Dunia Penyihir

Eksperimen (Bagian 2)



Eksperimen (Bagian 2)

0Burung bersayap empat itu bergerak-gerak, sebelum akhirnya berdiri dengan kaki yang masih gemetar.     

Burung itu masih memiliki pikirannya sendiri. Angele hanya akan mampu mengendalikan burung itu saat diperlukan.     

"Sayangnya, selama rune ini aktif, rune ini akan terus menyerap kekuatan mentalku. Semakin tinggi kekuatan mentalku, semakin banyak pula makhluk yang bisa kukendalikan. Namun jika aku mengendalikan terlalu banyak makhluk, aku tidak akan bisa menggunakan mantra-mantra kuat. Aku harus berhati-hati…"     

Setelah melakukan penghitungan dengan bantuan chip-nya, Angele menemukan bahwa ia memiliki 40 poin kekuatan mental. Dengan satu poin kekuatan mental, ia mampu mengendalikan dua rune boneka. Jadi, jika ia mau, ia mampu mengendalikan 80 ekor Night Sparrow berkaki empat.     

Angele mengernyitkan alisnya. Ia mengambil burung itu dan membuka jendela.     

Dari jendela ruang eksperimen, menara pos penjagaan di depan terlihat sangat jelas.     

Menara penjagaan itu berdiri tepat di samping hutan. Dua calon penyihir yang ia pekerjakan sibuk berbincang-bincang. Menyadari bahwa Angele membuka pintu, kedua calon penyihir itu membungkuk hormat sebelum kembali berpatroli.     

Angele menunggu kedua pengawal itu pergi sebelum meletakkan burung bersayap empat itu di sisi jendela.     

"Terbanglah." Angele memberi perintah.     

Shing!     

Burung bersayap empat itu melesat ke langit dengan sangat cepat, hingga berubah menjadi kilat hitam, sebelum akhirnya menghilang.     

Di bawah awan kelabu, burung itu terus terbang tanpa berhenti.     

Angele mengambil sekantong bubuk hitam dan menggosokkan bubuk itu pada kedua telapak tangannya. Bubuk itu mulai terbakar dan berasap.     

"Makhluk ini akan menjadi mataku." Ia menggumamkan mantra.     

Perlahan-lahan, cahaya merah bersinar menerangi kedua matanya.     

Penglihatannya menjadi buram. Dalam beberapa detik, ia melihat lautan awan di sekelilingnya.     

Ia merasakan dinginnya angin yang bertiup di wajahnya. Pepohonan berbaris di bawahnya.     

Sebuah kota manusia tiba-tiba muncul di depannya, sehingga Angele memerintahkan burung itu untuk terbang mendekat.     

Tang! Tang! Tang!     

Terdengar suara bunyi bel menara.     

Dari langit, terlihat rumah-rumah beratap merah dan berdinding biru berjajar. Ksatria-ksatria berbaju zirah kulit sibuk berpatroli di jalanan. Sebuah sungai kecil berkelok-kelok membelah bagian tengah kota kecil itu. Di tengah kota itu, terdapat patung perunggu berbentuk sosok seorang penyihir.     

Setelah beberapa detik, kota itu menghilang jauh.     

'Kota Greenwood, 15 kilometer dari rumahku.' Angele mengenal tempat itu. Greenwood adalah kota kecil di perbatasan yang dikendalikan oleh keluarga penyihir kecil. Kota-kota seperti Greenwood sangat mudah ditemukan di sekitar Nola.     

"Kembalilah."     

Angele menghentikan sinkronisasi penglihatan itu.     

Burung bersayap empat itu berputar satu kali dan segera terbang kembali ke rumah.     

Setelah dua menit, setitik kilat hitam muncul di ufuk langit.     

Sepertinya, burung itu sudah terbiasa dengan keempat sayapnya, sehingga ia mampu memperlambat lajunya dan mendarat dengan mudah di tepi jendela di dekat Angele.     

"Kecepatan yang sangat hebat," puji Angele.     

Menurut perhitungan Zero, burung itu terbang dengan kecepatan 110 meter per detik.     

Burung ini nyaris lebih cepat dari Falcon Peregrine di Bumi. Menurut informasi dari chip-nya, kecepatan maksimum burung ini adalah 125 meter per detik.     

Inilah makhluk tercepat yang pernah ditemuinya di dunia ini.     

Dengan hati-hati, Angele membelai punggung burung tersebut.     

Menyentuh bulu burung yang halus dan lembut itu membuatnya merasa tenang.     

Tiba-tiba, ia merasa bingung akan apa yang akan terjadi di masa depannya nanti.     

Pemikiran itu bukanlah hal yang biasa.     

Saat menjadi seorang calon penyihir, ia sudah bukan lagi manusia. Ia berhasil melampaui batas dalam usia muda, sehingga ia berkesempatan untuk menjadi bagian dunia yang misterius. Selama ini, ia tidak pernah berhenti sama sekali.     

Awalnya, ia ingin menjadi kuat untuk melindungi dirinya sendiri dan orang-orang yang ia cintai.     

Namun, setelah berpetualang jauh, ia ingin mencari pengetahuan paling tersembunyi di dunia ini.     

Angele terus membelai punggung burung itu sambil berpikir.     

Ia telah mencapai banyak hal yang luar biasa. Ia telah menjadi penyihir muda paling berbakat di dunia, sehingga ia mulai berpikir apakah ia harus beristirahat sejenak. Entah mengapa, jiwanya terasa kosong. Tidak ada motivasi untuk terus maju.     

Hubungan antara dirinya dan ayahnya sudah jauh berbeda, tidak lagi seperti dulu. Sebagai seorang penyihir, ia memiliki harapan hidup yang lebih besar ketimbang manusia biasa. Seiring berjalannya waktu, tidak akan ada yang tahu bahwa ia adalah anak seorang Baron.     

Kejadian ini membuatnya mengerti mengapa penyihir yang sudah tua biasanya memiliki pemikiran yang gila dan hobi yang aneh dan menjijikkan.     

Waktu mengubah segalanya. Penyihir dengan keluarga manusia, seperti Angele, akan masih tetap hidup, sementara seluruh keluarganya telah mati, sehingga hubungan mereka dengan dunia ini akan menghilang. Memikirkan kemungkinan itu membuat Angele merasa takut.     

Flan, nenek Isabel, menguntit cucunya untuk mencari kenyamanan hidup. Awalnya, Flan mencintai Isabel, namun cinta yang tulus itu berubah menjadi menjijikkan seiring dengan berjalannya waktu.     

Angele bereinkarnasi ke dunia ini dan memiliki hubungan spesial dengan ayahnya. Namun, setelah menjadi seorang penyihir, hubungan spesial itu telah hilang, sehingga masalah yang dihadapi para penyihir tua mulai terjadi padanya.     

"Mungkin aku harus istirahat dulu. Aku baru saja mencapai tingkat Cairan. Aku bisa memanfaatkan waktu ini untuk mencari pengetahuan baru," gumamnya. Ia yakin akan mampu melawan penyihir tingkat Cairan dengan kekuatannya saat ini.     

Tubuhnya akan membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kekuatan mental seorang penyihir tingkat Cairan. Ia bisa menggunakan waktu ini untuk mencari pengetahuan penyihir tingkat 2.     

Waktu adaptasi ini tidak bisa dipercepat dengan ramuan, jadi ia harus menunggu.     

Ia terus berpikir, hingga akhirnya, hari menjadi gelap.     

Tok! Tok!     

Seseorang mengetuk pintu.     

Angele kembali menepuk punggung Night Sparrow bersayap empat itu. Ia memerintahkan burung itu untuk melompat turun dari jendela dan bersembunyi di dalam hutan. Ia kemudian berjalan ke pintu dan membukanya.     

Alice sedang menunggu di luar. Ia berbalut pakaian pelayan berwarna putih dan membawa sebuah piring perak.     

Makanan di atas piring itu masih panas.     

"Aku akan makan di bawah." Angele menutup pintu dan melihat masakan Alice.     

"Sup jamur dan daging rusa dengan kentang bakar? Kombinasi yang bagus. Akan lebih enak jika diselingi dengan roti selai kelapa."     

"Baik, Tuan. Akan segera kusiapkan selai untuk Anda."     

Alice menjawab dengan sopan.     

Angele berjalan menuruni tangga dan duduk di sofa.     

Nancy sedang menunggu di sisi sofa.     

"Tuan, ada surat untuk Anda." Nancy menyerahkan sebuah tabung kayu berwarna hitam.     

"Surat? Akhirnya datang juga…" Setelah berpikir selama beberapa saat, Angele menyadari dari mana asal surat itu.     

Sekitar satu tahun lalu, ia mengirimkan beberapa surat ke Kota Lennon.     

Ia menulis tiga surat, satu untuk Tinos, satu untuk Harland, dan satu untuk Tia. Tiga orang itu adalah orang yang paling dekat dengannya di Kota Lennon dulu.     

Terutama Tinos, pria anggun berwajah cantik yang benar-benar berkesan bagi Angele.     

Angele membuka segel tabung dan mengambil gulungan kuning di dalamnya.     

Dengan hati-hati, Angele membuka gulungan itu. Tulisan dalam gulungan itu sangatlah bersih dan rapi.     

'Untuk guruku, Angele Rio. Dari Tia Rio.''     

Salam.     

'Tepat setelah kau meninggalkan kota ini, wabah mematikan dari selatan menyebar kemari, hingga orang-orang berdoa pada para dewa dan mengharapkan sebuah penyembuh. Setiap hari, tumpukan mayat-mayat dibakar di jalanan hingga menjadi abu, dan situasi semakin buruk. Harland, sang Ksatria Agung, dipanggil oleh pihak kerajaan dan ikut berperang, sehingga ia tidak punya waktu untuk membantu membangun kota. Saat ini, aku dan Ksatria Tinos sedang berencana untuk meninggalkan kota.     

Seluruh bagian selatan kerajaan telah terjangkit wabah, sehingga kami tidak diperbolehkan untuk pergi. Kuharap kau ada di sini, Master. Jika kau kemari, kau pasti akan bisa menolong semua orang. Walikota Kota Lennon pun terbunuh karena wabah ini.     

Setelah perang, Harland diperintahkan untuk menjaga perbatasan utara dan diberi teritori di sana. Sepertinya, ia tidak akan kembali.     

Tinos nyaris saja terbunuh. Tanpa adanya seorang pemimpin, perang saudara dan pertarungan politik semakin menghancurkan kota. Walaupun nyawa Tinos selamat, matanya terluka parah, sehingga ia tidak akan mampu melihat lagi. Tinos tidak bisa bertarung, sehingga aku diperintahkan untuk membantu menjaga kota.     

Tapi, Master, jangan khawatir. Waktu krisis telah berakhir. Sekarang, aku sedang duduk di ruangan yang hangat bersama Tinos, beristirahat dan menulis surat ini untukmu. Aku telah membacakan suratmu. Sekarang, Tinos sedang duduk berselimut merah dan memikirkan sesuatu.     

Saat ini, Tinos adalah pemerintah Kota Lennon. Ia memintaku untuk mengatakan bahwa ia merindukan hari-hari saat kau ada di sini. Kami senang kau telah mengirim surat.     

Setelah berlatih selama bertahun-tahun, akhirnya aku menjadi seorang Ksatria. Kau akan terkejut melihat perkembanganku. Seed yang kau berikan jauh lebih kuat ketimbang seed para ksatria lain.     

Aku memerintahkan para pekerja untuk menjaga agar manor yang kau tinggalkan tetap bersih. Rumah itu sama sekali tidak berubah. Berkunjunglah jika ada waktu.     

Belakangan ini, aku melatih anak-anak di kota. Beberapa dari mereka sangat rajin berlatih walaupun latihannya sangat sulit, seperti aku dulu… Master, tanpa bantuanmu, sekarang aku pasti masih bekerja di toko kue.     

Lagi-lagi Tinos memarahiku karena aku berbicara seperti nenek-nenek… Ia tidak pernah memperlakukanku seperti wanita muda.     

Ah, pohon-pohon di dekat kota ditebang karena berbagai alasan…'     

Surat Tia lebih dari sepuluh ribu kata. Ia menuliskan hampir semua yang terjadi setelah Angele pergi.     

Setelah membaca surat itu beberapa kali, Angele tersenyum tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.