Dunia Penyihir

Alat Sihir (2)



Alat Sihir (2)

0Mereka berdua tahu bahwa ini adalah pilihan terbaik untuk mereka, namun, tak ada yang mau menyerang terlebih dulu.     

Red Beard adalah salah satu penyihir Kristal terkuat. Jika ia mempunyai kekuatan mental yang cukup untuk mengeluarkan sihir tingkat 2, mereka bertiga tak akan bisa selamat.     

Bahkan Olive tidak terlalu yakin dengan pelindung medan-nya.     

Rencana awal mereka adalah mengejar Red Beard dan membuatnya kehabisan kekuatan mental karena terlalu sering mengeluarkan mantra pertahanan.     

"Ide yang bagus. Apa kau mempunyai masalah pribadi dengan Red Beard? Mengapa kau tidak menghajarnya?" Wanita itu tertawa.     

"Tidak. Aku ingin dia mati, tapi aku senang jika kau mau membunuhnya." Angele melangkah mundur sambil terbatuk.     

Olive dan wanita itu menggeleng. Mereka menganggap bahwa Angele tidak menanggapi masalah ini dengan serius.     

Mereka bertiga terdiam saat mengepung Red Beard.     

Beberapa menit kemudian, Angele mendengar suara langkah kaki dari belakangnya.     

"Di sana! Cepat! Aku akan menghabisi bajing*n tua itu sendiri!" Sepertinya, suara itu berasal dari seorang pria tua.     

"Semakin banyak orang yang datang. Mengapa kita diam saja? Jangan membuang-buang waktu." Angele mencoba menyadarkan semuanya.     

Olive menatap Angele sambil mengernyitkan alisnya, namun ia tak berkata apa pun.     

Red Beard berpegangan pada sebuah pohon. Wajahnya tampak pucat, dan kondisi tubuhnya memburuk.     

Tiga pria tua berjubah hitam melompat keluar dari semak-semak. Pria tua yang berdiri di posisi paling depan berjalan langsung ke arah Red Beard dan melempar sebuah bola putih padanya.     

"Kau harus membayar apa yang telah kau perbuat!"     

"Matilah kau!"     

Dua pria tua lainnya juga bergegas mendekati Red Beard. Pria tua di sebelah kiri dikelilingi oleh cahaya biru, dan dua bola api yang tampak gelap muncul di kedua telapak tangan pria tua di sebelah kanan.     

Tiga pria tua itu menerjang Red Beard sebelum Angele sempat berbuat apa pun.     

Olive dan wanita itu langsung melangkah mundur.     

Bola putih itu berubah menjadi jaring-jaring raksasa yang mengurung Red Beard pepohonan di sekitarnya. Tiba-tiba, seekor laba-laba biru, yang datang entah dari mana, menerjang Red Beard. Binatang itu membawa dua bola api di belakangnya.     

Raut wajah Red Beard berubah. Ia mengangkat kedua tangannya dan memunculkan pelat emas di depannya.     

Pelat itu dihiasi oleh rune-rune yang tampak rumit.     

Angele, Olive, and wanita itu hanya bisa melihat serangan itu dari samping.     

Tiga penyihir tua itu terus mengeluarkan jaring laba-laba berwarna putih, sehingga Red Beard tidak bisa melarikan diri. Bola-bola api itu membakar semua yang ada di bawah jaring laba-laba, sementara laba-laba biru itu bergerak mendekati Red Beard.     

Namun, pelat emas di depan Red Beard menghalau sebagian besar serangan mereka.     

Angele melihat pemandangan itu sambil tersenyum.     

"Master, kalian salah. Pelat emas itu menyerap energi api dari bola-bola api itu. Energi yang berhasil diserap benda itu akan digunakan untuk menahan serangan laba-laba biru. Ia hampir tak menggunakan kekuatan mentalnya. Sebaiknya, pecahkan pelat emas itu terlebih dulu," teriaknya.     

*BAM*     

Sebuah bola api hitam terbang ke arah Angele.     

Raut wajah Angele pun berubah. Ia melangkah mundur dan menghindari serangan itu.     

"Aku hanya menyarankan. Mengapa kau marah?"     

"Diamlah!" Salah satu pria tua itu berbalik dan menatap Angele.     

"Baiklah, baiklah..." Angele mengedikkan bahunya. "Ini hanyalah pendapatku."     

Api hitam itu padam setelah beberapa detik. Bau mayat menyeruak di udara. Bau itu sampai membuat Ange pusing.     

Ia kembali mundur untuk menghindari area yang terkena polusi itu. Api yang masih tersisa masih berkobaran.     

"Apa kau tak mau alat sihir lagi?" Suara Red Beard terdengar dari bawah jaring-jaring itu.     

Olive mengerutkan bibirnya dan menatap tiga penyihir kegelapan tanpa berkata apa pun. Para penyihir kegelapan itu bersiap-siap untuk membuat lingkaran sihir. Seorang wanita berotot di belakangnya mengamati situasi di medan pertempuran.     

Angele tersenyum kecil. Ia fokus pada pelat emas Red Beard.     

Tiba-tiba, pelat itu memancarkan cahaya emas. Semua jaring-jaring putih, laba-laba biru, dan bola api dilingkupi oleh cahaya itu.     

Pandangan Angele terhalang sesaat. Kulitnya terasa seperti terbakar. Ia melompat ke kiri dan langsung menjauhi cahaya emas itu.     

"Jimat Emas," teriak Olive. Ia terdengar sangat terkejut.     

Ia mengangkat tangannya dan menunjuk Red Beard.     

*BOOM*     

Sebuah gelombang energi pun meledak.     

Tubuh ketiga penyihir kegelapan itu diselimuti darah. Mereka terluka sangat parah.     

Gelombang energi itu mencegah agar cahaya emas itu tidak menyebar.     

*SHING*     

Ketika dua serangan itu beradu, suara melengking menggema di area itu.     

*KRAK*     

Cahaya emas itu tiba-tiba menghilang.     

"Ha... Kau mau Alat sihir itu, kan? Ambillah!" Red Beard tertawa.     

Ia mengangkat tangannya dan melempar sebuah benda putih dengan kecepatan penuh.     

"Cepat!" Olive menggigit bibirnya dan bergegas menuju ke arah benda putih itu. Ketiga penyihir kegelapan itu berusaha untuk berdiri, kemudian ikut berlari ke arah benda itu.     

Tak lama kemudian, mereka sampai ke tempat itu.     

"Cahaya Duri!" Red Beard berteriak sambil menyeringai.     

Gelombang energi putih meledak di sekitar benda putih itu.     

Cahayanya menyinari seluruh tempat. Begitu banyak cahaya emas memasuki kabut putih, yang tercipta akibat ledakan itu, dan menerangi tanah.     

Angele memegang pedangnya dan melihat ledakan itu. Tiga penyihir tua itu telah terbakar menjadi abu dalam sekejap. Sepertinya, mereka menghilang dalam api yang tak kasat mata.     

Wanita kuat itu tak mampu menghindari serangan Red Beard. Ia menciptakan pelindung berwarna biru di depannya, tapi cahaya emas Red Beard berhasil menembus pelindungnya dan mengenai tubuhnya. Angele melihat wanita itu jatuh. Asap putih membumbung dari tubuhnya.     

Hanya Olive yang selamat dari serangan itu. Pelindung energi di sekeliling tubuhnya menghalau serangan Red Beard.     

Perlahan, ia berjalan keluar dari semak-semak sambil membawa pelindung dada. Ia tampak sangat kecewa.     

Red Beard, yang berdiri di samping pohon, menyeringai.     

"Bagaimana menurutmu? Sekarang, kau mempunyai Cahaya Duri. Walaupun aku mengerahkan seluruh energi yang tersimpan di pelindung ini, tapi benda ini masih sangat berguna. Bukankah kau mengincar ini?"     

Sebuah lingkaran cahaya emas muncul di bawah kakinya. Rune-rune di lingkaran itu perlahan berputar.     

"Master Olive! Ia mencoba kabur!" teriak Angele.     

Olive menjatuhkan senjatanya. "Berikan yang asli padaku, bajing*n! Ia sangat marah. "Dan kau!" Ia berblik dan menunjuk Angele. "Jika kau berani bicara lagi, akan kubunuh kau!"     

Dengan jentikan jarinya, lingkaran sihir di bawah kaki Red Bears pun hancur.     

"Ha, tenanglah." Angele menggeleng dan berhenti bicara.     

Beberapa menit kemudian, wanita berotot itu perlahan berdiri. Luka-lukanya mulai pulih dengan sangat cepat.     

Tubuh tiga penyihir tua itu kembali terbentuk dari kabut gelap.     

Namun, mereka semua tampak jauh lebih lemah daripada sebelumnya.     

Mereka kembali mengepung Red Beard.     

Red Beard mengangkat tangan kanannya. Sebuah cincin rune berwarna putih terpasang di jari tengahnya.     

"Ini adalah Cahaya Duri yang asli. Aku sudah tak menginginkan ini lagi. Sambil tersenyum, ia memotong jari tengahnya dan melemparkannya ke udara.     

Cincin dan jari itu tampak seperti lengkungan perak di udara.     

Semua penyihir tua itu menatap cincin yang jatuh itu.     

"Ini adalah yang asli. Gelombang energi di sekitarnya sangat luar biasa." Olive melihat wanita kuat itu. Mereka berusaha menangkap cincin itu dalam waktu yang bersamaan.     

Begitu pula ketiga pria tua itu.     

Red Beard menggunakan kesempatan ini untuk berubah menjadi cahaya emas dan menghilang ke dalam hutan. Angele pun langsung mengejarnya.     

Angele memegang pedang peraknya erat-erat. Tubuh Red Beard kembali ke bentuknya semula, namun ia masih diselimuti cahaya emas.     

Angin dingin meniup wajah Angele. Jarak antara mereka semakin dekat.     

Tiba-tiba, ia mengayunkan pedangnya ke depan, dan pedang itu semakin panjang.     

*SHING*     

Ujung pedangnya mengenai punggung Red Beard.     

Pria tua itu mengerang kesakitan. Darah pun menembus jubah panjangnya. Ia langsung berhenti menyerang, dan mengangkat tangan kanannya.     

*KAAAK*     

Perisai emas tiba-tiba muncul di hadapannya.     

Red Beard mengambil jimat kayu berbentuk segitiga dan melemparkannya ke tanah.     

Ada sesuatu yang meledak di belakang Angele. Ia menoleh ke belakang dan melihat Golem yang terbuat dari tanah liat. Tinggi Golem itu sekitar dua meter. Benda itu mengepal tangannya erat-erat. Api emas berkobar di kepalanya.      

Golem langsung menghantam Angele dengan tangan kanannya     

Wajah Red Beard tampak pucat. Ia menyeimbangkan tubuhnya dan menarik nafas dalam. Sepertinya, menciptakan Golem menguras kekuatan mental dan mana-nya. Ia berbalik dan kembali berlari.     

*BAM*     

Angele melompat ke kanan dan menghindari serangan Golem itu. Kepalan tangan makhluk itu meninggalkan lubanng sedalam satu meter di tanah.     

Ia cepat-cepat berbalik dan menusuk lengan Golem itu. Angele mengitari pelindung emas itu dan kembali mengejar Red Beard.     

*SHING*     

Setelah tertusuk pedang Angele, Golem pun berhenti bergerak. Ia tampak membatu. Beberapa detik kemudian, makhluk itu berubah menjadi patung batu.     

Akhirnya, Angele berhasil menangkap Red Beard di tepi danau kecil.     

"Apa kau masih ingat aku, Red Beard? Angele tersenyum dan menatap Red Beard. Pria tua itu tergeletak di tanah.     

"Siapa kau? Aku punya terlalu banyak musuh." Red Beard mengerutkan bibirnya. "Aku telah menduga bahwa hari seperti ini akan datang. Aku sudah tahu dari awal... Bunuh saja aku. Alat sihir itu adalah benda terakhir yang aku punya."     

"Tapi, mengapa kau tidak mengambilnya? Aku terkesan," tambahnya.     

"Alasannya sederhana. Aku harus membunuhmu terlebih dulu." Angele perlahan berjalan mendekati pria tua itu.     

"Peranngkat sihir itu ada di sana. Mereka semua sedang memperebutkan benda itu. Benda itu akan direbut sebelum kau bisa membunuhmu," kata Red Beard, yang sudah kehilangan kesabarannya.     

"Jangan khawatir. Aku punya banyak waktu. Aku bisa membunuhmu terlebih dulu dan merebutnya nanti." Angele menggeleng.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.