Dunia Penyihir

Penjelajahan (Bagian 2)



Penjelajahan (Bagian 2)

0"Senjata terkutuk, ya..."     

Angele mengingat betapa terkejutnya Melissa saat melihat senjata Kuirman. Sayangnya, Zero tidak memiliki informasi tentang senjata terkutuk.     

Ia memeriksa pedang itu dengan seksama, namun membutuhkan teknik spesial untuk mengaktifkan efek scimitar itu. Kekuatan partikel energi dan mental Angele gagal membuat pedang itu bereaksi, sehingga pedang itu hanyalah senjata biasa baginya.     

Angele menghabiskan beberapa menit melihat scimitar itu dengan seksama, sementara Zero membantu dengan pemeriksaan lebih lanjut. Namun, ia gagal mendapatkan informasi yang penting. Ia mengikatkan pedang itu ke sabuknya dan memutuskan untuk menelitinya lebih lanjut nanti.     

Ia melihat lautan api yang berkobar itu untuk terakhir kalinya. Tubuh Kuirman sudah terbakar menjadi abu. Kekuatan mentalnya pun juga tak terdeteksi - pria itu pasti telah tewas.     

Angele berjalan kembali ke celah di atas dan melompat turun. Dari dalam lorong pun, ia masih bisa merasakan panas api dari bom-nya. Suhu dalam lorong itu pun meningkat.     

Bola api di sisi wajahnya kembali muncul, sementara ia berjalan kembali ke tempat di mana pertarungan mereka dimulai.     

Lorong itu sangat rumit seperti sarang laba-laba, yanv membingungkan dan penuh persimpangan. Namun, di sana tak ada pintu-pintu yang mengarah ke dalam ruangan.     

Sepertinya, ia masih ada di bagian luar reruntuhan. Tidak lama kemudian, ia sampai ke persimpangan, namun kali ini ia memutuskan untuk memeriksa sebuah tempat yang tidak diketahui terlebih dahulu.     

Ia berbelok ke kiri dan memasuki sebuah lorong gelap.     

Drr!     

Lantai lorong itu bergetar, seperti ada yang memukul lantai di depannya.     

Setelah sepuluh menit, akhirnya getaran itu berhenti. Angele menggunakan chip-nya untuk mendeteksi sumber getaran itu, kemudian ia berlari ke ujung lorong dan berbelok ke kanan.     

Lorong-lorong itu terlihat sangat serupa. Tanpa bantuan chip-nya, mungkin sekarang ia sudah tersesat. Setelah berjalan selama beberapa saat, ia melihat pintu yang terlihat berbeda di ujung lorong.     

Di dalam pintu itu, berdiri tangga kelabu yang mengarah turun ke dalam kegelapan bawah tanah. Angin dingin yang menusuk tulang benar-benar terasa saat Angele berdiri di samping dinding.     

Angele berjongkok dan memeriksa lantai.     

Terlihat bekas jejak kaki pada lantai batu yang berdebu itu.     

"Ada yang sudah masuk."     

Angele berdiri dan menunjuk ke arah tangga itu.     

Ia menjentikkan jarinya. Tiba-tiba, sebongkah bola besi hitam melesat menuruni tangga itu.     

Sebelum bola itu mencapai tanah, Angele kembali mengangkat tangannya.     

Cahaya merah bersinar dari tangan itu.     

Css!     

Bola logam itu menyala terang. Api bola itu menerangi bagian bawah tangga.     

Ting!     

Bola berapi itu terus berguling hingga akhirnya berhenti di ujung tangga. Dari kejauhan, bola itu terlihat seperti titik oranye.     

Puas melihat hasil itu, Angele melemparkan lagi sepuluh bola logam ke bawah.     

Akhirnya, bagian bawah tangga menjadi terang, sehingga Angele memutuskan untuk berjalan menuruni tangga itu perlahan-lahan.     

Pola-pola aneh berwarna putih menghiasi kedua sisi dinding lorong itu.     

Bentuk pola itu seperti bunga raksasa bertubuh manusia, dengan tangan panjang yang meliuk-liuk. Salah satu bunga memiliki telinga yang sangat besar, nyaris sebesar wastafel, sementara manusia bunga lainnya berpegangan tangan dan menari-nari di sekeliling api unggun.     

Angele menggosok permukaan salah satu dinding, sehingga sebagian cat putih mengelupas dan terjatuh ke lantai. Cat yang mengelupas itu membuka sebuah lubang tepat di antara para manusia bunga itu.     

Angele menurunkan tangannya dan terus berjalan menuruni tangga. Ternyata, di luar perkiraannya, tangga itu mengarah ke sebuah ruangan, bukan ke lorong. Bola-bola api yang dilemparnya tercecer dalam ruangan itu.     

Dalam ruangan ini, tidak ada pola sedikit pun, sehingga permukaan dinding ruangan itu terlihat lebih bersih dan halus.     

Angele melihat seorang wanita berambut pirang terbaring di dekat salah satu bola. Wajah wanita berbaju zirah merah itu tidak asing.     

Wanita itu adalah salah satu pengikut Ainphent.     

Bentuk dan gaya baju zirah para pengikut Ainphent sangat mudah dikenali, sehingga Angele mengetahui identitas wanita itu dengan mudah.     

Ia berjalan mendekati wanita itu dan berjongkok.     

Wanita itu berbaring tertelungkup. Genangan darah berwarna merah gelap membanjiri bagian bawah tubuhnya dan sekitarnya.     

Angele mencelupkan jarinya. Tekstur darah itu seperti bubur kental. Darah itu tengah mengering.     

'Aku sudah punya Minyak Mawar Hitam, sekarang yang kubutuhkan hanya Jantung Pohon. Kuharap, aku bisa menemukannya di sini. Sepertinya, reruntuhan ini adalah teritori Sekte Kepala Dua. Jika benar, mungkin aku bisa mendapat lebih banyak benda langka.'     

Walaupun Angele tahu bahwa ia akan menghadapi bahaya jika ia masuk semakin dalam, Angele mengerti bahwa jika ia memutuskan untuk pergi, bom jantung yang ia gunakan akan sia-sia.     

Saat berpetualang di Moon Gin Garden, Angele sama sekali tidak mundur dan terus maju. Satu-satunya cara untuk terus maju di dunia penyihir adalah dengan beradaptasi dengan berbagai situasi. Walaupun ia harus berhati-hati, ia juga harus tahu kapan bisa berhenti dan kapan bisa terus menghadapi suatu tantangan.     

Dengan bantuan teknik persembunyian dan teknik kompresi kekuatan mental, ia dapat menyembunyikan diri dari musuh yang memiliki kekuatan mental lebih rendah darinya.     

Angele memegang bahu mayat itu dan membalik tubuhnya.     

Leher ksatria wanita itu terluka parah, lengan kanannya patah, dan bagian tengah perutnya berlubang, sehingga Angele dapat melihat daging perut beserta sebagian organ tubuh yang tersisa. Sepertinya, wanita itu mati sebelum sempat menyerang balik.     

Setelah memeriksa mayat itu, Angele berdiri dan melihat sekelilingnya.     

Di depannya, berdiri tiga gerbang batu.     

Gerbang terdepan telah dibuka paksa, sehingga serpihan batu tercecer ke mana-mana. Bekas jejak kaki berdarah terlihat jelas pada sisa gerbang yang masih berdiri.     

Dengan teknik persembunyian, Angele memelankan langkahnya dan berjalan perlahan mendekati ketiga gerbang.     

Brak!     

Tiba-tiba, terdengar suatu suara keras yang bercampur dengan teriakan beberapa orang.     

Ruangan itu bergetar, persis seperti getaran yang terjadi di lorong tadi.     

Angele mengangkat tangannya. Tiba-tiba, muncul titik-titik partikel energi biru untuk memadamkan semua bola api itu. Kegelapan pun kembali menyelimuti ruangan. Ruangan itu hanya diterangi oleh ada satu bola api di samping Angele.     

Ia cepat-cepat berjalan maju. Teknik persembunyian dan teknik kompresi kekuatan mental membuat suara tapak kakinya nyaris tidak terdengar.     

Di balik gerbang itu, terdapat sebuah lorong. Setelah berjalan selama beberapa menit, terdengar suara orang-orang sedang mendiskusikan sesuatu.     

"… Periksa... Bawa... Kita... Harus cepat... Bagian inti... Inti reruntuhan ada di depan sana."     

Suara itu adalah suara Melissa, namun Angele tidak dapat mengerti semua perkataan wanita itu.     

Setelah berjalan maju beberapa langkah, akhirnya Angele bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Terdengar suara orang lain yang setuju dengan pendapat Melissa     

"Jebakan-jebakan ini... Hati-hatilah! Inilah kali pertama kami berhasil masuk ke daerah ini! Setelah menghancurkan medan pelindung di sini, kita akan sampai ke inti reruntuhan. Kita harus mengambil sebagian besar poros tumpu pelindung itu sebelum para penyihir dari sekte ini menemukan kita." Suara itu adalah suara Ainphent, yang menunjukkan bahwa pria itu bergabung dengan Melissa setelah kejadian tadi. "Belem dan Kuirman adalah pengintai dari Sekte Dua Kepala. Jika Green tidak membunuh mereka, mereka pasti akan membawa masalah nanti."     

"Hei! Hati-hati! Collins, perhatikan dinding itu! Jangan berdiri terlalu dekat!"     

"Baik, Master!"     

"Di mana Isabell? Aku tidak melihat penyihir itu beserta pengikutnya memasuki lorong?" tanya Melissa.     

"Aku melihatnya di seberang lorong. Ia tidak ingin masuk ke daerah inti. Entah mengapa, ia pergi mencari bagian gudang." Ainphent menjelaskan.     

"Untuk apa dia ke sana? Aku yakin bahwa ruangan itu tidak memiliki bahan-bahan langka... Ah sudahlah, mari kita melanjutkan perjalanan saja. Kita harus segera sampai di inti reruntuhan," kata Melissa dengan santai.     

Sepertinya, Melissa dan Ainphent masuk ke gerbang itu terlebih dahulu. Angele mengikuti mereka, tapi ia menjaga jarak dari mereka dan hanya maju bila perlu.     

Lorong itu masih berada dalam jangkauan medan sihir yang mampu menjebak orang-orang dalam ilusi, sehingga Angele harus memastikan bahwa ia mengetahui semua informasi vital. Sebelum bergabung dengan Ainphent, Melissa telah bertarung beberapa kali.     

Terlihat sisa-sisa organ manusia bercampur darah mengotori dinding lorong. Di lantai, terdapat banyak jejak kaki yang mengarah ke inti reruntuhan.     

Angele menemukan sebuah pintu kecil di sisi kiri dengan penanda bertuliskan 'Laboratorium' dalam bahasa Barun kuno. Walaupun ia sempat ragu sesaat, akhirnya ia membuka pintu itu.     

Cahaya biru terang terpantul di depan wajahnya.     

Ruangan itu sangat lebar dan terang. Ruangan itu diterangi oleh batu safir yang berbentuk wajik.     

Di sisi kiri ruangan, berdiri sebuah jam matahari dari batu. Permukaannya telah dipoles dengan cat hitam. Jam matahari itu dilapisi oleh debu yang tebal.     

Angele berjalan mendekati jam pasir dan membersihkan sebagian debu itu dengan saputangan.     

Kelompok Melissa terus maju. Mereka tidak melihat isi laboratorium demi menghemat waktu.     

Angele tidak tahu mengapa Melissa tidak ingin para Penyihir lain menemukan keberadaan poros tumpu pelindung itu, namun ia juga tidak tahu kekuatan Melissa sebenarnya, sehingga ia memutuskan untuk mengambil jalan aman dan melakukan penelitian pribadi terlebih dulu.     

Lagipula, ia tidak terlalu tertarik pada poros tumpu.     

Kuirman telah tewas, sehingga ia bebas mencari Jantung Pohon disana. Ia telah mendapatkan Minyak Mawar Hitam dari Isabell, sehingga ia bisa segera meracik ramuan Pembunuh Flora setelah mendapatkan jantung itu.     

Walaupun kekuatan mental Angele masih terlalu rendah untuk mencapai tingkat selanjutnya, ia harus bersiap dari sekarang dengan mencari dan membeli bahan-bahan lain ramuan itu. Ada banyak cara untuk mendapatkan kekuatan mental selain dengan meditasi, namun ini mungkin adalah satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan jantung pohon itu.     

Angele yakin bahwa ia akan mampu membuat ramuan itu dalam sekali percobaan. Ia memiliki banyak pengalaman meramu, dan ia dapat mensimulasikan tata cara meramu dengan kekuatan Zero.     

Para peramu menghabiskan banyak bahan setiap harinya, namun mereka hanya bisa membuat satu atau dua ramuan tingkat menengah setiap tahunnya.     

Harga ramuan biasa saja sangat mahal, namun harga ramuan tingkat menengah masih lebih tinggi. Jarang ada yang menjadi peramu di dunia penyihir, karena para peramu akan menghabiskan ratusan atau ribuan kali jumlah bahan yang tertulis pada suatu resep.     

Angele melihat sekelilingnya. Ia tertarik dengan sebuah jejak darah di ujung tempat itu.     

Ia berjalan ke tepian dan melihat jejak darah itu mengarah ke dinding di seberang ruangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.