Dunia Penyihir

Kadal Ular (2)



Kadal Ular (2)

0Pandangan Angele menjadi buram selama sesaat. Kedua matanya terasa panas. Ketika ia melihat ke arah itu lagi, ia akhirnya melihat apa yang terjadi dengan jelas.     

"A… altar. Altar batu." Ia langsung mengenali benda itu.     

Altar berwarna kelabu itu berdiri di tempat terpencil. Tak ada benda lain di sekitarnya.     

Pembuluh darah berwarna hijau Green dan akar-akar berwarna hitam mengelilingi altar itu. Altar itu mulai retak, sehingga terlihat tua. Daun-daun kuning beterbangan di udara karena tiupan angin.     

Rune kristal berwarna merah muda melayang di atas altar itu. Rune itu tampak seperti aksesori kristal.     

Rune itu terbuat dari kristal berwarna merah muda dan berbentuk segitiga. Simbol bulan sabit, matematika, dan mata uang terukir di ketiga sudutnya, sedangkan rune berbentuk mata terukir di bagian tengahnya.     

Rune berbentuk mata itu ditopang oleh timbangan kecil.     

Rune kristal itu memancarkan titik-titik cahaya berwarna merah muda.     

"Apa itu?" pikir Angele.     

"Aku tak tahu." Stigma menyadari bahwa Angele menatapnya. Ia pun menjawab, "Altar-altar itu sudah biasa ditemukan di daerah terpencil. Tak ada yang tahu bagaimana cara menggunakan rune kristal yang melayang-layang itu. Rune itu akan meregenerasi secara otomatis jika terlepas dari altar. Ini masih menjadi misteri."     

"Kau berasal dari Omandis, tapi kau tak tahu tentang rune kristal ini?" tanya Hikari.     

Stigma mengedikkan bahunya "Ya, aku memang berasal dari Omandis, tapi bukan berarti bahwa aku mengetahui segalanya tentang Omandis."     

Morrisa mengeluarkan sihir tatapan matanya pada seluruh penyihir, dan mereka mulai memeriksa altar bersama-sama.     

"Stigma, apa kau melihat altar itu selama perjalananmu ke Nola?" tanya Reyline.     

"Ya, tapi bukan yang ini. Ada lebih dari satu altar di area itu. Entah mengapa, makhluk-makhluk mutasi itu menjauh dari altar. Seperti yang sudah kubilang, ini masih menjadi misteri," jelas Stigma.     

"Sayangnya, aku tak bisa ikut ke sana dan memeriksa altar itu sendiri. Aku sangat ingin tahu," kata Angele mewakili pikiran orang-orang di sana.     

"Jika kita bisa selamat dalam perjalanan ini, kita bisa memeriksanya nanti. Apa katamu?" tanya Hikari.     

"Bukan apa-apa," jawab Stigma.     

"Baiklah." Morrisa mengangguk. Dari lima penyihir itu, ia adalah yang terlemah, jadi ia ingin bergabung dengan kelompok yang kuat.     

Angele memicingkan matanya.     

"Aku tidak masalah."     

"Kalau begitu, aku akan bergabung denganmu." Reyline mengangguk kecil. Ia hanya peduli dengan pendapat Angele, karena pria itu pernah menipunya.     

Jika mereka semua bisa sampai di tempat berbahaya itu dengan selamat, mereka akan mendapat pengalaman berharga yang membantu mereka untuk bisa sampai di Omandis.     

Angele tidak yakin bahwa metode Stigma tidak efektif jika mereka menghadapi makhluk sihir.     

"Baik, sekarang sudah waktunya makan malam. Bagaimana kalau kita makan makan barbekyu daging babi? Bagaimana menurutmu?" Hikari tersenyum.     

"Ide yang bagus. Aku punya banyak rempah-rempah. Aku pandai membuat rempah-rempah kering." Angele tertawa, "Aku suka barbekyu babi. Untungnya kau membawa daging ke dalam kapal. Aku tak terlalu memikirkan makanan saat naik ke kapal ini."     

"Penyihir sepertiku tak bisa hidup tanpa makanan enak," jawab Hikari, "Lebih enak lagi jika kita punya anggur buah."     

"Aku punya beberapa botol Bir Horito," kata Reyline dengan santai.     

"Tapi, sebelumnya, kita harus mengurus beberapa hal dulu." Tiba-tiba, Angele mengambil scimitar terkutuknya. Pedang itu diselimuti cahaya hijau.      

Empat penyihir lainnya ragu sesaat dan melihat ke sekitarnya.     

Di bawah awan hitam, ada lebih dari sepuluh Kadal Ular yang mengikuti kapal itu. Mereka menggenggam tombak logam dan pedang. Mata hijau mereka memancarkan rasa tamak.     

"Seharusnya, kita tetap tinggal di ruangan." Raut wajah Stigma berubah. "Monster-monster itu dapat mendeteksi makhluk hidup sejauh lebih dari 1000 meter. Aku pun tidak terpikir untukku membuat kelompok patroli kedua." Ia mengeluarkan pisau dari sarungnya.     

"Morissa, bersembunyilah di dalam kabin." Hikari melempar dua ramuan ke lantai. Botol ramuan itu menggelinding di lantai dan meninggalkan jejak cairan hitam.     

*SHING*     

Dua pria bertubuh tinggi, yang terbuat dari cairan, muncul dari botol ramuan itu. Tubuh mereka memadat dengan cepat, dan kepingan es yang tajam muncul dari bahunya.     

Kedua sosok itu tampak seperti dua manusia berbadan tinggi yang dilindungi oleh armor es. Mereka tidak memiliki mata, telinga, dan juga hidung. Hanya ada mulut di wajahnya. Mereka berkata sesuatu, namun Angele tak mengerti bahasa mereka. Mereka terdengar seperti mengucapkan rune-rune aneh.     

"Pergi!" Hikari menunjuk kelompok Kadal Ular yang semakin mendekat.     

Dua elemen es melayang-layang di udara dan menyerang kelompok Kadal Ular itu. Tangan mereka berubah menjadi pedang es.     

Morissa langsung berlari ke tangga begitu ia mendengar suara Hikari, sehingga Kadal Ular itu tidak mengetahui keberadaan Morissa.     

Reyline mengangkat busur panjangnya dan mencabut dua helai rambutnya. Ia mengubah rambut itu menjadi anak panah.     

Angele merunduk dan melesatkan scimitar-nya ke arah kawanan Kadal Ular itu.     

*Tak tak tak tak*     

Ia berlari dengan kecepatan penuh.     

Angele melesat menuju tepi kapal dan melompat tinggi sambil melepaskan gelombang energi ilusi.     

*BAM*     

Ia salto ke belakang dan menebaskan scimitar-nya ke depan. Seekor Kadal Ular yang terbang ke arah Angele terkena serangan scimitar-nya.     

Binatang yang menggenggam tombak logam berwarna hitam itu mengerang kesakitan setelah terkena serangan, namun ia langsung menyerang Angele. Monster itu mengedipkan matanya dan melepaskan dua sinar berwarna hijau.     

*KLANG*     

Angele berhasil menghalau tombak itu dengan scimitar-nya. Ia cepat-cepat menghindari serangan sinar itu. Dengan bantuan partikel energi angin, ia kembali menebaskan senjatnay ke depan.     

*KRAK*     

Pedang itu menghantam dada Kadal Ular itu, sehingga menghancurkan pelindung energi yang tipis.     

Cahaya hijau berkedip di scimitar Angele saat Kadal Ular itu mengerang kesakitan. Pedang itu menembus dada binatang itu dan meninggalkan luka yang dalam di tubuhnya. Angele melihat organ dalam makhluk itu lewat lukanya.     

Dua sinar hijau itu mengenai dan meninggalkan lubang terbakar di lantai dek kapal yang terbuat dari kayu yang sangat keras.     

Partikel energi angin itu tiba-tiba menghilang. Angele terjatuh bersama Kadal Ular yang terluka parah itu.     

*BANG*     

Ia jatuh menghantam dek kapal dan berguling-guling di lantai. Angele menciptakan pelindung logam di belakangnya untuk mengurangi dampak serangan. Kemudian, ia langsung menusuk scimitar itu ke tengah dada Kadal Ular.     

Angele segera berdiri. Ia bisa merasa energi dingin dari scimitar-nya berpindah ke tubuhnya. Kekuatannya sedikit meningkat lagi.     

Ia mengambil tabung kaca dari kantongnya dan menelan semua cairan lengket berwarna hijau di dalamnya.     

Cairan itu terasa pedas dan asin dan bertekstur seperti lendir.     

Angele hampir muntah karena cairan itu sangat menjijikkan, tapi ia berusaha untuk menelannya.     

Kedua matanya berpendar hijau. Sesuatu terjadi pada aliran energi itu. Angele berbalik dan menatap mayat Kadal Ular itu. Ia meminta Zero menganalisa makhluk itu.      

Titik-titik cahaya biru berkedip-kedip di depan matanya, namun menghilang setelah beberapa detik. Angele melihat mayat monster itu dan berbalik untuk memeriksa situasi.     

Reyline telah membunuh tiga Kadal Ular seorang diri. Ia juga bertarung melawan kadal lainnya dengan menggunakan scimitar-nya. Makhluk-makhluk itu jauh lebih lemah daripada Cloud Bee.     

Stigma membunuh dua kadal itu dan masih melawan monster lainnya dengan menggunakan pisau dagger hitamnya.     

Hikari dan dua elemen es itu menarik perhatian kadal lainnya. Ia kesulitan membuat beberapa pelindung energi.     

Tanpa membuang-buang waktu, Angele memegang scimitar di tangan kirinya dan mencongkel mata kadal yang sudah mati itu dengan tangan kanannya.     

Dua bola mata berwarna hijau itu tampak seperti dua batu emerald yang kotor karena darah Kadal Ular.     

Angele menutup matanya dan mengunyah kedua bola mata itu beberapa kali.     

Rasa manis dari bola mata itu memenuhi mulutnya. Ia menelan semuanya.     

"Rua! Rua!"     

Kadal Ular yang lainnya mulai mendengar teriakan Angele. Angele tak yakin apakah Rua adalah nama monster yang sudah mati itu atau mereka memang sedang marah. Sepertinya, mata Kadal Ular sangat berarti bagi mereka.     

Mata Angele berpendar hijau. Kini, semua Kadal Ular tengah marah. Mereka berhenti menyerang lawannya dan menerjang Angele bersama-sama.     

Ekspresi wajah Angele berubah. Ia mengangkat tangan kanannya dan membentuk begitu banyak jarum perak. Jarum-jarum itu bergabung dan terbang menuju kelompok kadal itu dengan kecepatan penuh.     

*BAM*     

Jarum-jarum itu menghantam kelompok kadal itu dengan kuat. Cahaya hijau dan perak berkelap-kelip di langit.     

Angele pun terhempas karena kekuatan serangan itu hingga jatuh ke tepi dek kapal dan mengerang kesakitan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.