Dunia Penyihir

Hadiah dan Kematian (Bagian 1)



Hadiah dan Kematian (Bagian 1)

0Angele tidak terlalu berharap bahwa anak pertamanya akan memiliki potensi untuk menjadi seorang penyihir resmi.     

Namun, semuanya tergantung pada situasi saat ini.     

Ia kembali mengambil cangkul dan menggemburkan tanah.     

Nancy menunggu di sisi taman dengan sabar. Terdapat seember air di samping kakinya.     

"Master, kita baru saja menerima surat dari pihak divisi. Apakah Anda ingin membacanya sekarang?" tanya Nancy. Ia mengenakan terusan wol abu-abu dan legging katun berwarna hitam, sehingga tubuhnya terlihat seksi dan elegan.     

Nancy memiliki berbagai macam legging. Di dunia ini, legging biasa dikenakan saat cuaca dingin. Pakaian itu sangat disukai oleh para wanita bangsawan dan penyihir. Angele sangat suka melihat Nancy mengenakan celana tersebut.     

Angele mengernyitkan alisnya. "Divisi? Bukan pihak perguruan? Ada terlalu banyak masalah yang terjadi belakangan ini."     

"Iya, sebagian besar surat yang kita terima biasa dikirim oleh pihak divisi, bukan perguruan. Selain itu, Kepala Organisasi Salib ingin kau segera merekrut murid-murid baru," tambah Nancy.     

Angele mengizinkan Nancy membaca surat-surat tanpa stempel, karena semua surat itu tidaklah penting.     

"Baiklah…" Angele menunjuk ember di dekat kaki Nancy. Ia mengeluarkan dan menjatuhkan seluruh air bening itu di atas tanah gembur yang ditanami sebutir bibit hitam.     

Shing!     

Semua air di ember itu pun terserap oleh tanah itu.     

Setelah menyiram benih itu, Angele meletakkan cangkulnya dan melihat jam.     

"Berikan surat-surat itu padaku," perintah Angele seraya berjalan kembali ke rumahnya.     

"Baik."     

Nancy menjawab dengan sopan.     

Mereka berjalan kembali ke rumah. Angele duduk di sofa ruang tamu, dan Amy menyajikan segelas susu hangat.     

"Master, para kurcaci mengatakan bahwa asrama untuk budak yang Anda minta telah selesai. Apakah Anda ingin mereka mulai membangun taman?" tanya Amy seraya meletakkan segelas susu itu di atas meja tamu.     

Belakangan ini, ada terlalu banyak masalah, hingga Angele hampir lupa untuk meminta para kurcaci untuk membangun asrama para budak dan sebuah taman.     

"Iya, tentu saja. Kerjakan saja sesuai rencana. Aku punya cukup banyak magic stone untuk membayar mereka. Nancy adalah pengawas pembangunan ini. Jika ada pertanyaan, bertanyalah pada Nancy saja," jawabnya dengan suara berat.     

Amy mengangguk dan berjalan pergi untuk menyampaikan pesan tersebut pada para kurcaci.     

Setelah menemukan surat-surat tersebut, Nancy segera menyerahkannya pada Angele. Surat-surat itu ditulis pada dua lembar papan kayu.     

Angele membaca surat itu dan memastikan bahwa surat tersebut dikirim oleh kepala organisasi.     

Kepala Organisasi Salib memintanya untuk segera mulai mengajar dan merekrut calon-calon penyihir baru. Menurut kontrak keanggotaan, setiap guru harus bisa merekrut setidaknya dua orang calon penyihir.     

Surat kedua adalah surat dari Shiva, yang melaporkan bahwa ia sedang membuat lingkaran sihir yang mampu memantau pesan-pesan partikel energi yang dikirimkan para murid untuk mencontek saat ulangan.     

Selain itu, Shiva mengatakan bahwa ia bersama kedua cucunya ingin mengunjungi rumah Angele untuk berlibur. Orang tua kedua anak itu pergi menjalankan misi, sehingga Shiva ditugaskan untuk menjaga mereka. Selain berlibur, Shiva ingin membicarakan hasil riset dengan Angele.     

Angele segera membalas surat itu. Ia berkata bahwa ia akan menunggu kedatangan mereka.     

Ia menyusun jadwal kegiatan yang harus ia lakukan.     

Setelah beberapa saat, ia bersandar di sofa dan menarik nafas panjang.     

"Nancy, sudah berapa tahun kau melayaniku?" tanyanya seraya menatap wanita itu.     

"Sudah bertahun-tahun, Master." Nancy menunduk dan menjawab dengan tenang.     

Angele mengangguk. "Jangan khawatir, aku akan menjadi suamimu suatu hari nanti." Ia berdiri, mendekati Nancy, dan menggerakkan tangannya di bawah terusan wanita itu.     

Kulit Nancy terasa hangat, lembut, dan elastis.     

Ia membelai pantat dan kaki Nancy sebelum memindahkan tangannya ke arah kemaluan wanita itu.     

Nancy nyaris saja terjatuh. Sensasi belaian itu membuatnya semakin terengah-engah.     

"Master Green… Setidaknya, lakukan ini di kamar… kumohon…"     

Angele tersenyum. Ia mengangkat gadis itu dan menggendongnya naik ke lantai dua.     

"Tenang saja. Aku sudah berjanji tidak akan bercumbu denganmu sebelum kita menikah, tetapi kita masih bisa bermain-main, kan?"     

Perlahan-lahan, Angele mengusap alat kelamin Nancy, hingga wanita itu nyaris tidak bisa mengatakan apa pun. Wajah wanita itu memerah. Tubuhnya benar-benar sensitif. Ia bersandar pada pundak Angele, yang kedua matanya memicing. Sepertinya, ia sangat menikmatinya.     

**     

Semuanya sudah berjalan sesuai rencana Angele.     

Ia sudah pergi ke salah satu pilar komunikasi dan mengisi formulir izin mengirim pesan di tempat yang telah disediakan. Setelah membayar banyak magic stone, akhirnya permintaan izin itu dipenuhi. Sekarang, ia hanya perlu menunggu kedatangan orang-orang yang dikirimkannya ke seberang Laut Permata.     

Dalam waktu setengah bulan, para kurcaci telah selesai membangun taman seukuran lapangan sepak bola di teritori Angele. Taman itu berbentuk memanjang, seperti ulat putih raksasa. Dengan bantuan menara barter, ia telah membeli bibit tanaman. Sekarang, ia hanya perlu mempekerjakan ahli botani professional untuk merawat semua tanamannya.     

Hasil bumi dari taman itu mampu menghasilkan cukup makanan bagi para budak, sehingga ia tidak lagi perlu membayar mahal untuk memberi makan para budak tersebut. Di Nola, kebutuhan sehari-hari hanya bisa dibeli di toko Keluarga Bennis. Jika taman itu terus dirawat dengan baik, ia bisa menghemat pengeluaran makanan.     

Sebelum taman itu bisa mulai menghasilkan bahan makanan, perawatan intensif harus dilakukan selama satu tahun. Selain taman, Angele telah meminta para kurcaci untuk membangun fasilitas penunjang, seperti kincir angin dan kilang minyak.     

Angele merekrut dua orang calon penyihir menjadi muridnya. Keduanya adalah pria berpendidikan tinggi yang datang dari seberang Laut Permata, seperti dirinya. Walaupun tingkat potensi sihir mereka biasa saja, Angele memutuskan untuk tetap menerima mereka.     

Jika kedua calon penyihir itu ingin melakukan penelitian bersama-sama dengan guru mereka, mereka harus membayar sejumlah magic stone. Namun, Angele memutuskan untuk memberi mereka potohan harga yang besar, seperti Master Liliana yang memberinya potongan harga saat membeli Ramuan Timah Hitam di Perguruan Ramsoda dulu.     

Jika pengetahuan tidak gratis, para murid akan belajar keras. Itulah alasan mengapa tidak ada yang gratis.     

Setelah menyelesaikan semua pekerjaan yang ia jadwalkan, Angele menghabiskan waktunya untuk meramu dan membaca buku-buku kiriman departemen ramuan Menara Enam Cincin.     

Dengan bantuan Zero, ia menyimpan semua informasi pada buku-buku tersebut sebelum mengembalikannya. Ander telah mengerjakan semua kewajibannya, sehingga ia bisa bersantai.     

Waktu terus berjalan. Tidak ada yang terjadi. Angele terus bekerja hingga tidak memiliki waktu untuk beristirahat.     

0

Satu tahun kemudian…     

**     

Cahaya matahari pagi bersinar menyinari seluruh negeri itu.     

Di samping rumah berdinding putih, terdapat sebuah dermaga kecil dari kayu. Sebuah kapal kayu kecil terikat pada dermaga itu.     

Pada sisi-sisi kapal, dedaunan kering mengapung.     

Seorang pria berpakaian khas ahli pedang sedang memancing di dermaga itu.     

Tempat itu sangat sepi. Seorang wanita cantik, dengan rambut pirang sebahu yang tergerai, berjalan mendekati pria tersebut.     

Setelah beberapa detik, akhirnya wanita itu sampai di dermaga.     

"Master Green, ada pesan dari pilar untukmu."     

"Ha?" Angele meletakkan alat pancingnya dan berdiri perlahan.     

Rambut cokelatnya telah tumbuh menjadi lebih panjang. Cahaya emas pada kedua matanya telah memudar dan memperlihatkan sepasang mata hitam.     

Namun, cahaya perak masih bersinar pada kulitnya, yang menunjukkan bahwa ia dilindungi oleh lapisan tipis pelindung logam.     

"Kapan pesan ini tiba?" Ia melompat turun dari kapal dan berjalan ke tepi danau.     

"Baru saja tiba. Aku segera membawanya kemari." Nancy menjawab dan memberikan sebutir kristal pada Angele.     

Kristal itu memiliki ukuran sebesar kepalan tangan, dengan rune merah di dalamnya.     

Angele melemparkan kristal itu, sehingga melepaskan gelombang energi ke udara.     

Setelah dilempar, kristal itu melayang, dan rune merah di bagian tengahnya berhenti berputar.     

Shing!     

Sebuah layar putih muncul di depan Angele.     

Dalam beberapa detik, layar itu menampilkan wajah seseorang.     

Seorang pria berambut pirang, yang mengenakan baju zirah berat berwarna keperakan, sedang berdiri dalam ruangan kecil seraya memegang helm di tangan kirinya dan sebilah pedang besar berwarna hitam pada tangan kanannya.     

"Maafkan kami, Master. Kami berhasil sampai dengan aman di seberang Laut Permata, dan kami berhasil menemukan kedua orang yang kau cari. Namun, anak itu meninggal karena cacat lahir tiga bulan yang lalu, sementara Caitlyn masih ada di sini?" Pria itu berkata seraya mengerutkan bibirnya.     

"Meninggal?" Angele menghela nafas. Ia merasa sedikit sedih. Anak pertamanya telah tiada.     

Gambar pada layar berubah, menampilkan sebuah ruangan yang gelap.     

Rumah itu berdinding batu hitam dan berhiaskan patung-patung relief.     

Seorang wanita cantik berambut pirang sedang berbaring di tengah ruangan itu.     

Sepertinya, ia sedang koma.     

Wanita itu berumur sekitar 30 tahun, matanya telah berkerut. Angele menatap kalung hitam yang tersemat pada leher wanita itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.