Dunia Penyihir

Situasi (Bagian 2)



Situasi (Bagian 2)

0Kedua penyihir tua itu menatap Angele.     

"Jadi, kau ingin bergabung dengan departemen teknik ramuan?" Pria tua yang berdiri di sebelah kiri bertanya dengan santai. "Pria muda, namaku Ander. Tugasku adalah menguji para murid baru. Kau tahu dasar-dasar meramu, kan?"     

"Ah, sudahlah. Tidak perlu membuang waktu. Bawa saja dia ke laboratorium ramuan. Menurut aturan, kau harus meramu krim penyembuh dalam satu jam. Akan mudah jika kau tahu dasar-dasar meramu." Pria tua kedua menjawab dengan tidak sabar.     

"Krim penyembuh atau ramuan penyembuh?" tanya Angele.     

"Sama saja." Ander mengangguk kecil. Ia menatap Angele dan terdiam sesaat seperti orang bingung. "Oke, sekarang pergilah ke laboratorium dan selesaikan ujian masuknya dalam waktu satu jam. Jangan coba-coba membohongi kami. Kami tahu seperti apa ramuan itu sebenarnya."     

Angele mengernyitkan alisnya. Mendengarkan perintah kedua pria tua itu membuatnya merasa tidak nyaman. Namun, ia sadar bahwa para peramu akan memperlakukan kebanyakan orang seperti itu, karena hanya mereka yang bisa meramu dan memproduksi ramuan-ramuan dasar untuk kepentingan organisasi.     

"Ini adalah laboratorium ramuan yang boleh kau gunakan. Aku akan kembali dalam satu jam. Gunakan waktumu dengan baik," kata calon penyihir itu dengan santai.     

"Baiklah." Angele mengangguk.     

Ruangan itu sedikit gelap. Di sisi kiri, ada sebuah meja yang penuh peralatan meramu, seperti gelas beker, pembakar Bunsen, tabung reaksi, beserta berbagai macam bahan yang diperlukan untuk meramu krim penyembuh.     

**     

Setengah jam kemudian.     

"Ander? Ada apa?'     

Vista menatap Ander. Ia terlihat bingung dan melambaikan tangannya beberapa kali.     

Ander menggeleng perlahan.     

"Ah, tidak apa-apa. Hanya saja, anak itu mengingatkanku pada sesuatu."     

"Pada apa? Mengapa kau tidak bercerita padaku?"     

"Yah, semua orang punya rahasia mereka sendiri, kan?" Ander tersenyum. "Baiklah, aku akan memeriksa kemampuan meramu anak itu dulu."     

"Ada beberapa orang yang sedang menungguku. Kita akan bertemu lagi nanti. Sampai nanti, Ander. Lain kali, jika kau datang ke timur, hubungi aku dulu." Vista tertawa.     

"Tentu saja. Tenang, kita sudah kenal lama, jadi aku tidak akan lupa." Ander menggeleng.     

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu." Vista berbalik dan berjalan menuju taman, sebelum akhirnya menghilang di jalan sempit taman itu.     

Ander menatap temannya pergi, lalu ia memutuskan untuk berjalan ke laboratorium ramuan di seberang kolam.     

"Perasaan tadi … sangat mirip dengan perasaan saat aku melihat reruntuhan itu… Ini pasti bukan hanya kebetulan." Ander berdiri di depan laboratorium yang digunakan Angele dan mulai berpikir.     

"Aku harus memastikannya dengan melakukan tes dasar."     

Ander berbalik dan berjalan menjauh. Ia memasuki ruang laboratorium ramuan yang berada di paling ujung.     

Setelah masuk, ia segera mengunci pintu.     

Ruangan itu kosong, dan lantai batunya dihiasi dengan ukiran lingkaran sihir yang dikelilingi rune sihir berwarna biru. Beberapa rune masih bersinar terang, namun sisanya telah menghilang.     

Lingkaran sihir itu telah rusak. Hanya ada rune-rune bersinar biru sebagai sumber cahaya di ruangan itu.     

Ander berjalan ke tengah ruangan dan melambaikan tangan kanannya.     

Shing!     

Tangan kanannya berubah menjadi sayap berbulu hitam yang berpendar keperakan.     

Ander mengibaskan sayapnya itu, sehingga tercipta sebuah pusaran hitam di tengah ruangan. Ia berjalan ke tengah pusaran hitam itu dan menggumamkan mantra.     

Pusaran hitam itu semakin cepat. Cahaya merah pada mata Ander semakin terang, dan mantra yang ia gumamkan semakin cepat pula.     

Setelah beberapa detik, perputaran pusaran hitam itu melambat, Beberapa saat kemudian, akhirnya pusaran itu menghilang.     

"Sudah kuduga! Dugaanku benar!" Sayap Ander berubah menjadi gumpalan asap, dan lengannya kembali seperti semula. Pria tua itu sangat gembira setelah mendapatkan informasi yang dicarinya.     

"Ini adalah hari keberuntunganku! Hahaha!"     

**     

Shing!     

Cairan hijau bergelembung perlahan-lahan bergerak memasuki tabung kristal.     

Angele memegang tabung itu dan menjentikkan tangannya pada sisi tabung.     

Ting!     

Ia cukup puas dengan hasil ramuannya.     

Kriet…     

Tiba-tiba, pintu laboratorium terbuka. Terdengar suara tapak kaki seseorang.     

Angele menoleh. Ternyata, Ander sedang berdiri di depan pintu.     

"Master Ander? Kau datang pada saat yang tepat. Aku baru saja selesai membuat krim penyembuh…"     

"Ada … darah kuno yang mengalir di pembuluh darahmu … kan?" Ander mengirimkan pesan menggunakan partikel energi.     

"Ha?" Angele tetap tenang. "Apa yang kau bicarakan? Darah kuno? Maksudmu darah dari makhluk zaman dahulu? Aku tidak punya sesuatu seperti itu."     

"Darah kuno dari para harpy… Aku bisa mencium aroma darah itu dari tubuhmu. Jangan coba-coba berbohong." Ander tersenyum keji. "Jangan coba-coba membunuhku. Aku tahu tentang darah itu, dan aku tahu kekuatan asli dari signet ilusi. Aku bisa memanggil tim pemburu dalam beberapa detik. Kau tidak akan bisa membunuh kelompok penyihir tingkat Cairan dan Kristal secara bersamaan."     

Angele memiringkan tubuhnya dan melirik ke luar. Beberapa penyihir cahaya sedang berjalan-jalan santai. Mereka tampak berbeda dari penyihir cahaya pada umumnya.     

"Kau bercanda? Apa maksudmu? Aku tidak tahu apa maksudmu, dan aku tidak tahu banyak tentang darah kuno." Angele mengernyitkan alisnya.     

"Kalau begitu, signet apa itu di tanganmu? Signet dari darah harpy hanya bisa diciptakan pada telapak tangan. Jika kau benar-benar jujur, tunjukkan telapak tanganmu padaku." Ander mengerutkan bibirnya.     

Jantung Angele berdegup kencang, namun raut wajahnya tetap datar.     

Setelah mereka saling menuduh, suasana menjadi sunyi. Hanya terdengar suara tapak kaki para penyihir di luar.     

Tempat itu adalah bagian dari markas tim pemburu, sehingga Angele tidak mungkin bisa melawan mereka sendiri. Ditambah lagi, pria tua itu memiliki metode spesial untuk memanggil semua pemburu kemari. Walaupun ia memiliki kekuatan dari signet-nya, signet itu tidak akan efektif pada penyihir tingkat Kristal.     

Di Nola, sangat sulit menggunakan sihir penyerang tingkat tinggi tanpa terdeteksi oleh menara-menara di luar, sehingga ia tidak bisa menggunakan seluruh kekuatannya.     

Namun, di sisi lain, ia tidak bisa membiarkan Ander membocorkan rahasianya.     

"Hei, Lawrence, kau mau apa?" Sebuah gelombang mental berkekuatan tinggi muncul di depan pintu.     

Angele menahan nafas dan memutuskan untuk tidak mengambil risiko.     

Kekuatan gelombang mental pria itu jauh lebih kuat ketimbang Melissa, penyihir tingkat Kristal pertama yang ia temui, sehingga seluruh tubuhnya seperti memerintahkannya untuk kabur.     

"Tidak ada apa-apa. Kau tahu apa yang sedang terjadi pada titik-titik sumber daya, kan? Aku ingin mendengarkan pendapatmu tentang kejadian itu," jawab seorang pria lain.     

Mereka berdua asyik mengobrol di samping kolam. Gelombang mental mereka sangat kuat, seperti sepasang bintang utara yang bersinar terang di langit malam. Walau posisi mereka cukup jauh dari laboratorium, mereka bisa sampai ke lab dalam beberapa detik.     

Angele memicingkan matanya. "Apa maumu? Katakanlah."     

"Katakan padaku bagaimana caramu mengekstrak darah kuno itu. Jika tidak, kau tahu apa yang akan terjadi." Ander tertawa. Sorot matanya penuh keserakahan.     

"Jangan lupa, aku adalah peramu resmi Menara Enam Cincin yang telah ditandai dengan penanda spesial. Jika kau membunuhku, kau akan dikejar oleh tim pemburu." Sepertinya, pria tua ini tidak yakin dengan kemampuan bertarungnya sendiri, sehingga ia memutuskan untuk mengancam Angele terlebih dahulu.     

"Benarkah?" Titik-titik biru bercahaya melayang-layang di depan mata Angele. Metode ekstraksi yang ia gunakan membutuhkan bantuan chip-nya, sehingga Angele tidak mungkin bisa memberikan Ander cara mengekstrak yang sebenarnya.     

"Metodenya… Baiklah, akan kutuliskan untukmu. Aku menemukan darah kuno itu hanya karena keberuntungan semata. Kalau kau tidak bilang, aku tidak akan tahu bahwa darah yang kudapatkan ini adalah darah kuno." Ia mengangguk pelan.     

"Bagus." Ander tersenyum keji.     

Angele menuliskan metode yang tertulis pada buku-buku di perpustakaan Perguruan Ramsoda. Ia sedikit menukar konsep dan metodenya agar terlihat rumit, sehingga Ander tidak menyadari bahwa metode itu palsu.     

Ssetengah jam kemudian, Ander memeriksa catatan Angele. Ia tampak puas.     

Ander mendongak dan melihat kantong pada sabuk Angele.     

"Berikan kantongmu padaku. Anggap saja sebagai bayaran supaya aku tidak membocorkan rahasiamu."     

Angele menggertakkan giginya dan menatap Ander. Kedua gelombang mental kuat itu masih di luar. Setelah ragu sejenak, ia memutuskan untuk memberikan kantong itu.     

Tap!     

Ander menangkap kantong itu dan melihat isinya. Ia tampak terkejut.     

"Barang-barangmu lumayan juga…" gumam pria tua itu.     

"Senang? Sudah kubilang bahwa aku beruntung. Jangan terlalu serakah," kata Angele dengan tenang. Ia menunggu kesempatan. Setelah kedua penyihir di luar pergi, Angele akan membunuh Ander tanpa mengaktifkan penanda pada tubuhnya. Ia bisa melakukannya.     

"Satu lagi." Ander menatap mata Angele.     

"Berikan signet-mu padaku." Ander tiba-tiba menunduk dan berusaha mencari signet di telapak tangan Angele. "Berikan. Berikan padaku sekarang. Aku tahu bahwa kau bisa memindahkan signet itu."     

Atmosfer ruangan menjadi berat.     

Angele memicingkan matanya lagi. Pola-pola bunga hitam yang tak terlihat muncul di seluruh tubuhnya. Pola-pola itu tampak seperti ular-ular yang bergerak dan mengeluarkan aura misterius     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.