Dunia Penyihir

Benua Tengah (1)



Benua Tengah (1)

0Chapter 278: Benua Tengah (1)     

'Kita dari perbatasan barat, dan inilah kali pertama kami mengunjungi kota di tengah negeri. Apa kau punya saran untukku?' Angele mengubah frekuensi gelombang mental-nya dan bertanya.     

Ia harus menggunakan gelombang mental dengan frekuensi yang sama untuk berkomunikasi. Wanita tua itu tidak menyadarinya berbicara dengan Zero karena perbedaan frekuensi gelombang ini.     

Pesisir barat? Masih ada penyihir yang hidup di tempat tanpa sumber daya itu?' Wanita itu balik bertanya dengan nada terkejut. 'Sumber daya yang ada di sana sangat lemah, dan penyihir-penyihir di sana tidak berbakat. Jika kau tetap di sana, kau tidak akan bisa naik ke peringkat selanjutnya.'     

'Sepertinya, kau kehilangan wujud fisikmu baru-baru ini...' Angele memicingkan matanya. Ia yakin bahwa di masa lalu, perbatasan barat sangat kuat.     

'Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Lihat, Stigma sudah menjadi lebih kuat setelah berbicara dengan Arisma, si tua bangka itu. Sekarang, ia sudah bisa naik ke tingkat Kristal. Bagaimana menurutmu? Apa kau iri?'     

'Iri? Tentu saja aku iri, tapi aku punya urusan dan rencana sendiri. Meningkatkan kekuatan mental dengan cepat tanpa mempelajari dasar-dasar terlebih dahulu akan membawa masalah besar,' jawab Angele. Raut wajahnya tampak datar.     

'Ayolah, semua orang juga tahu itu. Masalahnya, kapan 'masa depan' yang sedang kau bicarakan ini terjadi? Perkembanganmu sangat lambat, bahkan mungkin kau tidak akan bisa melihat masa depan. Saat ini, pilihan terbaik adalah menjadi semakin kuat dan segera naik peringkat. Semakin tinggi peringkatmu, semakin lama juga kau akan hidup, sehingga kau akan punya cukup waktu untuk menyelesaikan semua masalahmu. Jika kau benar-benar seorang penyihir, kau tidak akan melewatkan kesempatan ini.' Wanita itu tertawa. 'Bagaimana? Kau mau bantuanku?'     

'Aku bahkan tidak tahu namamu. Aku tidak bisa mempercayaimu begitu saja.' Angele berdiri di dekat api unggun dan melihat Hikari sedang berbincang-bincang dengan Reyline. Karena tidak ingin menarik perhatian, ia berjalan ke semak belukar dan berpura-pura mencari tanaman obat.     

Wanita itu terdiam sesaat, sebelum akhirnya menjawab, 'Panggil saja Henn.'     

'Baiklah, Master Henn. Aku punya beberapa pertanyaan. Pertama, apa itu Kunci Bayangan? Bagaimana caramu masuk ke dalam tubuhku?' tanyanya.     

'Kau tidak perlu tahu caraku memasuki tubuhmu, tapi aku akan mati jika kau mati.' Henn tertawa. 'Kunci Bayangan itu... Kau punya kunci spesial, kan? Benda itu bernama Kunci Bayangan, kunci yang dimiliki oleh seluruh anggota Poros Waktu. Kunci siapa yang kau curi? Di kunci itu, ada banyak hewan-hewan bayangan yang bisa kau manfaatkan.'     

'Apa sebenarnya fungsi Kunci Bayangan ini?' tanya Angele.     

'Poros Waktu adalah organisasi terkuat yang menguasai seluruh pesisir barat. Dulu, situasinya benar-benar berbeda. Tempat itu sangat kaya, dan penyihir di sana sangat berbakat. Kala itu, pihak organisasi membuat 15 kunci; masing-masing diberikan kepada 15 penyihir yang bertugas untuk menjaga daerah-daerah penting agar mereka bisa membuka pintu menuju tempat-tempat tertentu. Kunci yang kau bawa adalah salah satunya. Aku tidak tahu pintu apa atau apa fungsi asli kunci itu, namun kunci itu dapat menghentikan kebocoran energi. Ini berguna untuk mempertahankan kekuatanku. Namun...'     

'Apa?'     

'Sepertinya, kunci yang kau bawa memiliki rune. Artinya, pemilik kunci itu masih belum mati. Ia akan mengejarmu cepat atau lambat.' Henn tertawa sinis.     

'Mengejarku? Hah, aku ada di benua tengah. Aku yakin bahwa pemilik kunci ini tidak akan cukup kuat untuk bertahan hidup dalam kondisi perjalanan yang mengerikan. Jika ia mengejar pun, ia akan butuh waktu yang lama untuk sampai. Aku yakin bisa menang bertarung dengan penyihir lemah.' Angele mengedikkan bahunya.     

'Kau benar. Mungkin pemilik kunci ini telah kehilangan kekuatannya...'     

'Master Henn, aku ingin tahu, bagaimana kau dan Master Arisma kehilangan wujud kalian? Kau adalah penyihir yang sangat kuat, kan?' tanya Angele. Ia berusaha mencari tahu lebih dalam.     

'Yah, aku tidak punya rahasia yang harus kusembunyikan. Jadi, aku dan Arisma diserang mendadak oleh sekelompok bajing*n. Saat pertarungan berlangsung sengit, sebagian dari kelompok itu menyerang kita dari belakang. Aku ingin kau membalaskan dendamku, Nak,' jawab Henn dengan dingin.     

'Aku? Kau meminta penyihir tingkat 1 yang lemah untuk membalaskan dendammu?'     

'Kau mau teknik meditasi tingkat tinggi, kan? Aku mempunyai itu. Pola mantra kuat, teknik-teknik rahasia, hasil penelitianku, semua harta berharga yang kukumpulkan... Jika kau bisa membunuh bajing*n-bajing*n itu untukku, aku akan membantumu dan mengajarimu untuk menjadi lebih kuat. Bagaimana?' Henn menawarkan.     

'Teknik meditasi tingkat tinggi, ya?' Angele terdiam sesaat, sebelum akhirnya menjawab, 'Saat ini, aku tidak cukup kuat untuk membunuh musuhmu. Bagaimana jika kau berikan sebagian metode meditasi tingkat tinggi itu dulu?'     

'Saat kau sudah mencapai batasmu, akan kutawarkan barter yang setara.' Henn segera memutuskan komunikasi mereka.     

'Master Henn?' Angele berusaha menghubungi wanita itu, namun sepertinya wanita itu tidak ingin mengatakan apa-apa.     

'Jadi begitu, ya?' Angele tidak menyangka akan bertemu dengan jiwa yang memiliki latar belakang yang kuat. Dengan bantuan Henn, ia bisa mendapatkan teknik meditasi tingkat tinggi tanpa harus meminta izin dari organisasi besar.     

Masalah terbesar saat ini adalah kekuatan mental-nya.     

Namun, dengan bantuan scimitar terkutuk dan metode ekstraksi esensi kehidupan buatan Zero, ia akan mampu meningkatkan kekuatan mentalnya dengan cepat. Selain itu, ritual meningkatkan peringkat kekuatan tidak terlalu sulit.     

Angele kembali ke api unggun dan segera memulai meditasi harian-nya.     

Setelah menyelesaikan pembicaraan mereka, semua penyihir di sana segera mulai bermeditasi.     

Keesokan harinya.     

Mereka kembali melanjutkan perjalanan.     

Setelah melewati Tebing Neraka, mereka masuk ke dalam hutan yang lebat, dengan pepohonan yang besar dan tinggi.     

Dedaunan berwarna hijau terang menutupi seluruh tempat itu.     

Pegunungan di ujung langit, tepat di depan mereka, memisahkan daratan dan langit.     

Setelah 15 hari perjalanan, akhirnya kelima penyihir melihat petualang-petualang lain di jalan.     

Sebuah cabang kering dilemparkan ke dalam api unggun, sehingga menghasilkan cipratan-cipratan bara api.     

Di dalam hutan yang lebat itu, selapis kabut pagi melayang-layang dan menghalangi penglihatan mereka     

Angele duduk di samping api unggun dan melemparkan cabang-cabang kering agar api itu tidak padam.     

Keempat penyihir lainnya juga berkumpul di sana. Reyline dan Morissa sibuk bermeditasi, Stigma sedang tidur di bawah pohon besar, sementara Hikari sibuk menata dan memeriksa ramuan-ramuannya. Berbagai macam ramuan, bahan-bahan berwarna-warni, dan benda-benda aneh lainnya berjajar rapi di atas tanah. Ia memeriksanya setiap hari.     

"Seorang peramu harus memeriksa ramuannya setiap hari untuk memastikan agar ramuan mereka masih baik. Aku tidak pernah melihatmu melakukan itu, Green." Hikari menggeleng dan menatap Angele.     

"Yah, aku bukan peramu sejati. Meramu hanyalah hobi bagiku." Angele tertawa. Dengan bantuan Zero, ia dapat memeriksa kondisi ramuannya dengan mudah.     

Hikari berpikir bahwa Angele memiliki teknik rahasia. Ia pun berdiri dan berbalik. "Aku akan berjalan-jalan. Mungkin ada bahan langka di sekitar sini."     

Wanita itu segera berhenti berjalan setelah mendengar suara kencang dari langit,.     

Angele mendongak dan melihat langit.     

Hari masih pagi. Sebuah pesawat putih terbang perlahan di atas langit menuju ke arah yang sama dengan kelompok mereka.     

Kapal itu berbentuk seperti kapal komersial di bumi, dengan badan berwarna putih dan sayap bergaris-garis biru. Angele melihat sisa-sisa partikel energi kehijauan di sekitar badan kapal itu.     

Beberapa orang melihat ke bawah.     

Sepertinya, mereka sibuk berbincang-bincang dan menunjuk-nunjuk sesuatu di bawah.     

"Kapal Keluarga Ciro. Kita sudah dekat." Tiba-tiba, Stigma angkat bicara. "Kapal mereka hanya akan turun jika nyaris sampai ke tujuan mereka. Jika tujuannya masih jauh, kapal itu tidak akan terlihat karena terlindung oleh sihir persembunyian."     

"Mari kita lanjutkan perjalanan. Sesampainya di kota, kita bisa istirahat." Angele menyarankan.     

"Baiklah."     

"Mengapa tidak?"     

Mendengar pembicaraan mereka, Reyline dan Morissa berhenti bermeditasi.     

Kelima penyihir segera berkemas dan berjalan menuju arah terbangnya pesawat tadi.     

Akhirnya, mereka berhasil keluar dari hutan saat hari sudah siang. Di depan mereka, terdapat jalan yang sangat lebar.     

"Itu dia, Jalan Alayah." Stigma berjalan menuruni hutan dan masuk ke jalan itu, diikuti oleh seluruh anggota kelompok.     

Beberapa orang tukang kayu berjalan masuk ke hutan sambil membawa kapak di punggung mereka. Penyihir adalah hal yang biasa di sini, sehingga mereka tidak terlalu menarik perhatian. Terkadang, Angele melihat kereta-kereta kuda berwarna kelabu.     

Di depan jalan, terdapat ladang yang sangat luas.     

Padi menari-nari tertiup angin sepoi-sepoi yang menyejukkan banyaknya petani yang sibuk bekerja. Di tengah ladang, terdapat kincir angin putih yang berputar perlahan.     

Stigma berjalan memimpin keempat penyihir lainnya dan berhenti di penanda jalan.     

Keempat penyihir tidak tahu kehidupan di benua tengah, sehingga mereka memutuskan untuk mengikuti Stigma saja. Bahkan, mereka tidak tahu bahasa apa yang digunakan di negeri ini.     

Beberapa huruf aneh terukir di atas penanda batu itu.     

Angele membandingkan bahasa itu dengan bahasa dalam penyimpanan Zero, namun tidak ada yang cocok.     

"Bahasa apa ini?" tanya Angele.     

Stigma tersenyum dan berkata, "Ini adalah bahasa Metia, salah satu bahasa persatuan di tengah negeri. Bahasa ini sangat mudah dipelajari. Dalam beberapa hari, kita akan sampai di kota. Akan kukirimkan pengetahuan tentang Metia dalam perjalanan dengan bantuan kristal-kristal ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.