu dipenuhi anak-anak muda.     

Di dalam salah satu kafe, terdapat seorang pria berambut pendek berwarna hitam dan berjubah putih. Ia duduk sendirian di depan tiga kursi kosong di depannya.     

Pria itu sedang meminum kopi bunga dari cangkir kecil. Wajahnya tampak pucat, dan ekspresinya dingin. Sebilah pisau hitam kecil yang mencolok tersemat di pinggangnya.     

Pria itu terus melihat keluar melalui jendela di sisi kirinya.     

Sebagian besar pengunjung hanya berada di kafe itu selama sekitar lima menit, sementara beberapa orang lainnya sedang menunggu teman-teman mereka datang.     

Para pengunjung terus berlalu lalang, namun pria berambut hitam itu hanya diam dan melihat orang-orang yang lewat.     

Pemilik dan pelayan kafe sibuk berbincang-bincang. Mereka berusaha menebak-nebak siapa yang sedang ditunggu pria itu.     

Beberapa jam berlalu. Matahari sudah mulai terbenam, sehingga cahaya oranye menerangi mejanya.     

Warna kopi pada cangkir pria itu terlihat semakin terang.     

"Hari ini adalah giliranku membayar, terserah kalian mau makan apa!" Seorang wanita berambut pendek berwarna kuning berlari masuk, diikuti oleh dua orang wanita muda di belakangnya.     

Mereka memasuki kafe sambil berbincang-bincang. Di belakang mereka, seorang pria berjubah abu-abu berjalan masuk. Wajahnya ditutupi oleh tudung kelabu.     

Pria itu langsung pergi ke meja di dekat jendela.     

Perlahan-lahan, ia menarik kursi di dekat jendela dan perlahan duduk.     

"Kau cepat sekali." Pria itu melepaskan tudungnya dan memperlihatkan senyum yang percaya diri.     

"Kau yang terlambat, Green," jawab pria berambut hitam itu seraya menyesap kopi dari cangkirnya.     

"Tidak, aku datang tepat waktu. Jadi, bagaimana keadaan keluargamu, Stigma?" tanya Angele seraya memesan secangkir kopi buah.     

"Lumayan baik. Tidak ada yang tahu bahwa aku sudah jadi penyihir resmi. Mereka mengira bahwa aku masih calon penyihir tingkat 3." Stigma menggeleng. "Adikku sudah menjadi penyihir resmi, dan dia sebentar lagi akan mencapai tingkat Gas. Namun, entah mengapa, keluargaku tidak membantu menyuplai bahan-bahan untuk adikku."     

"Jadi, semuanya berjalan sesuai rencanamu?"     

"Iya, ini semua demi keselamatanku," jawab Stigma dengan tatapan kosong. "Orang-orang takut dengan hal-hal yang aneh. Setelah aku kembali, adikku memberiku banyak hal, dan sahabatku menangis saat melihatku. Inilah kehidupan yang kuinginkan… Terkadang, aku sebaiknya tidak mengatakan yang sejujurnya pada mereka."     

"Nikmatilah selagi kau bisa. Master Arisma tidak akan membiarkanmu terlena dalam keadaan seperti ini." Angele menatap Stigma seraya menganalisanya dengan bantuan Zero.     

"Kau sudah nyaris mencapai tingkat Kristal. Selamat." Ia memicingkan matanya setelah analisa Zero selesai.     

"Iya, tapi prosedur yang cepat seperti ini pasti memiliki efek samping." Stigma menggigit bibirnya dan menghabiskan kopinya.     

Kriet…     

Pintu kembali terbuka.     

Seorang pria dan seorang wanita masuk ke kafe; keduanya mengenakan pakaian putih.     

Si pria memiliki rambut panjang dan lurus berwarna pirang dan raut wajah yang sangat percaya diri. Wanita di sampingnya tampak cantik nan elegan; rambut hitam panjangnya dikuncir ke belakang.     

Mereka melihat sekelilingnya, sebelum menatap kedua pria yang duduk di dekat jendela.     

"Mereka sudah datang." Stigma berdiri dan tersenyum. "Semua sudah ada di sini."     

"Aku ingin berbicara pada kalian, tapi Stigma tiba-tiba mengirimkan pesan padaku, haha," sapa Hikari.     

Reyline hanya diam, tidak mengatakan apa-apa.     

Akhirnya, setelah bertegur sapa, keempat penyihir itu duduk di kursi.     

Hikari menatap Angele dan tersenyum. "Green, mungkin kau tidak tahu bahwa Reyline sudah bergabung dengan Paguyuban Penyihir? Dia sudah menjadi ketua kelompok karena dia sangat berbakat."     

"Paguyuban Penyihir? Kudengar mereka hanya akan merekrut penyihir terkuat dengan bakat terbaik," jawab Angele. Paguyuban Penyihir adalah organisasi dengan tingkat kekuatan yang sama dengan Menara Penyihir Kegelapan.     

"Tidak sebagus itu, tapi mereka mempunyai beberapa keunikan." Reyline menggeleng.     

"Paguyuban Penyihir adalah pilihan yang bagus, mereka adalah salah satu organisasi yang kuat di benua tengah. Jika mereka mengirimmu ke pusat, mungkin kau akan menjadi ketua divisi. Masa depanmu sangat cerah," kata Stigma. "Hikari, kau bergabung dengan organisasi apa?"     

Hikari tertawa. "Aku bergabung dengan Institusi Peramu Profesional. Tapi, situasi saat ini cukup rumit. Mungkin aku akan direlokasi ke Molten River dalam beberapa hari. Beberapa hari yang lalu, aku baru saja naik ke tingkat Kristal, sehingga aku masih butuh waktu untuk menstabilkan kekuatan mentalku. Sekarang, aku sudah menjadi ketua peneliti ramuan spesial. Teman-temanku sedang menunggu di luar."     

"Aku senang mendengar bahwa kalian baik-baik saja. Institusi Peramu Profesional lebih lemah dari Paguyuban Penyihir. Tapi, menurut berita yang beredar, hanya penyihir terkuat yang akan dikirim ke Molten River. Apa kau menyembunyikan sesuatu dari kita, Hikari?" Stigma tersenyum.     

"Mana mungkin?" Hikari menggeleng. "Yah, dulu, aku melakukan kesalahan besar di Menara Enam Cincin, karena aku terlalu fokus melakukan penelitian. Kali ini, aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.