Dunia Penyihir

Kedatangan (Bagian 1)



Kedatangan (Bagian 1)

0Tang!     

Scimitar Angele bertabrakan dengan kilat-kilat ungu di sekitar tubuh wanita itu.     

Kilat-kilat itu seperti perisai yang berusaha menangkis pedang Angele.     

Rune hitam di mata Angele kembali berkedip. Seketika, kilat-kilat itu hancur dan menghilang.     

Shing!     

Pedang itu akhirnya menusuk leher sang pemimpin, sehingga menciptakan luka dalam yang memanjang di lehernya. Darah roh itu berwarna biru dan berkilat-kilat.     

Titik hitam muncul pada bagian tengah dada pemimpin itu dan semakin membesar. Wanita itu membatu.     

"Capit Petir!" teriak sang ketua. Kilat-kilat di sekitar rambutnya meledak sebelum berubah menjadi sepasang capit raksasa.     

Capit itu berusaha menjepit Angele, sementara sang pemimpin mengangkat tombak listriknya dan mulai menerjang.     

Angele menghindari kedua serangan itu dengan memiringkan tubuhnya ke kanan.     

Dengan kekuatan scimitar terkutuk-nya, kekuatan dan daya tahan tubuh Angele meningkat pesat.     

Angele merunduk dan berlari maju, sementara signet pada tangan kirinya kembali melepaskan gelombang energi. Sang pemimpin roh melihat ada dua Angele yang menerjangnya secara bersamaan.     

Wanita itu terdiam. Akhirnya, ia memutuskan untuk menangkis serangan dari belakang dengan capit listrik dan menyerang sosok di depan dengan tombaknya.     

*SHING*     

Kedua Angele ia lihat tiba-tiba menghilang. Dua sosok itu hanyalah ilusi.     

Tiba-tiba, wanita itu merasakan sakit dari perutnya. Tanpa ragu, Angele segera menarik scimitar terkutuk itu dari tubuhnya.     

"Kau..." Wanita itu membuka mulutnya, namun ia tak bisa berkata apa-apa.     

Tubuh pucat wanita itu dipenuhi retakan. Darah biru terus mengalir keluar dari luka-luka di atas kulitnya yang bersinar biru.     

Duar!     

Tubuh wanita itu meledak, seperti bola air yang dilemparkan.     

Kilat-kilat bercampur darah biru terciprat kemana-mana hingga memenuhi dek.     

Angele gemetar, dan tubuhnya terciprat banyak cairan biru. Lapisan tipis logam melindungi kulit dan tubuhnya.     

Kilatan-kilatan petir mengalir melalui seluruh tubuhnya.     

Reyline dan Hikari telah berhasil membunuh semua roh-roh yang terluka, sementara Morissa menyeret Stigma ke tepi dek dan menangkis darah biru yang terciprat dengan pelindung berwarna putih.     

Setelah beberapa menit, semua darah biru di atas dek menguap dan menghilang.     

Pelindung perak pada kulit Angele meleleh menjadi cairan dan kembali terserap masuk ke dalam tubuhnya. Kulitnya masih mengeluarkan asap. Walau ia berhasil menghindari sebagian besar kilat, ia tetap terluka.     

Angele mengambil amulet-nya, memastikan bahwa kapal masih terus berjalan. Setelah selesai, ia segera berjalan mendekati Stigma.     

Pelindung putih buatan Morissa perlahan-lahan menghilang.     

Stigma bersandar di pagar dek kapal. Wajahnya pucat, dan darah terus mengucur dari mulutnya. Morissa sedang sibuk memeriksa luka di pinggangnya dengan hati-hati.     

Pria itu telah melindungi Angele dari serangan pemimpin roh badai, sehingga pinggangnya benar-benar hancur. Bahkan Angele mampu melihat dagingnya. Morissa telah mencabut semua tulang-tulang yang hancur di sekitar luka Stigma. Untungnya, serangan petir dari sang pemimpin itu panas dan membakar luka itu, sehingga Stigma tidak kehilangan terlalu banyak darah.     

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Angele.     

"Ini sakit, tapi aku akan baik-baik saja." Stigma memaksakan senyuman.     

"Setidaknya, tidak ada pendarahan organ dalam, namun elemen listrik luka ini membawa masalah." Morissa menjelaskan. "Aku sudah melakukan pertolongan pertama dengan mencabut tulang dan kilat-kilat, namun aku butuh bantuan seseorang untuk mengambil bagian-bagian otot yang terbakar, sehingga aku bisa mengoleskan krim penyembuh pada luka ini."     

"Aku ingin membantu, bagaimana cara mengambil bagian otot yang terbakar?" tanya Angele.     

"Kau harus bisa mengendalikan partikel energi kehidupan dengan sempurna." Morissa menatapnya.     

"Aku bisa membantu." Hikari berjalan mendekati Morissa. "Aku bisa mengendalikan partikel energi kehidupan, dan aku bisa menggunakan sihir-sihir penyembuh."     

Reyline berjalan mengikuti Hikari dan berjongkok di depan Stigma.     

"Baiklah." Morissa mengangguk. "Aku akan segera memulai pembedahan."     

"Baiklah."     

Cahaya putih bersinar pada tangan mereka. Hikari segera mulai menggambar rune-rune hijau di udara.     

Morissa menciptakan pisau bedah dari cahaya putih dan memotong jaringan-jaringan otot mati di sekitar pinggang Stigma.     

Reyline dan Angele tidak bisa membantu, sehingga mereka hanya menunggu.     

Setelah setengah jam, proses pembedahan akhirnya selesai tanpa adanya masalah. Sebagian pinggang Stigma telah diambil, namun dengan sihir penyembuh Hikari, otot-otot pinggang itu tumbuh kembali.     

Dalam beberapa menit, otot dan kulit Stigma kembali ke bentuk semula. Hikari mengambil tabung berisi ramuan ungu dan memberikannya pada Stigma.     

"Minumlah, kau akan sembuh lebih cepat."     

"Terima kasih," jawab Stigma. Tubuhnya masih lemah.     

"Seharusnya, kita yang berterima kasih. Kau memutuskan untuk melindungi Green. Jika kau terlambat, kapal akan segera menabrak tornado, dan kita semua akan mati." Hikari tersenyum kecut. Badai tadi benar-benar sangat mengerikan.     

"Iya, kerja bagus," timpal Reyline dengan nada serius. Walaupun ekspresi wajahnya datar, semua penyihir di sana tahu bahwa ia benar-benar berterima kasih pada Stigma.     

Angele mengambil tabung kaca berisi bubuk ungu dari kantongnya.     

"Ini adalah bubuk penyembuh-ku. Efeknya mirip dengan versi ramuan yang kuberikan padamu beberapa waktu lalu. Minumlah tiga gram setiap hari, maka kau akan lebih cepat sembuh."     

Stigma menerima tabung berisi bubuk itu. Ia tahu betapa berharganya obat buatan Angele. Dulu, saat ia menggunakan ramuan buatan Angele, ia sembuh dalam beberapa hari. Bahkan ramuan itu adalah ramuan penyembuh terbaik yang pernah ia gunakan. Sepertinya, bubuk ungu itu adalah versi terbaru ramuan yang pernah dikonsumsinya.     

"Terima kasih banyak. Aku tidak menyangka bahwa kau akan menyelamatkanku." Angele tersenyum lega. Jika saja Stigma tidak menyelamatkannya, ia harus berhenti mengendalikan kapal dan melepaskan liontin itu agar kekuatannya kembali.     

"Kembalilah ke kamar dan istirahat. Sepertinya, kau harus beristirahat di tempat tidurmu selama 15 hari."     

Reyline menuntun Stigma kembali ke kamarnya, sementara Angele, Morissa, dan Hikari mulai membersihkan dek.     

Roh-roh badai yang telah mati itu meninggalkan tumpukan-tumpukan bubuk biru di lantai.     

Angele berjalan mendekati tempat di mana sang ketua roh itu mati.     

Ia menemukan sesuatu di antara tumpukan bubuk biru dari sang ketua.     

Sesuatu itu adalah sebutir manik berwarna biru.     

Manik biru itu berukuran sebesar bola mata dengan permukaan yang halus seperti mutiara.     

Angele merunduk, membersihkan bubuk biru di sekitarnya, dan mengambil manik biru tersebut     

Ia menatap benda itu dengan seksama. Benda itu masih hangat, dan permukaannya yang mengkilap itu memantulkan wajahnya.     

"Mutiara Abu Badai." Hikari berjalan mendekati Angele. Ia mengenal benda itu. "Berhati-hatilah, Green. Benda itu adalah benda langka yang sangat rapuh. Penyihir-penyihir listrik sangat menyukai benda itu karena benda itu dapat digunakan untuk menyimpan banyak energi listrik dan membantu mereka menggunakan lebih banyak mantra. Kau beruntung. Sepertinya, sang ketua sudah nyaris mencapai tingkat selanjutnya."     

"Mutiara Abu Badai? Ini hanya bisa digunakan oleh penyihir elemen listrik, kan? Apa Reyline bisa menggunakannya? Bisakah aku menggunakannya?" tanya Angele seraya berdiri.     

"Reyline sedikit berbeda dari penyihir listrik biasa. Ia sudah punya benda dengan fungsi yang mirip dengan benda itu. Simpan saja. Aku tidak tahu apakah kau bisa menggunakannya, tapi sepertinya kau bisa menggunakan benda itu sebagai inti lingkaran sihir tertentu." Hikari menggeleng. "Atau, kau bisa menukarnya di Omandis. Aku yakin bahwa benda itu sangat berguna bagi penyihir listrik mana pun."     

Angele mengangguk dan melapisi manik itu dengan cairan logam agar tidak mudah pecah. Kemudian, ia meletakkan benda itu ke kantongnya.     

"Yah, padahal aku mau memenggal mereka sesuai janjiku, tapi mereka jadi bubuk setelah mati." Angele menggeleng perlahan.     

"Ayolah, ada-ada saja... Aku tidak pernah melihat ada orang yang memenggal kepala roh elemen..." Hikari tertawa. "Kita sudah meninggalkan teritori badai, kan?"     

"Iya, seharusnya sekarang sudah aman." Angele mengangguk.     

Ketiga penyihir berjalan ke tepi kapal dan memandang daerah awan badai itu.     

Angin topan yang berputar-putar menyambungkan daerah itu dengan tanah. Daerah itu diselimuti oleh deru angin dan gumpalan awan gelap yang sangat tebal.     

Akhirnya, suara badai semakin pelan, sehingga telinga Angele tidak lagi terasa sakit. Angin topan yang terus berputar itu terlihat pelan dari kejauhan.     

"Akhirnya, kita sudah dekat." Angele menghela nafas.     

"Iya. Tempat ini cukup gila, namun pertarungan tadi lumayan gampang." Hikari mengangguk.     

Morissa berdiri di tepi dek tanpa mengatakan apa pun.     

Mereka bertiga menatap tornado raksasa yang berputar-putar itu.     

"Berapa orang penyihir yang punya kesempatan untuk melihat Mata Badai dari dekat?" Hikari tertawa.     

Tiba-tiba, ekspresinya berubah.     

"Tunggu, apa itu? Setan alas!" teriak Morissa dengan terkejutnya.     

Ribuan gumpalan putih meninggalkan angin topan dan terbang cepat ke arah kapal.     

Gumpalan-gumpalan itu terlihat seperti kerumunan lebah yang meninggalkan sarangnya secara bersamaan.     

Ribuan, bahkan puluhan ribu roh badai keluar dari angin topan itu bersama-sama.     

Mereka terbang mendekati kapal dengan ganasnya..     

"Lari! Akan kutambah kecepatan kapal!" Menyadari apa yang sedang terjadi, Angele berteriak dengan paniknya dan berlari ke tiang utama.     

Sepuluh ribu, dua puluh ribu, seratus ribu, atau dua ratus ribu? Mereka tidak tahu berapa banyak roh badai yang sedang mengejar. Mereka hanya tahu bahwa di sana ada banyak sekali roh badai. Angele tidak menyangka bahwa ini akan terjadi. Stigma tidak mengatakan apa pun tentang hal ini.     

Angele mengambil liontin-nya. Titik-titik merah dan hijau muncul di udara dan berkumpul di sekitar liontin itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.