Dunia Penyihir

Dunia Mimpi Buruk (Bagian 1)



Dunia Mimpi Buruk (Bagian 1)

0Setelah beberapa lama, akhirnya Angele sampai di depan rumahnya sebelum jam 6 pagi. Namun, sebelum turun dari kudanya, ia berubah pikiran, sehingga ia meminta si unicorn untuk membawanya ke menara barter.     

Tempat itu masih gelap dan sangat sunyi.     

Kristal-kristal bercahaya di ujung menara menerangi tempat itu, namun tidak terlihat ada satu orang pun di sana.     

Angin dingin meniup dedaunan dan rerumputan kering ke udara.     

Menunggang unicorn membuatnya merasa nyaman. Ia hanya bisa mendengar suara tapak kudanya.     

Ia meminta unicorn itu berhenti di depan menara barter. Ia pun segera melompat turun.     

"Kerja bagus." Angele mengambil dua butir magic stone dan melemparkannya ke mulut unicorn tersebut.     

Krak!     

Unicorn tersebut mengunyah kedua magic stone dan segera menelannya.     

"Aku pamit dulu," jawab si unicorn.     

"Baiklah." Angele mengangguk, lalu menarik kerahnya dan mengenakan tudung jubahnya.     

Unicorn itu segera berbalik dan menghilang di antara gelapnya hutan.     

Angele melihat sekelilingnya. Setelah yakin bahwa tidak ada orang lain di sana, ia berjalan ke rumahnya.     

Di sisi kanan jalan, terlihat sebuah kereta kuda hitam yang bergerak-gerak. Angele mendengar suara nafas dua orang yang terengah-engah.     

Sudah jelas, ada seseorang yang sedang 'bersenang-senang' di tepi jalan. Kejadian ini sangat sering terjadi di Nola. Hutan Nola sangat aman, sehingga tidak ada yang perlu mengkhawatirkan serangan mendadak.     

Angele menggeleng dan berjalan semakin cepat memasuki semak-semak.     

Setelah berjalan sekitar setengah jam, Angele melihat pos penjagaan di samping danau. Lampu kristal yang digantung di puncak menara pengawas itu menerangi daerah sekitar.     

Cahaya putih bersinar dari kristal tersebut, Ada beberapa serangga yang beterbangan dan mengerubutinya. Beberapa kristal dipenuhi oleh serangga yang telah mati, sehingga cahayanya semakin memudar.     

Di samping menara dan pos penjagaan, api unggun menyala-nyala. Apinya bergerak ke sana kemari mengikuti arah angin. Seorang ksatria berbaju zirah kulit sedang menguap dan memasukkan kayu ke dalam api unggun tersebut.     

Angele berjalan keluar dari hutan dan mendekati menara itu.     

"Siapa di sana?!" teriak sang Ksatria. Ia mengambil busur dan menarik panah berbulu putih di atas busur tersebut; ujung panahnya mengarah ke Angele.     

"Jangan khawatir, ini aku." Angele berjalan mendekati cahaya kristal dan melepaskan tudungnya.     

"Ah, Master Green." Ksatria itu segera menurunkan panahnya. "Selamat datang."     

"Reaksi yang bagus." Angele mengangguk dan berjalan menuju ke rumahnya.     

Ia membuka gerbang kemudian membuka kunci pintu rumah.     

Semua perabotan terlihat bersih dan rapi, sama seperti biasanya.     

Pintu dua kamar tidur sudah terbuka saat Angele hendak memasuki ruangan itu. Sepertinya, ada orang yang terbangun karena dirinya.     

Dua orang gadis kecil yang mengenakan piyama putih berlari keluar dari kamar.     

"Selamat datang, Master," sapa Amy. "Apakah anda ingin makan sesuatu?"     

"Tidak, tidurlah," jawab Angele dengan santai. "Di mana Nancy? Apa dia ada di kamarmu?" Angele melihat seseorang sedang tidur di kamar Alice.     

"Iya…" Alice menunduk. "Rumah ini sangat besar, dan kami takut…"     

"Baiklah." Angele mengangguk. "Kembalilah ke kamar masing-masing. Aku akan pergi ke ruang bawah tanah. Pastikan bahwa tidak ada yang menggangguku."     

"Kami mengerti!" Kedua anak kembar itu membungkuk hormat dan segera kembali ke kamar masing-masing.     

Angele tahu bahwa Nancy masih sudah bangun, namun wanita itu malu. Jika dilihat dari pakaian yang berceceran di lantai tempat tidur, kemungkinan besar Nancy sedang telanjang, sehingga ia memutuskan untuk pura-pura tidur agar tidak perlu meninggalkan ruangan.     

Kedua gadis kembar itu telah dilatih di pasar budak, sehingga mereka tahu cara membuat pemiliknya terangsang. Angele sama sekali tidak tertarik dengan anak kecil, namun Nancy menghabiskan banyak waktu dengan kedua gadis itu. Kedua gadis itu mengerti teknik-teknik spesial untuk menyenangkan Nancy. Nancy pun menikmati bantuan kedua gadis tersebut.     

Angele tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Nancy, namun ia memutuskan untuk tidak terlalu ikut campur.     

Ia melepaskan jubah putihnya dan menggantung jubah itu di balik pintu.     

Setelah melepaskan jubahnya, ia berjalan ke dekat tangga dan menyentuh dinding dengan kedua telapak tangannya.     

Tidak lama kemudian, sebuah pintu muncul pada permukaan dinding itu. Angele pun segera membuka pintu tersebut.     

Setelah masuk, Angele segera menutup pintu dan menutup sisi-sisi pintu. Kemudian, ia berjalan menuruni tangga dan masuk ke laboratorium sihir.     

Ia mengunci pintu dan duduk bersila di tengah ruangan. Ia menutup mata dan mulai bermeditasi.     

Waktu terus berjalan. Angele ingin memastikan bahwa ia telah beristirahat dengan cukup sebelum masuk ke Dunia Mimpi Buruk.     

"Baiklah, waktunya masuk," gumamnya.     

Shing!     

Angele merasakan sang harpy raksasa menggosokkan dadanya yang berbulu pada badan Angele, sambil tertawa-tawa dan bergerak-gerak. Angele melapisi kulitnya dengan lapisan logam tipis untuk bersiap-siap menghadapi kemungkinan serangan.     

Setelah beberapa menit, ia merasa lelah dan mengantuk, seperti ada yang memaksanya untuk tidur.     

Tanpa melawan perasaan aneh itu, ia menenangkan dirinya dan bersiap-siap untuk tidur.     

Gelombang aneh mengelilingi seluruh tubuhnya, sehingga tubuhnya menjadi buram sebelum akhirnya menghilang dari laboratorium itu.     

**     

Haah… Haah…     

Terdengar suara nafas seseorang tepat di samping telinga Angele.     

Angele segera membuka matanya.     

Tempat itu sangat gelap. Sang harpy raksasa duduk di atas pundak kirinya dalam wujud kecil. Ia terlihat kelelahan. Sayap dan ekor harpy itu terus bergerak-gerak.     

Sepertinya, membawa Angele masuk ke Dunia Mimpi Buruk bukanlah hal yang mudah. Melihat Angele telah bangun, harpy itu tersenyum manis.     

Tempat itu sangat gelap, sehingga tidak terlihat apa-apa. Namun, Angele dapat merasa bahwa harpy di pundaknya pergi. Tubuhnya terasa semakin ringan.     

Setelah beberapa detik, harpy itu benar-benar menghilang. Nafasnya tidak lagi terasa.     

Ctak!     

Angele menjentikkan jarinya, memunculkan bola api kecil untuk menerangi tempat itu.     

Ia melihat bahu kirinya dan memastikan bahwa harpy tersebut telah benar-benar menghilang. Sepertinya, harpy itu kembali tidur, seperti kali pertama ia datang ke Dunia Mimpi Buruk ini. Jika Angele menjadi semakin kuat, harpy itu akan membutuhkan semakin banyak energi untuk membawa Angele ke dunia ini. Sepertinya, setelah ini, harpy itu akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk istirahat.     

Ia menenangkan dirinya dan melihat sekelilingnya, memastikan bahwa ia masih ada di laboratorium sihir. Semuanya terlihat sama, hanya saja lantai ruangan itu menjadi penuh debu.     

Debu bertebaran di udara, sehingga membuat sekeliling menjadi buram.     

Angele berdiri dan berjalan ke arah pintu. Ia menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh saat ia memegang gagang pintu.     

"Hah?" Ia melepaskan gagang itu dan melihat telapak tangannya penuh dengan lumut bercampur debu.     

Sepertinya, ruangan ini telah ditinggalkan bertahun-tahun lalu.     

Memutuskan untuk berhati-hati, Angele kembali menyentuh gagang pintu dan membukanya perlahan.     

Kriet…     

Pintu laboratorium sihir terbuka perlahan.     

Lorong bawah tanah benar-benar sunyi dan gelap.     

Hanya tersisa dua kristal yang masih bercahaya, sementara kristal-kristal lainnya telah padam.     

Tanpa bersuara, perlahan-lahan Angele berjalan keluar melalui lorong.     

Lantai lorong pun tertutup debu, sehingga tapak kakinya terlihat jelas di antara semua debu itu.     

Dengan tenang, Angele memeriksa semua ruangan, ruang penyimpanan bahan, ruang ramuan, dan semuanya. Namun, semua ruangan itu kosong. Tidak ada bahan maupun ramuan; hanya ada kursi dan meja yang telah ditinggalkan.     

Ia berbalik, meninggalkan ruang ramuan, dan berjalan naik ke pintu bawah tanah.     

Saat menaiki tangga, ia memelankan langkahnya. Ia sampai ke dekat pintu dengan nyaris tanpa suara.     

Dengan menggunakan teknik bersembunyi, Angele menekan kedua telapak tangannya pada pintu.     

Kriet…     

Pintu itu terbuka perlahan.     

Cahaya pucat bersinar dari luar, entah cahaya matahari atau cahaya bulan.     

Angele berjalan keluar dan menutup pintu ruang bawah tanah dengan hati-hati.     

Debu bertebaran di udara, sehingga membuat penglihatannya buram. Seluruh rumah itu berbau debu dan sayuran busuk.     

Angele membiarkan sebuah bom jantung meluncur dari lengan kanannya ke tangan kanannya. Ia memegang bom itu erat-erat.     

Tidak ada seorang pun di ruang tamu – seluruh lantai benar-benar tertutup debu.     

Ia membuka kamar si kembar, namun kamar mereka pun kosong.     

Tempat itu benar-benar sunyi senyap.     

Angele mengernyitkan alisnya. Ia berbalik dan berjalan menuju pintu utama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.