Dunia Penyihir

Tingkat Kristal (Bagian 2)



Tingkat Kristal (Bagian 2)

0'Aku ingin tahu bagaimana keadaan Stigma sekarang. Apa dia berkembang lebih cepat dengan bantuan Arisma?' Angele bertanya, tidak terlalu memikirkan dirinya sendiri. Menurut simulasi chip-nya, persentase keberhasilannya untuk mencapai tingkat Kristal sudah melebihi 90 persen.     

'Tidak juga. Walaupun anak itu sesuai dengan sistem perkembangan Arisma, mereka sekarang akan bersiap-siap naik ke tingkat Kristal. Dengan asumsi bahwa semuanya berjalan lancar,' jawab Henn.     

'Yah, saat ini lebih baik aku fokus dengan perkembanganku sendiri dulu.' Angele menarik nafas, berjalan mendekati tabung, dan mulai bermeditasi.     

'Pertama-tama, kau harus membersihkan ketidakmurnian kekuatan mental-mu, setelah itu gunakan tabung giok ini untuk meningkatkan kekuatan mental-mu ke tingkat tertentu. Setelah selesai, konsumsi semua bahan-bahan yang kau kumpulkan dan lakukan kompresi mental. Mengerti? Kau harus melakukan ini sendiri,' kata Henn dengan santai.     

'Aku mengerti,' jawab Angele.     

Saat mereka berhenti berbicara, cahaya kristal di dinding segera memudar dan padam, hingga akhirnya kegelapan menyelimuti ruangan itu.     

Shing!     

Terdengar suara-suara dengungan dari tabung itu.     

Cahaya hijau bersinar pada puncak tabung.     

Cahaya hijau itu bersinar melalui sela-sela jari Angele dan menerangi langit-langit ruangan.     

Dengan penerangan cahaya hijau itu, ruang tamu terlihat menyeramkan.     

Shing!     

Dalam beberapa detik, cahaya hijau itu menghilang, dan hanya menyisakan sedikit cahaya yang bersinar di dahi Angele.     

Cahaya hijau itu menghubungkannya dengan tabung giok itu.     

Titik-titik cahaya putih muncul dari dahi Angele, melayang-layang dalam cahaya hijau itu, dan terserap masuk ke dalam tabung giok.     

Perlahan-lahan, ia mulai tertidur dalam posisi tersebut.     

**     

Satu bulan kemudian…     

Selapis debu tebal menutupi tabung giok, lantai, dan tubuh Angele.     

Titik-titik cahaya putih dari dahinya semakin berkurang.     

Dua jam kemudian…     

Titik-titik cahaya putih itu telah menghilang.     

Tiba-tiba, Angele membuka matanya. Seketika, ia terhuyung-huyung dan mundur beberapa langkah.     

Tubuhnya sangat lemah dan pipinya cekung. Tatapan matanya sangat kosong, seolah tak ada kehidupan di dalamnya. Ia gemetar, hingga nyaris saja jatuh tersungkur ke tanah.     

'Tunggu… Apa yang terjadi padaku?' Angele tidak menyangka bahwa tubuhnya akan menjadi selemah itu.     

'Kekuatan mental-mu tidak murni. Menghilangkan ketidakmurnian sangat mirip dengan proses menggunakan kekuatan mental. Kau sudah bermeditasi tanpa makan apa-apa selama satu bulan. Naiklah ke lantai dua dan mulailah tahap selanjutnya,' jawab Henn dengan nada yang aneh.     

'Satu bulan? Mengapa kau tidak membangunkanku?' Angele terdiam. Zero pun tidak mampu membangunkannya dari situasi itu.     

'Yah, aku ingin tahu bagaimana penampilanmu dalam keadaan lemah. Kau terlihat … cukup berbeda, ha.' Henn tertawa.     

'Apa kau senang?' Angele berbalik dan berjalan ke lantai dua dengan bantuan pegangan tangga. 'Jiwa kita terhubung. Jika aku mati, kau akan mati. Jangan bertindak macam-macam.'     

'Tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa. Kau lemah sekarang, tapi kau masih punya aku,' jawab Henn tidak terlalu peduli.     

Angele memutuskan untuk tidak menjawabnya. Ia menggosok dahinya dan masuk ke ruang ramuan di lantai dua.     

Tiga macam bahan spesial berjajar rapi di meja besar. Ia telah menyiapkan bahan itu sebelum memulai tahap pertama.     

'Setiap penyihir memerlukan bahan berbeda, yang dipilih berdasarkan sifat gelombang kekuatan mental. Dalam hal ini, aku tidak bisa membantumu. Kau harus mencari sendiri cara untuk menggunakan semua bahan ini.' Henn memperingatkan.     

Angele mengangguk dan melihat bahan-bahan di meja itu.     

Setiap bahan ditutup oleh kurungan berwarna merah.     

Kurungan merah itu terbuat dari kilatan-kilatan petir aneh yang berwarna merah.     

Kilat-kilat pada kurungan itu terus menyambar-nyambar.     

Suara gesekan listrik dari kilat-kilat itu sangatlah memekakkan telinga.     

Angele mengangkat tangan kanannya dan menggapai kurungan pertama.     

Shing!     

Tiba-tiba, kurungan itu berubah menjadi rune merah dan menghilang, sehingga memperlihatkan benda yang ada di dalamnya.     

Telur itu memiliki penampilan yang sangat mirip dengan telur ayam.     

Angele mengambil telur itu dan mengetuknya di meja beberapa kali.     

Ia memecahkan cangkangnya perlahan dan melihatnya isinya.     

Di dalam telur itu, terdapat cairan berwarna kuning muda yang bertekstur seperti pisang. Namun, tak ada putih telur atau kuning telur.     

Bau cairan itu benar-benar menusuk hidung, persis seperti pisang sungguhan.     

Tanpa ragu, ia mengupas semua kulit telur itu, meninggalkan segenggam cairan kental aneh yang empuk seperti daging.     

Ia menyentuh cairan kental itu dengan jari telunjuk tangan kanannya.     

Daging kuning itu bersinar, dan membentuk api kuning yang menyinari seluruh ruangan itu.     

Angele memicingkan kedua matanya.     

Ia mengambil daging berapi-api itu dan mengunyahnya.     

Mulutnya terasa sakit sekali, rasanya seperti menelan lelehan besi yang baru saja dipanaskan. Suhu daging itu sangat tinggi, hingga perutnya mengeluarkan suara mendesis.     

Angele membuka mulutnya.     

CSS!     

Asap putih membumbung tinggi dari tenggorokannya.     

Mulutnya menjadi berwarna hitam dan mengeluarkan bau seperti daging panggang yang hangus.     

Tanpa membuang waktu, ia segera mengambil benda kedua.     

Benda itu adalah buku tua dengan tanda seperti bintang pada sampulnya. Buku itu terasa sangat berat.     

Angele membuka buku itu perlahan-lahan, namun hanya ada satu halaman dalam buku itu.     

Di tengah halaman, terdapat sesosok peri yang telah mengering, datar seperti kertas, dan dikelilingi oleh gelombang-gelombang energi yang aneh.     

Peri bermata abu-abu itu sangat kurus. Ia tidak memiliki hidung dan mulut. Telinganya panjang dengan ujung yang tajam. Tubuh peri yang telah kering itu terikat dengan cabang-cabang akar pohon yang menutupi seluruh halaman tersebut.     

Tangan peri itu membentang dan membentuk posisi seperti huruf Y.     

"Buku sang penyelamat, katakan padaku, apa permintaanmu?" tanya Angele. Suaranya terdengar berat dan serak karena tenggorokannya terbakar, namun ia sedang berbicara dalam bahasa kuno.     

Setelah beberapa detik, cahaya-cahaya putih bersinar dari mata si peri dan masuk ke mulut Angele.     

Saat Angele mulai menyerap cahaya putih itu, peri pada halaman buku mulai bergerak-gerak. Perlahan-lahan, peri itu berdiri, sehingga cabang pohon yang mengikatnya hancur satu persatu. Hanya cabang-cabang pohon itulah yang mampu menahan kekuatan sang peri.     

'Cepat! Tutup buku itu!' teriak Henn. Ia terdengar sangat ketakutan.     

Angele pun terkejut, Ia segera mencoba mengambil buku itu.     

Shing!     

Kilat-kilat cahaya putih dari buku itu memadat dan berusaha menghalau tangan Angele.     

Cahaya putih itu perlahan-lahan mulai mendorong tangannya.     

"Ha…"     

Peri itu mendongak dan menatap Angele. Cabang-cabang pohon yang mengikatnya telah nyaris hancur.     

Cahaya-cahaya putih itu semakin terang, hingga Angele nyaris tidak bisa melihat apa-apa.     

Wajah Angele berkedut. Ia telah menggunakan seluruh kekuatannya, namun ia masih terlalu lemah.     

'Sial! Apa yang harus kulakukan sekarang?! Jangan katakan padaku…'     

'Lakukan saja! Sekarang! Itulah satu-satunya pilihanmu. Cepatlah, akan kuberikan sedikit waktu!' Henn nyaris berteriak.     

'Aku…!' Angele menatap peri itu berdiri dan memicingkan matanya.     

'Lakukan saja sekarang! Kau memilih untuk menggunakan buku terkutuk tingkat 3! Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika peri itu bebas!'     

Angele berkedip dan mengambil keputusan.     

'Baiklah!'     

Ia menarik nafas dalam-dalam dan menyerap semua cahaya itu ke dalam mulutnya. Kini, mulutnya telah sembuh, dan tidak lagi berwarna hitam.     

'Bersiaplah… Sekarang!' teriak Henn.     

Tap!     

Angele menggapai buku itu dan mengambil si peri kecil. Jarinya meleleh dan menghasilkan bau kecut di ruangan itu.     

Tanpa berpikir panjang, ia segera memasukkan peri itu ke dalam mulutnya.     

Peri itu beterbangan dan bergerak-gerak di dalam mulutnya. Tanpa ragu, Angele mengunyah peri itu dan menelannya. Rasanya sangat mirip dengan jeruk busuk.     

Duar!     

Buku di meja itu tiba-tiba terbakar.     

Api merah menghanguskan buku itu hingga menjadi setumpuk abu putih.     

'Sepertinya, di negeri ini, semua bisa dimakan.' Angele menatap meja dan mengerutkan bibirnya.     

'Tidak, ini karena kemampuanmu. Kau memiliki darah yang rumit. Aku bisa melihat ada darah harpy di tubuhmu, tapi sisanya… Aku sangat tidak mengerti. Perutmu jauh lebih kuat ketimbang hewan-hewan mutan di dunia ini. Ditambah lagi, ada gelombang aneh yang membantu proses pencernaanmu…' Henn menjelaskan. 'Dengan bahan terakhir, sepertinya kau bisa… menyembuhkan luka-luka pada tubuhmu.'     

'Kukira kau bercanda saat kau bilang aku harus menelan bahan itu jika terjadi sesuatu…' Angele mengingat saat-saat peri itu bergerak-gerak di mulutnya. Itu adalah pengalaman menjijikkan bagi Angele.     

'Tapi, kau berhasil. Itulah yang terpenting.' Henn terdiam sesaat. 'Jadi … bagaimana rasanya? Sekarang, kau sudah menjadi penyihir tingkat Kristal.'     

Angele memuntahkan akar coklat yang berasal dari jaring-jaring itu dengan ekspresi datar.     

'Aku ingin muntah.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.