Dunia Penyihir

Perubahan yang Baik (Bagian 2)



Perubahan yang Baik (Bagian 2)

0Saat ia masih berstatus sebagai seorang calon Penyihir, khasiat ramuan sangat membantunya berkembang. Namun, sekarang, sebagai Penyihir resmi, hanya ramuan tingkat tinggi yang mampu meningkatkan kekuatan mentalnya. Ramuan seperti Ramuan Kepekaan dan Ramuan Kedamaian tidak lagi efektif, sehingga ia harus mencari resep ramuan tingkat tinggi beserta bahan langka yang diperlukan untuk meracik ramuan seperti itu.     

Ia duduk di meja sambil terus berpikir selama beberapa saat, namun ia masih belum bisa mendapatkan cara untuk menyiasati masalah kekurangan bahan.     

"Jadi, inilah alasan mengapa Penyihir akan menghabiskan ratusan tahun untuk berkembang. Jarak kekuatan antar peringkat sangatlah jauh, sehingga waktu mereka habis digunakan mencari cara untuk berkembang. Mereka tidak memiliki waktu untuk mencapai tingkat selanjutnya. Aku harus mencari banyak sumber daya untuk meningkatkan kekuatan mental dengan cepat... Tapi, bagaimana bisa Penyihir kuno naik peringkat secepat itu...? Pengetahuan seperti apa yang mereka dapatkan di dunia-dunia lain...?"     

Angele terus menggumam.     

Ia yakin bahwa penyihir seperti Master Liliana dan penyihir-penyihir tua yang ia temui dalam perjalanan membutuhkan banyak sumber daya untuk terus berkembang.     

Berdasarkan pengetahuan yang ia miliki, seorang Penyihir akan membutuhkan tubuh fisik untuk meningkatkan kekuatan mental mereka. Itulah alasan mengapa kebanyakan Penyihir tidak ingin mengubah tubuh mereka menjadi energi. Ketika seorang Penyihir kehilangan tubuh fisik mereka, mereka tidak akan bisa berkembang.     

Peringkat seorang Penyihir ditentukan dari tingkat sihir yang bisa ia gunakan. Semakin tinggi tingkat sihir, semakin tinggi pula kekuatan mental yang diperlukan. Dengan kata lain, tingkat sihir dapat digunakan untuk mengetahui peringkat seorang Penyihir.     

Angele terus berpikir selama beberapa saat, namun akhirnya ia tidak dapat mencapai kesimpulan yang ia inginkan, sehingga ia memutuskan untuk mengunjungi lebih banyak situs peninggalan penyihir kuno jika ia punya kesempatan.     

Reruntuhan yang dikunjungi Angele beberapa waktu lalu telah dibangun ribuan tahun lalu. Namun, ia ingin mengunjungi reruntuhan yang masih belum ditemukan ̶ atau bahkan reruntuhan di zona berbahaya Laut Permata. Jika ia berhasil menemukan salah satu reruntuhan tersembunyi itu, mungkin ia akan menemukan rahasia para Penyihir kuno.     

Ia mengambil kain hitam yang menyelimuti lampu kristal itu.     

Di bawah cahaya redup, Angele mengangkat tangannya. Tiba-tiba, benjolan kecil muncul di bahunya. Benjolan itu bergerak ke tengah telapak tangannya. Permukaan kulit telapak tangannya akhirnya pecah, dan terlihat satu set kunci di dalamnya.     

Angele memegang kunci-kunci itu dan menjentikkan jari tangan kirinya.     

Cling!     

Cahaya putih bersinar dari kunci-kunci itu.     

'Persiapkan percobaan untuk memeriksa sumber ilusi,' perintah Angele.     

'Percobaan ke-324 dimulai. Mempersiapkan percobaan... Selesai,' lapor Zero.     

Angele memicingkan matanya dan menggoyangkan set kunci itu dengan tangan kanannya.     

Cling!     

Suara kunci yang saling bertubrukan bergema di ruangan itu.     

Angele menutup matanya. Ia merasakan panas yang amat sangat pada telapak tangannya.     

Setelah membuka mata, hanya ada kegelapan di sekelilingnya.     

Angele masih duduk di kursi yang sama, namun ia tidak melihat apa pun di dalam ruangan itu.     

AUM!     

Terdengar raungan binatang buas dari seluruh penjuru.     

Angele segera berdiri. Titik-titik partikel biru berkelip-kelip di depan matanya. Tiga luka gores perak muncul pada wajahnya. Partikel biru di depan matanya itu menjadi satu-satunya sumber cahaya di ruangan tersebut.     

Tiba-tiba, ia memutuskan untuk maju.     

Tap! Tap!     

Suara tapak kaki bergema menusuk kegelapan.     

Titik-titik cahaya merah menyebar ke seluruh penjuru dan mengelilingi Angele. Titik-titik itu bergerak seperti mata yang sedang mencari sesuatu.     

Titik-titik merah itu terus bergerak sebelum akhirnya menghilang dalam kegelapan.     

Shing!     

Tiba-tiba, sesuatu menggores lengan kanan Angele, sehingga darah mengucur dari lengan yang terluka itu.     

'Jadi, ini adalah tahap pertama?' Perlahan-lahan, Angele mengangkat tangan kirinya. Signet pada tengah telapak tangannya itu bersinar.     

Shing!     

Terdengar suara aneh dari belakang.     

Krak!     

Panas yang amat sangat terasa pada tangan kirinya, sebelum akhirnya signet itu melepaskan gelombang energi untuk menangkis serangan tersebut.     

Setelah gagal menyerang, salah satu titik merah menghilang.     

Shing! Shing! Shing!     

Suaranya terdengar seperti panah yang baru saja ditembakkan; raungan makhluk buas juga gema di ruangan itu.     

Garis-garis benang hitam bergerak dengan cepat dan terus berusaha untuk menusuk Angele, namun gelombang energi dari signet-nya berhasil menghalau hampir semua serangan itu.     

Seiring berjalannya waktu, jumlah titik-titik merah itu semakin berkurang.     

Akhirnya, titik merah yang terakhir menghilang. Tempat itu pun kembali menjadi sunyi.     

Nafas Angele terengah-engah. Keringat terus bercucuran membasahi wajahnya dan menetes dari dagunya. Setelah menenangkan diri, ia menutup mata.     

Setelah membuka matanya, ia berjalan kembali ke kursi.     

Ia masih berada di ruang belajar,. Namun, meja, lampu kristal, kursi, rak buku, karpet, hingga dinding dan lantai perlahan mulai rusak.     

Semua benda di sana menjadi usang, seakan telah dimakan waktu dalam tempo sesingkat itu.     

Permukaan meja kayu itu penuh debu. Warna merahnya telah berubah menjadi gelap, dan ujung-ujungnya telah retak.     

Lampu kristal di meja meredup dan akhirnya padam.     

Lantai, karpet, dinding... semuanya luntur dan menjadi usang.     

Angele duduk di kursinya. Ekspresi wajahnya terlihat datar.     

"Tahap kedua..." Ia mengangkat tangan kanannya.     

Cahaya perak dari kulitnya perlahan menghilang. Kerutan dan flek hitam karena tanda penuaan muncul di punggung tangannya.     

"Kali ini, aku tidak akan gagal." Ekspresinya berubah serius.     

Perlahan-lahan, ia mengangkat dan mengayunkan tangan kirinya.     

"Hades! Mophilia!" teriaknya.     

Bola cahaya berwarna gelap muncul dari signet-nya dan menghasilkan suara-suara aneh yang bergema di seluruh ruangan.     

Bola keunguan itu membesar, seperti ada yang berusaha untuk menyobeknya dari dalam.     

Waktu terus berjalan; kerutan pun mulai muncul pada wajahnya. Dalam beberapa menit, ia berubah menjadi pria tua, namun ia terus mengangkat tangan kirinya dan menggunakan sihir itu.     

Krak!     

Akhirnya, bola cahaya itu pecah dan terbuka dari bagian tengahnya.     

Seekor makhluk raksasa perlahan-lahan keluar dari bola itu.     

Makhluk itu memiliki tubuh seperti wanita, sayap elang, dan ekor ular yang sangat panjang.     

Sisik hitam legam menutupi tubuh makhluk itu. Lidahnya pun mendesis seperti ular. Tubuh ular sepanjang tujuh meter itu bergerak perlahan melilit Angele, seolah tubuh makhluk itu tak bertulang.     

Angele membelai kepala harpy raksasa itu dengan hati-hati dan menyerap kembali energi kehidupan-nya. Kerutan pada tubuhnya seketika menghilang.     

Harpy itu memicingkan mata emasnya. Ia membentuk lingkaran dengan ekornya untuk mengikat Angele.     

Harpy raksasa itu memiliki wajah yang sangat cantik. Kulitnya berwarna hitam dan berkilau seperti logam, sehingga terlihat seakan-akan makhluk itu mengenakan baju zirah. Wanita itu tidak memiliki rambut; hanya ada tentakel yang menggeliat di kepalanya. Di bawah sayap elang yang bulunya diselimuti partikel energi kegelapan itu, tidak terlihat adanya lengan ataupun tangan.     

Shing     

Harpy itu bergerak-gerak dengan gembira, seperti hewan peliharaan yang ingin membuat tuannya tersenyum.     

Angele mengangkat tangan kirinya, dan tubuh harpy itu perlahan mengecil. Makhluk itu berubah menjadi seekor ular aneh sepanjang satu meter. Ular itu bergerak-gerak dan melilit lengan Angele. Ekornya masih bergerak-gerak.     

"Akhirnya… aku berhasil…" Angele tersenyum gembira.     

Ia berdiri, berjalan ke jendela, dan membukanya dengan hati-hati.     

Hutan dan danau di depan rumah itu masih sama. Cahaya senja menyinari seluruh halaman dengan warna keemasan.     

Dunia di luar sangatlah sunyi.     

"Apakah dunia ini adalah dunia asal dari kunci-kunci itu? Atau... Apakah dunia ini adalah dunia tujuan darah harpy?" gumam Angele.     

"Katakan padaku, tempat apa ini?" Angele menoleh pada harpy yang ada di lengannya.     

"Ha... Mimpi... Buruk..." Suara harpy itu tidak jelas.     

"Dunia Mimpi Buruk?" Menyadari ia sedang berjalan di tempat yang hanya pernah dijamah oleh penyihir kuno membuatnya terkejut.     

Belakangan ini, Angele menghabiskan waktunya untuk meneliti signet dan kunci-kunci itu. Zero meneliti kunci-kunci itu dari dalam dan menciptakan metode untuk memperkuat signet-nya. Walaupun Angele masih belum mengerti dasar penguatan itu, cara tersebut masih bisa dibilang efektif.     

Awalnya, ia mengira bahwa tempat ini adalah hasil ilusi dari signet yang telah diperkuat. Ternyata…     

"Harpy raksasa memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan Dunia Mimpi Buruk… Jadi, dapat diasumsikan bahwa aku telah dianggap sebagai pewaris darah harpy kuno..." Angele menghubungkan semua pengetahuan yang ia dapatkan dan menarik kesimpulan.     

Legenda mengatakan bahwa harpy raksasa mampu menarik makhluk hidup ke dalam dunia ilusi ̶ tidak ada yang tahu bahwa dunia ilusi itu adalah Dunia Mimpi Buruk.     

Dalam Dunia Mimpi Buruk ̶ dunia yang awalnya ditemukan oleh para Penyihir kuno ̶ tidak ada aturan.     

Makhluk-makhluk dari Dunia Mimpi Buruk meninggalkan banyak keturunan di bumi.     

Catatan dari buku itu benar.     

Angele membelai tubuh harpy itu dan menerima berbagai informasi ke dalam otaknya mengenai hubungan antara Dunia Mimpi Buruk dan dunia asalnya. Sepertinya, pengetahuan inilah yang dicari dari darah kuno para harpy.     

"Aku harus kembali dan mencari informasi lebih banyak sebelum masuk lebih jauh lagi." Angele nyaris tidak memiliki informasi tentang dunia ini. Ia membayangkan betapa hati-hatinya para Penyihir kuno saat mereka masuk ke dunia yang tidak dikenal untuk pertama kalinya. Setiap dunia memiliki aturan yang berbeda, sehingga mungkin efek sihirnya pun akan berbeda. Ia tidak tahu apakah ia bisa bertarung di sini.     

Angele mengangkat dan mendorong tangan kirinya ke depan.     

Duar!     

Lingkaran gelombang transparan muncul dan menyebar dari tengah telapak tangannya.     

Penglihatannya menjadi buram selama beberapa saat, sebelum akhirnya ia kembali ke rumahnya yang sebenarnya.     

"Dunia Mimpi Buruk..." Tiba-tiba, cermin logam yang jelas muncul di depan wajahnya.     

Matanya telah berubah dari warna biru menjadi emas, seperti mata sang harpy raksasa.     

"Menakjubkan…" Angele menatap signet di telapak tangannya. Warna signetnya telah menjadi gelap, seperti retakan pintu kegelapan tak berujung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.