Dunia Penyihir

Gelombang (Bagian 1)



Gelombang (Bagian 1)

0Angele mengingat nama Reyline. Ia yakin bahwa pria itu sedang menyembunyikan sesuatu.     

Angele menggeleng dan tetap diam di tempat duduknya di baris pertama.     

Acara hari jadi organisasi berlangsung singkat. Setelah semua penghargaan diberikan, para murid memainkan beberapa lagu dan berdansa selama beberapa saat. Murid-murid muda bermain peran di atas panggung.     

Saat matahari mulai terbenam, semua acara telah selesai.     

Kepala organisasi mengantarkan Angele ke kantor registrasi untuk menyelesaikan semua berkas. Setelah semuanya selesai, mereka berdua berjalan masuk ke gedung besar berbentuk jamur di area riset perguruan.     

Cahaya oranye matahari senja menerangi bangunan berbentuk jamur hitam itu. Bangunan berbentuk jamur itu dilindungi oleh pagar logam beraliran listrik.     

Pada sisi kiri gerbang, tertulis peringatan 'Tanpa Izin, Dilarang Masuk' di atas sebuah papan hitam.     

"Inilah tempatnya." Medivh masuk terlebih dahulu.     

Angele melihat sekelilingnya. Beberapa orang pengawal berjalan mengelilingi setiap bangunan yang sepi itu, namun hanya mereka berdua penyihir yang berdiri di sana.     

Ia berjalan masuk mengikuti Medivh.     

Mereka berjalan menuruni tangga spiral yang gelap.     

Pada ujung tangga itu, terdapat sebuah pintu kayu berwarna cokelat.     

Medivh mengangkat tangan kanannya dan mengetuk pintu itu dua kali.     

Shing!     

Pintu itu menghilang, digantikan oleh sebuah aula yang luas.     

Di dalam kolam besar di tengah aula itu, gelombang-gelombang air berwarna biru bersinar menyinari ruangan itu dan menjadi bayang-bayang di dinding. Udara di tempat itu terasa lembap dan dingin.     

Medivh berjalan melewati kolam dan berhenti di seberang kolam, tepat di depan gerbang yang terbuat dari batu berwarna kelabu. Tanpa membuang waktu, pria itu menyatukan kedua telapak tangannya dan menggumamkan mantra.     

Krak!     

Gerbang itu naik dengan sendirinya.     

Di balik gerbang, terdapat sebuah ruangan besar dengan dinding bercat kuning muda. Di tengah ruangan itu, terdapat sebuah area besar yang dilindungi pagar logam. Di tengah area itu, ada sebongkah batu besar dengan lebar satu meter dan tinggi dua meter. Sekilas, batu itu terlihat seperti batu biasa yang bisa ditemukan di gunung.     

Selain pagar logam, batu itu juga dilindungi oleh medan pelindung kristal. Beberapa orang penyihir cahaya berjalan di sekitar area itu. Sebagian dari mereka sudah sangat tua. Mereka berjalan di sekitar batu tersebut seraya menuliskan informasi di buku mereka masing-masing. Dua orang penyihir sibuk bermeditasi di samping meja.     

Sepertinya, para penyihir itu mendengar pintu terbuka, namun mereka tidak peduli. Satu-satunya yang peduli adalah seorang penyihir wanita. Ia menoleh dan melihat Medivh dan Angele.     

"Master Medivh, bukankah perayaan hari jadi masih berlangsung?" tanya wanita itu dengan santai.     

Medivh menggeleng. "Aku punya teman baru yang baru saja bergabung dengan Proyek World Stone."     

"Begitu, ya?" jawab penyihir wanita itu. Namun, ia menunduk dan berhenti berbicara.     

Sepertinya, beginilah cara mereka berkomunikasi. Medivh pun berbalik dan tersenyum pada Angele. "Jangan khawatir, mereka hanya ingin belajar, sehingga mereka kurang memedulikan keadaan sekitar mereka."     

Angele mengangguk kecil. "Aku mengerti. Aku datang kemari juga untuk meneliti batu ini."     

"Silakan." Medivh menunjuk batu di tengah ruangan itu. "Pintu keluar ada di seberang sana. Ah, satu lagi, gelombang energi di sekitar batu itu sangat tidak stabil. Perubahan sedikit saja dapat membuat gelombang di sekitar batu itu meledak. Berhati-hatilah."     

"Aku mengerti."     

"Baiklah, akan kutinggalkan kau sekarang. Mulailah meneliti."     

"Terima kasih, Master Medivh. Aku akan segera mulai bekerja." Angele tersenyum.     

Medivh mengangguk, kemudian ia berbalik dan meninggalkan ruangan melalui gerbang batu tadi.     

Angele berdiri di samping gerbang dan melihat sekelilingnya.     

Ada lima orang penyihir di ruangan itu; tiga di antaranya penyihir tingkat Gas, sementara dua sisanya adalah penyihir biasa. Tanpa membuang waktu, ia berjalan mendekati pelindung kristal di tengah ruangan.     

Ia menyentuh pelindung kristal itu. Permukaan pelindung tersebut terasa dingin dan halus. Melalui pelindung transparan itu, terlihat jelas permukaan kasar World Stone. Ada bekas-bekas seperti sidik jari pada permukaannya.     

Kristal berbentuk tetesan air yang berkilau berjajar di dinding dan menerangi seluruh ruangan itu.     

Angele terdiam sesaat dan melihat para penyihir lain di sekitar medan pelindung. Dua orang penyihir wanita sibuk berhitung di atas buku catatan mereka, sementara seorang penyihir pria sibuk berpikir hingga mengerutkan dahinya.     

Tidak ada yang tertarik untuk berbincang-bincang dengan Angele.     

"Permisi…" Tiba-tiba, seseorang memotong perkataan Angele.     

"Jika aku ada di posisimu, aku tidak akan menghabiskan waktuku untuk mengobrol dengan orang lain." Penyihir wanita yang tadinya berbicara dengan Medivh pun angkat bicara.     

"Mengapa?"     

"Para penyihir hanya bisa tinggal di sini selama dua jam. Setelah dua jam, mereka harus pergi, karena mereka tidak bisa terpapar energi tidak stabil itu terlalu lama; jika tidak, mereka akan sakit. Kau boleh tinggal lebih dari dua jam, tapi jangan bermain-main dengan nyawamu." Wanita itu menjelaskan dengan santai.     

"Benarkah?" Ekspresi Angele berubah serius. Ia segera menyuruh Zero untuk memeriksa pergerakan gelombang energi di ruangan ini. Walaupun tidak stabil, energi dari batu tersebut tidak akan bisa melukai tubuhnya, sehingga Zero tidak mengingatkannya.     

"Terima kasih banyak." Angele tersenyum sopan, namun wanita itu sudah kembali berkonsentrasi pada catatannya.     

Angele menggeleng dan berbalik. Ia mengamati batu itu dari dekat.     

'Analisa batu itu.'     

'Misi telah dibuat, menganalisa World Stone…'     

'Sasaran dilindungi oleh medan pelindung yang tidak stabil. Analisa gagal,' lapor Zero.     

Angele mengernyitkan alisnya.     

'Analisa energi-energi medan pelindung itu dan buatlah peraga sederhana.'     

'Misi telah dibuat. Menganalisa radiasi energi. Waktu pembuatan peraga: 13 hari, 21 jam, dan 45 menit.'     

Ia menggeleng. 'Peraga dasar pergerakan energi saja membutuhkan lebih dari 13 hari… Ini bukan main-main. Aku tidak bisa menganalisa batu itu walaupun dengan bantuan Zero.'     

Legenda mengatakan bahwa World Stone adalah gerbang menuju dunia lain. Setiap World Stone memiliki kemampuan untuk membawa seseorang ke dunia yang berbeda. Saat ini, para penyihir modern menghabiskan waktu mereka untung mengaktifkan batu tersebut, namun tidak ada yang berhasil.     

Angele memutuskan untuk tidak terburu-buru. Ia masih memerlukan waktu untuk mempelajari pengetahuan dasar.     

**     

Beberapa bulan kemudian…     

Di laboratorium bawah tanah, kini hanya ada tiga penyihir cahaya     

Mereka bertiga berdiri di depan World Stone; dua di antaranya adalah lelaki, dan yang satu adalah wanita. Angele, salah satu di antara ketiga penyihir itu, mengenakan jubah panjang berwarna putih dan pakaian kulit ketat di dalamnya. Matanya bersinar emas, dan kulitnya berpendar keperakan.     

Ia sudah lama sekali berada di sana.     

"Green, apakah kau mendapatkan ide baru?" tanya si penyihir wanita.     

"Ada masalah. Hasil perhitunganku berbeda dari hasil milik Glue." Angele mengernyitkan dahinya.     

Pria tampan berambut dan bermata biru di samping Angele mengangguk. "Iya, perbedaannya cukup besar, yaitu lebih dari 0,5."     

"Jadi, rumus ini tidak bisa dipakai. Kita harus mulai dari awal…" Penyihir wanita itu terlihat kecewa. Ia meletakkan pena dan kertasnya sambil menarik nafas dalam.     

"Baiklah, kita sampai di sini saja hari ini. Apa kau mau kembali sama-sama?"     

"Tentu." Angele dan Glue mengangguk bersama-sama.     

Angele telah menghabiskan beberapa bulan untuk mempelajari World Stone itu, namun ia hanya mampu berteman dengan dua penyihir.     

Kedua penyihir itu bergabung untuk mempelajari World Stone. Saat mereka berdebat, Angele menunjukkan sebuah kesalahan fatal pada rumus mereka, sehingga mereka mulai berkomunikasi dan berteman. Setelah kejadian itu, mereka saling bertukar ide tentang riset World Stone.     

Angele berjalan mengikuti Glue dan pergi meninggalkan ruangan itu bersama-sama. Zero hanya bisa membantu membuat rumus pergerakan energi di sekitar batu itu, tapi ia tidak bisa membuat rumus yang dapat digunakan untuk menghitung energi pada seluruh batu. Selain itu, ia tidak mengerti mengapa gelombang energi di sekitar batu itu sangat tidak stabil.     

Ia maju lebih cepat ketimbang para penyihir lain. Glue dan si penyihir wanita sudah menghabiskan waktu lama, namun kemajuan mereka sama dengan kemajuan Angele.     

Setelah mereka keluar dari ruangan itu, gerbang batu itu tertutup sendiri. Mereka berdiri di depan kolam.     

"Sherry, kau pergilah terlebih dulu," kata Glue dengan santai.     

"Baiklah." Sherry melepaskan ikat rambutnya dan melompat masuk ke kolam.     

Ia tidak melepas jubah putihnya, sehingga jubah itu mengapung dan memperlihatkan tubuhnya yang seksi.     

Angele dan Glue terdiam di tepi kolam. Mereka menatap wanita yang nyaris telanjang itu.     

Sherry tidak peduli pada dua pria yang menatapnya. Ia tidak keberatan bermain dengan mereka untuk menghilangkan kebosanan. Kebanyakan penyihir wanita mempelajari cara agar tubuh mereka tidak lekang termakan usia.     

Sherry perlahan mengelus dadanya. Ia berusaha menarik perhatian Angele dan Glue.     

Sementara itu, Angele dan Glue sama sekali tidak tertarik. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu untuk mempelajari World Stone.     

"Cepatlah, kami juga harus menggunakan kolam itu."     

"Kalian tidak mau bermain denganku?" Sherry tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.