Dunia Penyihir

Perguruan (Bagian 1)



Perguruan (Bagian 1)

0Angele mengambil dua butir telur merah dan memberikan kedua telur itu pada Sophie dan Morrow.     

"Ini adalah hadiah kecil untuk kalian. Rawat baik-baik, ya?"     

"Wow, telur Burung Lulu! Terima kasih!" Sophie mengambil salah satu telur. "Aku sudah lama ingin memelihara burung lulu!"     

Morrow memegang kedua telur itu dengan senang.     

"Terima kasih!"     

"Sama-sama. Datanglah ke rumahku lain kali." Angele tersenyum dan mencubit pipi Sophie.     

"Ah, Master! Tanganmu dingin sekali!" Sophie mundur selangkah dan mengusap pipinya.     

"Jadi, bagaimana? Hari ini, kau punya waktu luang, kan? Aku baru menyelesaikan tugasku, jadi aku bisa mengajakmu keliling sekolah." Shiva menoleh ke arah Angele.     

"Iya, aku baru saja menyelesaikan eksperimen-ku," jawab Angele dengan santai.     

"Saat ini, perguruan sedang merayakan hari jadi organisasi. Cucuku adalah bagian salah satu pertunjukan. Mereka memintaku untuk menonton." Shiva mengelus kepala Morrow.     

"Tenang saja, aku bisa berkeliling sendiri." Angele mengangguk.     

Mereka mengobrol di ruang tamu.     

"Ayo kita pergi. Tunggangan kita telah tiba." Setelah mendengar suara elang, Shiva segera berdiri.     

Tiga ekor elang raksasa mendarat di padang rumput. Masing-masing dikendarai oleh beberapa orang fire spirit. Sayap elang itu sangat panjang, hingga beberapa meter, sehingga ketiga elang itu terlihat sangat agung.     

Shiva melangkah maju dan melompat naik ke salah satu elang.     

Angele dan kedua anak kecil itu melompat naik pula.     

Ia duduk di punggung salah satu elang hitam dan memegang tali kekang elang itu kuat-kuat. Tidak lama kemudian, elang itu berlari, mengepakkan sayapnya, dan segera terbang.     

Ketiga elang hitam terbang membentuk formasi seperti segitiga.     

Angele melihat ke bawah. Di sana, ia melihat ketiga fire spirit menatap mereka pergi. Angin dingin bertiup melalui pepohonan dan menggoyangkan dedaunan di pohon.     

Hari masih sangat pagi. Langit telah menjadi biru, namun cahaya matahari pagi itu masih belum menghangatkan dirinya.     

Ia menarik kerahnya dan merunduk. Elang yang ditungganginya tidak bisa mempercepat kepakan sayapnya, sehingga elang itu terbang lebih lambat ketimbang kedua elang lainnya.     

Mereka terbang melewati hutan. Angele melihat danau, sungai, dan teritori para penyihir yang tersembunyi di balik pepohonan. Terlihat juga beberapa kota kecil yang dibangun oleh gabungan beberapa keluarga penyihir.     

Setelah melewati dua kota kecil, ketiga elang itu akhirnya meninggalkan teritori Enam Cincin. Tepat di bawah mereka, terdapat sebuah dinding hitam yang berkelok-kelok.     

"Sebentar lagi, kita sampai ke daerah umum. Mari kita terbang lebih rendah dan bersiap untuk mendarat," kata Shiva seraya melantangkan suaranya dengan partikel energi.     

"Aku mengerti," jawab Angele.     

Kedua elang itu mendarat perlahan. Di bawah mereka, terlihat sebuah kota yang tidak dikelilingi dinding.     

Kota itu dibangun di atas tebing, sehingga jarak setiap bangunan sangat jauh jika dibandingkan dengan kota-kota yang memiliki ukuran sama.     

Ia semakin dekat dengan kota itu, sehingga terdengar suara kerumunan orang.     

Sepertinya, sedang ada pawai di jalan. Orang-orang menunggang babi hutan dan sapi sibuk melemparkan daun-daun yang telah dicacah. Anak-anak kecil saling berkejaran di tepi jalan, tepat di dekat para penyair dan para badut.     

Kios-kios kecil memberikan makanan dan minuman secara gratis.     

Duar!     

Terdengar suara ledakan. Semua orang bersorak-sorai.     

Petasan berwarna biru ditembakkan ke langit dan membentuk gradasi kebiruan yang indah. Petasan yang terbuat dari partikel energi itu sangat populer di acara pawai.     

Akhirnya, ketiga elang itu mendarat di atas atap bangunan tertinggi di kota itu.     

Bangunan itu memiliki atap berwarna kuning muda yang berbentuk seperti jamur portobello. Lima orang sudah menunggu di sana.     

Seorang pria paruh baya berkumis hitam berjalan mendekati mereka.     

"Master Shiva, akhirnya kau datang. Master Singerad telah bertanya padaku selama berjam-jam…" Sorot mata pria itu benar-benar putus asa.     

Shiva menepuk kepala elang itu dan melompat turun. "Ada apa? Aku sudah menyelesaikan tugasku."     

"Iya, tapi… ini adalah masalah penting, soal keamanan pawai. Kami membutuhkan bantuanmu untuk mendirikan lingkaran sihir bertahan di beberapa tempat."     

"Benarkah? Baiklah…" Shiva menoleh ke arah Angele. "Maaf, Green, aku harus menyelesaikan urusan ini. Berkelilinglah dengan cucuku dulu. Aku akan menemui kalian nanti."     

"Tenang saja, Kek! Kami tahu jalan-jalan di perguruan! Kakek tidak perlu khawatir!" potong Morrow.     

"Kami akan menunjukkan seluruh perguruan pada Master Green, yang baik nan murah hati!" Sophie mengatakan 'murah hati' dengan lantangnya.     

Angele menggeleng dan tertawa. "Aku mohon bantuan kalian."     

"Tolong bantu tamuku." Shiva menyuruh seorang calon penyihir, sebelum akhirnya pergi meninggalkan gedung dan membahas masalah keamanan dengan pria berkumis hitam itu.     

Angele melompat turun dari punggung si elang.     

"Eh? Apa ini benar-benar sebuah bangunan…?" Atap bangunan itu terasa empuk dan elastis.     

Sophie berjalan mendekati Angele dan berteriak. "Ini adalah jamur, Master Green!"     

"Panggil saja Green. Benarkah? Ini adalah jamur?" Angele menghentakkan kakinya beberapa kali. Rasanya seperti menginjak karpet yang lembut.     

Calon penyihir yang sedang menunggunya berparas cantik dan berambut pendek. Tanpa membuang waktu, ia cepat-cepat berjalan mendekati Angele.     

"Master, namaku Fir. Anda ingin pergi ke mana? Sekarang adalah hari jadi perguruan ke-100. Ada banyak acara yang sedang diadakan."     

"Biarkan dua anak ini yang memutuskan." Angele menunjuk Sophie dan Morrow. "Mari kita turun dulu."     

Morrow berjalan di depan. Bersama-sama, mereka turun dan meninggalkan bangunan jamur itu. Seorang penyihir cahaya, ditemani oleh dua calon penyihir, segera berjalan mendekati mereka.     

"Master Green, Master Shiva menyuruhku untuk mengajakmu berkeliling di sekitar perguruan. Namaku Merrat."     

Di depan mereka, terdapat sebuah podium berbentuk kerang yang dihiasi oleh bunga berwarna merah, biru, dan kuning. Di atas podium itu, terdapat spanduk yang bertuliskan 'Upacara Penghargaan di Hari Jadi Perguruan yang ke-100'     

Lebih dari 100 Ksatria dan calon penyihir duduk di depan podium itu, dipimpin oleh dua orang penyihir cahaya yang duduk di barisan terdepan. Mereka menatap podium itu tanpa suara.     

Di atas podium itu, seorang calon penyihir wanita berbalut terusan merah sedang membaca nama-nama yang tertulis di atas kertas kulit. Angele tidak tahu kategori penghargaan apa yang sedang diberikan.     

"Ceritakan padaku tentang perguruan ini dulu." Angele berdiri di depan pintu keluar bangunan.     

"Baiklah." Merrat mengangguk. "Perguruan ini bernama Perguruan Salib. Perguruan kami memiliki sejarah yang sangat panjang dan perpustakaan terbesar keempat di seluruh Nola. Kami sangat bangga akan hal ini."     

"Perguruan ini terbagi menjadi tiga daerah – asrama, kelas, dan perpustakaan. Hanya ada lima bangunan besar di sini, termasuk bangunan berbentuk jamur ini. Anggota perguruan tidak tinggal di daerah ini sepanjang waktu. Mereka hanya perlu menyelesaikan sif mereka di salah satu dari ketiga area besar." Merrat terdiam sesaat sebelum melanjutkan, "Organisasi ini memiliki 19 penyihir resmi; 6 di antaranya menghabiskan waktu mereka di sekolah. Ada sekitar 200 calon penyihir, yang kebanyakan berasal dari keluarga-keluarga di sekitar sini."     

Angele adalah orang baru di sini, sehingga tidak ada murid yang mengenalnya. Melihat sosok penyihir cahaya baru, para calon penyihir mulai saling berbisik.     

Kedua penyihir di barisan depan podium menyadari keberadaan mereka, sehingga ia berbalik untuk menyapa Merrat. Mereka menyadari bahwa Merrat sedang mengajak tamu untuk berkeliling perguruan ini, sehingga mereka memutuskan untuk fokus pada acara penghargaan.     

"Terima kasih. Mari kita teruskan. Kelihatannya, perguruan ini tidak terlalu besar." Angele mengangguk. Sebelum datang ke sekolah, ia telah mencari informasi tentang sekolah tersebut.     

Seorang penyihir tingkat Gas, seperti Shiva, sangat sulit ditemukan di sekolah. Satu-satunya penyihir tingkat Cairan di sini adalah kepala organisasi.     

Angele sedikit mendongak.     

Bangunan-bangunan jamur raksasa itu adalah ikon perguruan ini.     

Semua bangunan jamur itu memiliki pintu dan jendela, persis seperti rumah peri dalam cerita dongeng.     

Lima bangunan jamur membentuk lingkaran di sekitar kota. Di tengah lingkaran itu, terdapat beberapa bangunan yang dibangun dari batu putih.     

Tanpa membuang waktu, Merrat menunjukkan semua bangunan berbentuk jamur di sana.     

Perguruan itu tidak terlalu besar. Ukurannya sama dengan perguruan di Pelabuhan Marua.     

Banyak calon penyihir sibuk membaca buku di tepi jalan. Mereka memenuhi kursi-kursi batu dan teras yang disediakan di tepi jalan utama itu.     

Para calon penyihir itu membungkuk pada Angele saat ia lewat. Ini menunjukkan bahwa mereka telah dididik dengan baik.     

Tujuan utama kunjungan Angele ke perguruan ini adalah melihat World Stone yang pernah diceritakan Shiva.     

Dengan menggunakan daging yang ia dapatkan dari Dunia Mimpi Buruk, ia mampu menciptakan sesuatu yang baru. Walaupun ia tidak tahu kekuatan World Stone yang dimiliki pihak organisasi, ia yakin bahwa batu itu akan lebih efektif ketimbang signet-nya.     

Angele ingin berkunjung ke Dunia Mimpi Buruk sesering mungkin, sehingga ia dapat mengumpulkan bahan-bahan langka.     

Namun, setelah kembali ke dunia ini untuk kedua kalinya, harpy dari signet-nya semakin melemah. Sepertinya, kekuatan harpy itu terbatas, sehingga ia tidak bisa terus menggunakan cara tersebut. Sepertinya, ia tidak bisa menggunakan cara itu karena ia bukan seorang penerus harpy sejati, sehingga ia tidak bisa memberikan harpy itu energi yang dibutuhkan untuk terus pergi ke sana. Cepat atau lambat, harpy raksasa itu akan kehabisan energi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.