Dunia Penyihir

Hari yang Santai (1)



Hari yang Santai (1)

0Angele menutup gulungan itu dan mengembalikannya ke dalam tabung.     

"Ambilkan pena dan kertas." Ia menoleh ke Nancy dan memerintahkannya.     

"Baiklah." Nancy berjalan ke lantai dua. Ia membawakan pena, kertas, dan lilin untuk Angele.     

Setelah selesai makan, Angele menyuruh Nancy untuk keluar sebentar dan segera membalas surat Tia.     

Saat ia selesai menulis surat, matahari sudah mulai terbenam di ufuk barat.     

Ia mengambil sebuah tabung kayu dan memasukkan surat itu. Ia menyegel tabung itu dengan lilin sebelum melabeli menuliskan alamat pada tabung itu.     

"Amy."     

Amy, yang sedang sibuk menyiram tanaman di luar, segera masuk saat mendengar panggilan Angele.     

"Ada yang bisa kubantu, Master?"     

"Berikan surat ini pada kantor pos dan mintalah mereka untuk mengirim surat ini dengan kurir udara." Angele memberikan tabung kayu itu pada Amy.     

"Baik." Amy mengambil tabung itu dan segera meninggalkan rumah.     

Ia duduk di sofa dan memeriksa semua pesan yang ditinggalkan dalam rune komunikasi-nya. Setelah setengah jam, akhirnya ia selesai membalas semua pesan-pesan itu.     

Tiba-tiba, ia menyadari bahwa masih ada satu hal yang harus dikerjakan.     

Angele memanggil Night Sparrow-nya. Burung itu segera terbang masuk melalui jendela dan mendarat tepat di atas pundaknya.     

Burung itu sibuk membersihkan bulu dengan paruhnya.     

Angele menepuk perlahan punggung burung itu seraya berusaha memikirkan cara untuk memaksimalkan penggunaan daging kura-kura dari Dunia Mimpi Buruk.     

Makhluk hidup yang terinfeksi oleh daging kura-kura tersebut akan bermutasi dan mendapatkan kekuatan baru seperti burung itu. Angele pun ingin mencoba menggunakan daging tersebut pada dirinya sendiri.     

Namun, ia harus berhati-hati saat melakukan percobaan dengan menggunakan barang-barang yang didapat dari Dunia Mimpi Buruk. Untung saja, bom jantungnya cukup kuat untuk meledakkan kura-kura tersebut hingga menjadi kepingan-kepingan cangkang dan potongan daging.     

Saat berada di Dunia Mimpi Buruk, ia melihat ada makhluk-makhluk aneh di danau.     

Ia segera berdiri dan berjalan keluar hingga sampai ke tepi danau.     

Ia berdiri dekat semak belukar di tepi danau seraya menatap permukaan danau yang bersih dan tenang .     

Tempat itu sangat sunyi. Hanya terdengar suara angin yang terus bertiup mengenai wajahnya. Daun-daun kuning terjatuh dan mengapung pada permukaan danau yang jernih.     

Angele mengangkat tangan kanannya dan mengarahkannya ke danau.     

Shing!     

Sebilah jarum perak melesat cepat dari jarinya dan masuk ke dalam air.     

Plop!     

Seekor ikan kecil nerwarna hitam tertusuk jarum dan terangkat keluar dari danau.     

Jarum itu menjatuhkan ikan hitam di atas tangan Angele sebelum masuk kembali ke tubuhnya. Ikan itu berwarna hitam, dengan rune pada bagian punggungnya.     

"Ini adalah ikan yang kulihat di dunia mimpi buruk..." Angele menggumam seraya menggetarkan tangannya.     

Shing! Shing! Shing!     

Jarum-jarum perak terus menusuk ikan itu hingga menembus tubuh kecilnya. Darah menetes dari tangan Angele dan membasahi tanah.     

"Sekarang, ikannya sudah mati. Mari kita lihat apa yang akan terjadi saat aku pergi ke Dunia Mimpi Buruk untuk ketiga kalinya." Kunjungannya membuatnya mengerti bahwa dunia itu memiliki hubungan dengan dunia nyata. Saat berkunjung ke sana, ia merasa seperti berjalan ke depan mengarungi waktu.     

Ia menjatuhkan mayat ikan tersebut dan membersihkan jarum-jarumnya dengan air danau sebelum menyerap kembali semua jarum tersebut.     

Angele berbalik dan melihat kereta hitam dengan bordir perak berjalan mendekat. Kereta itu berhenti tepat pada penanda jalan bertuliskan "Properti milik Penyihir Green."     

Pria kekar berbalut jubah kuning membuka pintu kereta dan melompat turun.     

Melihat pria itu, dua orang Ksatria yang sedang berjaga berjalan mendekat dan menanyakan apa tujuan pria itu kemari.     

Mereka berbicara selama beberapa menit. Akhirnya, kedua Ksatria itu membungkuk hormat dan mendekati Angele untuk melapor.     

Angele mengernyitkan alisnya. Sepertinya, pria berjubah kuning itu adalah penyihir resmi, namun Angele tidak mengenalnya.     

Sang Ksatria berlari mendekati Angele dan membungkuk hormat.     

"Jadi, siapa pria itu?" tanya Angele.     

"Master, ia adalah penyihir dari divisi. Ia ingin mengantarkan sesuatu untukmu," jawab ksatria itu dengan sopan.     

"Ha?" Angele terdiam sesaat sebelum akhirnya tersadar.     

"Suruh dia masuk." Angele tersenyum.     

"Baik, Master."     

Angele kembali ke ruang tamu. Ia menyuruh Amy menyiapkan teh untuk tamunya, lalu ia duduk di sofa.     

Beberapa menit kemudian, pria kekar berjubah kuning itu berjalan masuk.     

"Salam kenal, Penyihir Green. Namaku Peter." Peter mengangguk.     

"Duduklah." Angele tersenyum juga.     

Amy, Alice, dan Nancy menunggu di tepi ruangan dengan sabar.     

"Keluarlah, kami ingin membicarakan hal penting," perintah Angele.     

"Baik, Master."     

Mereka keluar bersama-sama dan menutup pintu.     

Seketika, ruang tamu menjadi hening.     

Pria kekar itu duduk di sofa dan meminum teh suguhan para pelayan.     

Angele menatap pria itu dengan ekspresi yang datar.     

"Baiklah, kita mulai saja. Kau dikirim oleh Master Ander, kan?" tanya Angele.     

"Benar, Master Ander menyuruhku untuk mengantarkan informasi ramuan dan kumpulan resep-resep ramuan untukmu." Peter mengambil sebuah bola kristal dengan rune merah yang melayang-layang di tengahnya.     

Peter meletakkan kristal itu di meja, tepat di depan mereka berdua.     

"Master Ander berkata bahwa kau bisa menghubunginya langsung melalui kristal ini."     

Angele mengangguk dan menganalisa kristal itu dengan bantuan Zero. Titik-titik cahaya biru pun bersinar di depan matanya.     

Ia terdiam sesaat dan meletakkan tangan kanannya seraya menutup kedua matanya.     

'Menggunakan alat penghubung. Gelombang mental terdeteksi. Apakah Anda ingin menghubungi gelombang mental ini?' Suara Zero bergema dalam telinganya.     

'Hubungkan,' perintah Angele.     

Css!     

Terdengar suara seperti gas yang bocor dari balon.     

Kristal itu bersinar merah dan berputar-putar setelah beberapa detik.     

Seketika itu, suara Ander, si pria tua, bergema dalam telinga Angele.     

"Hah... Menarik. Aku tidak menyangka jika kau akan mampu menggunakan kristal itu. Sepertinya, Peter datang tepat waktu."     

"Ada apa?"     

Ander terdiam sesaat. "Resep-resep ramuan dan beberapa pengetahuan dasar untuk penyihir tingkat 2 tertulis dalam kristal pemberian pihak organisasi itu."     

"Bagus. Terima kasih atas bantuanmu."     

"Puas? Kita sudah impas. Inilah hal terakhir yang akan kulakukan untukmu," kata Ander dengan nada serius.     

"Puas? Kau pikir masalah kita bisa selesai secepat itu? Seharusnya kau tidak menantangku." Angele tertawa.     

"Kau mau apa lagi?" tanya Ander. "Ancam saja aku semaumu. Tapi, bagaimanapun, kau juga punya darah kuno. Jika kau terus memaksa, aku akan membocorkannya, dan kita akan jatuh bersama-sama."     

"Ayolah." Angele menggeleng. "Kita bisa saling membantu dan melakukan banyak hal. Bahkan, kita bisa mencapai berbagai macam penemuan baru."     

Ander tertawa. "Kau? Penyihir tingkat Gas? Memangnya kau bisa apa?"     

"Banyak," jawab Angele tanpa emosi. "Jika kita bekerja sama, kita akan mendapatkan berbagai macam hal. Kau adalah salah satu Tetua Keluarga Bennis, tapi kau tidak punya banyak kekuatan politik, kan? Jika kau cukup kuat, untuk apa kau bekerja di divisi dan tidak di pusat?"     

"Apa maumu?" potong Ander. Kesabarannya nyaris habis.     

"Di Nola, eksperimen pada manusia dan makhluk hidup dilarang. Artinya, kau tidak bisa membunuh banyak makhluk begitu saja hanya untuk mengambil darah kuno mereka. Namun, kau punya metode spesial untuk mengekstrak darah kuno harpy, kan? Bukankah kita bisa membangun laboratorium rahasia untuk mencoba metode yang kau miliki pada makhluk-makhluk lain?"     

"Yah, aku mau mencobanya pada makhluk lain. Lantas kenapa?" Ander tidak menyembunyikan apa-apa. Sebagai anggota Keluarga Bennis dari pihak luar, ia tidak memiliki darah keturunan keluarga, sehingga ia tidak lebih dari sekedar tetua boneka dan bukan anggota penting dalam organisasi.     

Ander sempat ingin membangun lab rahasia, namun membangun laboratorium itu sangatlah sulit.     

"Aku saja yang menjadi pemimpin lab, bagaimana? Kita sama-sama memiliki darah kuno, jadi kita harus merahasiakan hal ini. Artinya, kita tidak akan berkhianat, kan? Jika kita berani berkhianat, kita akan ditangkap oleh tim pemburu."     

Ander terdiam. Ide Angele sangat masuk akal. Membuat Angele menjadi direktur laboratorium adalah pilihan terbaik. Namun, saat ini, ia tidak bisa mempercayai Angele, sehingga ia tidak mau memberikan metode komplit untuk mengekstrak darah kuno.     

Ander tahu bahwa Angele benar-benar berbeda dengan penyihir cahaya lainnya, namun ia tidak mengerti mengapa Angele melakukan ini.     

"Jika kau masih butuh waktu untuk berpikir, kita bekerja sama dulu saja. Aku tahu rahasiamu, dan kau tahu rahasiaku. Posisi kita sama. Percayalah padaku, aku masih harus melakukan penelitian pada signet-ku juga." Angele tertawa.     

"Maksudmu, kita bisa meneliti signet-mu bersama? Jika iya, aku mau." Pria tua itu terdengar kaget.     

"Tentu saja." Angele terdiam sejenak. "Signet-ku memiliki kekuatan darah kuno. Dengan bantuan signet ini, aku bisa mengekstrak darah kuno para harpy dengan mudah. Walaupun darah kuno hasil ekstrak itu tidak akan murni, kita bisa menghemat banyak waktu."     

"Itu terdengar seperti tidak mungkin, tapi baiklah, aku akan menghadapi risikonya," jawab Ander. Iapuas dengan tawaran Angele. Ia tidak menyangka akan mendapatkan signet itu. Jika ia berhasil mendapatkan signet itu, ia tidak akan perlu menghubungi Angele lagi.     

"Ah, satu lagi, kudengar ada seseorang yang membeli beberapa ekor centaur putih dari lelang baru-baru ini..."     

Ander memotong perkataan Angele.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.