Dunia Penyihir

Kadal Ular (Bagian 1)



Kadal Ular (Bagian 1)

"Apa Hikari sudah memberimu informasi tentang Kadal Ular yang akan kita temui?" tanya Angele dengan santai.     

"Sudah. Menurut informasi, hewan-hewan itu hidup di gua-gua di atas tebing. Masing-masing koloni berisi sekitar 20 ekor. Makhluk itu memiliki tinggi sekitar dua meter dengan tingkat kecerdasan yang tinggi, walaupun mereka belum mengembangkan bahasa tertulis, mereka bisa berbicara. Cepat atau lambat, mereka pasti akan menyerang." Reyline menjelaskan.     

"Bagi mereka, kita hanyalah makanan." Angele menggeleng.     

Mereka terdiam selama beberapa saat.     

"Green, maafkan aku. Ini semua adalah salahku." Reyline angkat bicara.     

Angele tidak langsung menjawab. Setelah menghela nafas, akhirnya ia berkata, "Aku sudah memeriksa gudang penyimpanan ketiga kapal. Walaupun aku membawa amulet, aku membutuhkan waktu yang lama untuk membuka kunci ruangan berisi magic stone. Kau tahu apa yang kutemukan? Coba tebak."     

Reyline tidak menjawab. Sepertinya, ia sudah tahu yang sebenarnya.     

Angele tertawa kecut. "Tiga kapal! Tidak ada satu pun magic stone di dalam ruang penyimpanan! Jika dilihat dari betapa lemahnya para penyihir di sini, kau pasti telah menyembunyikan sesuatu. Katakanlah apa yang sedang terjadi?"     

"Kau benar. Mereka ingin aku mati dalam perjalanan ini. Ini semua adalah jebakan. Semua penyihir yang ada di sini adalah sosok rekomendasi Menara Enam Cincin, kecuali… kau. Aku tidak tahu apa pun tentang dirimu."     

"Jadi, walau kita kembali ke Nola, akan ada pembunuh bayaran yang menunggu kita, kan?" tanya Angele.     

"Mungkin."     

"Bagaimana dengan Omandis? Bagaimana jika kita berhasil bertahan hidup? Akankah ada pembunuh bayaran yang menunggu kita?"     

"Aku tidak tahu," gumam Reyline dengan lirih.     

Angele mengingat hari saat Ander memberitahunya.     

Sepertinya, Ander sudah mengetahui bahwa ini semua hanya jebakan, namun Angele tidak mengerti mengapa pihak Menara Penyihir Kegelapan tidak mengatakan apa-apa.     

Sebagai pendatang, Stigma tidak akan terpilih kecuali ia menggunakan metode khusus. Hanya Mungkin Reyline-lah yang akan terpilih sebagai penyihir yang penting dalam organisasi. Namun, entah mengapa, Reyline adalah sasaran utama rencana pembunuhan ini.     

"Bagaimanapun, kita telah berhasil bertahan hidup melewati sarang Cloud Bee. Kita lihat saja situasi selanjutnya." Angele menenangkan diri. "Bersiaplah dan lakukan apa yang dikatakan Stigma. Berendamlah di dalam air dan bernafaslah dengan sedotan. Kadal Ular itu mungkin tidak akan memburu kita."     

Angele memutuskan komunikasi. Ia berjongkok di bawah jendela dan memegang liontinnya erat-erat seraya menutup mata.     

Titik-titik cahaya biru berkumpul di sekitar tubuh Angele dan berubah menjadi tetesan-tetesan air.     

Tetesan-tetesan itu bersatu menjadi bola air.     

Cairan perak merembes keluar dari tubuh Angele dan membentuk bak mandi logam yang sesuai untuk menampung semua air itu.     

Ia masuk ke dalam bak, berbaring, dan menciptakan sedotan logam untuk bernafas.     

Suasana kapal menjadi hening.     

Waktu terus berjalan.     

Tak! Tak!     

Tiba-tiba, terdengar suara aneh dari luar jendela.     

Suara itu seperti kepakan sayap logam.     

Seekor makhluk berbentuk manusia dengan kulit berwarna ungu terbang melewati jendela kapal.     

Makhluk itu memiliki tubuh manusia, kepala ular, dan sayap elang. Kulit mereka bersinar seperti permukaan logam.     

Setelah bersembunyi di bawah jendela, ia aman dari serangan makhluk tersebut.     

Tak! Tak! Tak!     

Sekitar enam atau tujuh ekor makhluk serupa terbang melewati jendela kapal.     

Beberapa ekor manusia elang berkulit coklat memeriksa kapal dengan mata hijau mereka. Setiap makhluk membawa berbagai macam senjata logam, yang menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk membuat peralatan logam dasar.     

Ketiga kapal itu benar-benar sunyi. Hanya terdengar suara dari mesin-mesin kapal.     

Dari tempat persembunyiannya, Angele melihat makhluk-makhluk itu beterbangan melalui jendela.     

Setelah beterbangan selama sepuluh menit, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi.     

Sesuai rencana, ia terus berbaring di dalam air selama setengah jam dengan mata terbuka.     

Setelah setengah jam, ia segera berdiri dan keluar dari bak.     

Css!     

Ia mengeringkan jubahnya dengan menggunakan partikel energi Api, sehingga jubah itu mengeluarkan asap putih.     

Ia menjentikkan jarinya, mengubah bak mandi itu kembali menjadi cairan logam dan menyerap cairan tersebut ke dalam kulitnya.     

Air dalam bak itu tumpah membasahi lantai.     

Tanpa memedulikan genangan air di kamarnya, Angele berjalan mendekati jendela dan melihat ke bawah.     

Di bawah, pegunungan bersalju membentang sejauh mata memandang. Angele tidak melihat makhluk hidup apa pun di bawah sana.     

Daerah sekitar pegunungan itu benar-benar sunyi senyap.     

Suhu ketiga kapal diatur dengan menggunakan rune khusus, sehingga semua penumpang tetap merasa nyaman.     

Angele menjauh dari jendela dan membuka pintu. Ternyata, Morissa juga membuka pintu kamar di seberangnya secara bersamaan. wanita itu keluar dari kamarnya.     

"Master Green, bagaimana? Kita sudah aman, kan?" tanya Morissa dengan suara gontal. Sorot matanya tampak ketakutan.     

Rambut hitam panjang wanita itu tergerai berantakan di atas bahunya, sementara tangan kirinya masih terbalut perban. Angele tidak tahu apakah wanita itu ketakutan atau ia membutuhkan lebih banyak istirahat sebelum sembuh.     

Ia mengenakan terusan putih dari wol sebagai pengganti jubah putih dan membawa tongkat pendek berwarna putih dengan ujung wajik dari safir.     

"Mari kita lihat dulu." Angele berbalik dan berjalan menaiki tangga.     

Reyline, Stigma, dan Hikari telah berdiri di atas dek.     

Hikari berjongkok di dekat kubangan cairan hijau, sementara Stigma berbincang-bincang dengannya.     

Reyline sedang menatap pegunungan dari tepi kapal.     

Saat Angele dan Morissa tiba di atas dek, mereka bertiga melihat Angele secara bersamaan.     

"Mereka mengambil mayat-mayat Cloud Bee." Hikari segera berdiri. "Semuanya hilang, kecuali mayat yang ada di kamar Green."     

Angele berjalan mendekati Hikari dan melihat genangan cairan hijau tersebut. Ada jejak cairan hijau yang mengarah ke tepi kapal, tepat di mana Reyline sedang berdiri. Sepertinya, mereka mengambil semua mayat sebelum melompat turun.     

"Tidak masalah. Kita masih hidup. Itulah yang terpenting. Kali ini, kita tidak perlu bertarung," jawab Angele.     

"Ada yang tahu lokasi kita saat ini?" Angele menatap Stigma.     

Stigma mengambil kristal seukuran kepalan tangan, menutup matanya, dan menjentikkan jari telunjuknya di atas kristal itu.     

"Sebentar lagi, kita akan melewati pegunungan dan tiba di Padang Ratapan, di mana kita akan berhadapan dengan tantangan baru," jawabnya.     

"Padang Ratapan?" Reyline berjalan mendekati Stigma. "Kapan kita akan tiba di Omandis?"     

"Setelah melewati Padang Ratapan, kita harus melewati Dataran Tinggi Mamba, dan terbang melalui Tebing Neraka. Jika kita bisa melewati semua itu, kita akan sampai di pintu masuk Omandis dalam sepuluh hari." Stigma menjelaskan. "Ketiga tempat itu tidak ditinggali manusia, sehingga kita harus bersembunyi. Jika tidak, kita akan mati."     

"Mari kita membersihkan kapal dulu." Hikari menunjuk ke arah genangan-genangan cairan hijau di atas dek. "Sepertinya, cairan ini akan menarik perhatian makhluk-makhluk buas."     

"Kau benar." Angele mengangguk.     

Kelima penyihir memunculkan air dan membersihkan setiap sudut dek kapal.     

Dengan ramuan-ramuan pemanggil milik Hikari, Angele memanggil beberapa roh air. Roh-roh air terbuat dari air murni, sehingga mereka sangat membantu dalam membersihkan sesuatu.     

Mereka mulai bersih-bersih saat pagi dan selesai saat senja.     

Langit sudah mulai gelap. Matahari bersembunyi di balik selimut awan tebal.     

Di bawah awan-awan gelap, ketiga kapal itu terus terbang. Kapal-kapal itu dilindungi oleh pelindung berwarna putih dan digerakkan oleh partikel-partikel energi angin berwarna hijau.     

Tidak lama kemudian, kapal mereka meninggalkan pegunungan dan memasuki sebuah hutan dengan pepohonan yang tidak terlalu banyak.     

Di antara pepohonan itu, terlihat beberapa ekor monyet putih melompat-lompat.     

Cahaya redup matahari menyinari seluruh hutan.     

"Ha?" gumam Morissa. Ia terdengar terkejut.     

Wanita itu berbalik dan berteriak. "Hei, kemarilah! Apa itu di bawah?" Wanita itu menunjuk ke bawah.     

Angele segera berjalan mendekati Morissa dan melihat tempat yang ditunjukkan wanita itu.     

Sebuah titik berwarna merah jambu beterbangan di antara pepohonan.     

"Apa itu?" tanya Angele.     

"Biar kulihat. Tunggu sebentar." Dengan tongkat sihirnya, Morissa menggambar sebuah rune berbentuk lingkaran di udara.     

Titik-titik merah bercampur kuning muncul dari batu safir tongkat itu.     

Titik-titik merah itu berkumpul dan melayang selama beberapa saat, kemudian berjalan mendekati mata Angele.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.