Dunia Penyihir

Reruntuhan (Bagian 4)



Reruntuhan (Bagian 4)

0Kuirman berusaha keras untuk menghindari bom itu, namun separuh tubuhnya masih terkena ledakan cairan biru itu.     

Cairan biru itu bertekstur kental seperti lendir. Cairan itu perlahan-lahan merambat naik ke dinding dan ke jubah Kuirman. Asap putih dari cairan biru itu membuat pandangan mereka menjadi buram.     

Krak!     

Seluruh lorong perlahan berubah menjadi biru. Kekuatan partikel energi es membuat udara di sana menjadi sangat dingin.     

Kuirman tidak siap dengan serangan itu, dan sebuah lapis tipis es menyelimuti tubuh Kuirman. Cairan biru masih terus menyebar dan membekukan tubuhnya.     

"Apa-apaan..? Apa ini? Tunggu… Ini bukan jantung makhluk sihir biasa!"     

Kuirman meraung kesakitan. Darah menetes dari hidungnya, namun sepertinya pria itu tidak terluka parah. Daya tahan tubuhnya berhasil menahan serangan elemen es dari ledakan tadi.     

Shing!     

Kuirman mengambil scimitar terkutuknya. Kemudian, ia berbalik dan mengayunkan pedangnya ke depan. Pedang itu berubah menjadi senjata berputar yang melesat cepat di udara.     

Kali ini, Angele melemparkan jantung berwarna merah.     

"Sialan!" Kuirman mengumpat. Ia gagal menghindari serangan itu.     

Duar!     

Api merah melalap pria itu dan seluruh lorong, sehingga lorong itu bergetar. Batu-batu pun berjatuhan dari atap lorong.     

Api menyambar-nyambar dan melelehkan cairan biru yang membanjiri lorong.     

Tempat itu menjadi sangat panas, sehingga terasa seperti berdiri di dalam kotak kecil tertutup yang dibakar dari dalam. Angele mencondongkan tubuhnya ke belakang. Ia memastikan bahwa ledakan itu telah mengenai Kuirman. Benar saja, Kuirman tersungkur di dinding sebelah kiri.     

Dinding itu menjadi berlubang, yang berbentuk seperti tubuh Kuirman.     

"Kau… Berani-beraninya kau…"     

Kuirman masih hidup. Perlahan-lahan, tubuhnya terjatuh ke lantai, terbakar dan masih membumbungkan asap putih.     

Perlahan-lahan, api di sekitar mereka padam karena kehabisan bahan bakar.     

Angele menyimpan lebih dari 20 bom jantung dalam jubahnya. Kedua bom yang ia gunakan memiliki kekuatan terkecil. Ia bisa mengakhiri pertarungan ini dengan melemparkan bom hingga Kuirman mati.     

Bom pertama berisi energi es, dan bom kedua berisi energi api. Keduanya memiliki kekuatan sekitar 51 derajat. Walaupun Kuirman tidak berada tepat pada titik ledakan, kekuatan kedua bom itu berhasil menyerang Kuirman dengan dua serangan sihir berturut-turut dengan kekuatan sebesar 40 derajat.     

Melihat Kuirman terluka parah, Angele tersenyum dingin.     

"Selamat tinggal…"     

Angele mengangkat tangan kirinya, dan signet-nya mulai mengepakkan sayap.     

Brak!     

Kuirman tiba-tiba meninju dinding dengan tangan kanannya.     

Bebatuan dinding menjadi retak, sehingga memercikkan serpihan batu dan titik-titik partikel energi hitam ke mana-mana.     

Angele tidak tahu apa alasan Kuirman melakukan itu, namun ia melihat kedua sayap signet-nya berhenti mengepak. Sepertinya, signet itu berusaha menghisap titik-titik partikel hitam yang bertebaran di udara.     

Angele hanya berdiri di sana dan tidak bisa bergerak. Penglihatannya menjadi gelap. Ia hanya melihat tangga abu-abu di bawah kakinya. Ia tak lagi melihat lorong dan juga Kuirman.     

Sepertinya, ia terjebak dalam ilusi lagi.     

"Lagi-lagi…?"     

Angele menurunkan tangan kirinya dan memeriksa signet di telapak tangannya. Untungnya, signet itu tidak benar-benar aktif tadi, sehingga ia masih bisa menggunakannya nanti.     

Tiba-tiba, bulu kuduknya berdiri. Penglihatannya menjadi buram, lalu ia kembali melihat lorong tadi.     

"Matilah kau!" Kuirman meraung dengan marahnya dari belakang.     

Angele berbalik. Jarum hijau Kuirman nyaris menyentuh hidungnya. Di belakang jarum itu, Kuirman berusaha menusuk leher Angele sambil tersenyum dingin.     

Duar!     

Api hijau terciprat ke arah mereka berdua.     

Ledakan itu membuat mereka terlempar ke dinding kiri dan kanan secara bersamaan.     

"Apa-apaan…"     

Kuirman memuntahkan darah. Tubuhnya menghantam dinding lagi.     

"Dasar bajing*n…"     

Ia menatap Angele penuh kebencian.     

Angele berdiri perlahan-lahan. Sebenarnya, ia berada dekat dengan titik ledakan, namun sebagian besar kekuatan ledakan itu mengenai Kuirman, sehingga ia hanya terluka sedikit.     

"Ini sudah selesai, Kuirman."     

Sebuah jantung merah muncul di tangan Angele. Jantung dengan aura hijau itu berdetak perlahan.     

"Di mana kau menemukan jantung-jantung aneh itu?!" bentak Kuirman. Ia nampak ketakutan. "Kekuatan dan kualitas itu… Tidak mungkin… Di mana kau membeli jantung-jantung itu?"     

Perlahan-lahan, Kuirman mengangkat scimitar terkutuknya.     

Gumpalan asap hijau menyelimuti pedang perak itu, sehingga membuat tubuh dan wajah Kuirman terlihat kehijauan.     

Anehnya, luka-luka bakar pada tubuhnya sembuh dan menghilang dengan sangat cepat. Dalam beberapa detik, luka-luka itu menghilang sepenuhnya, hingga terlihat seakan-akan ia tidak pernah terluka sama sekali.     

Shing!     

Tiba-tiba, Kuirman menghilang.     

Angele mengira bahwa Kuirman ingin bertarung lagi. Ia pun segera berbalik dan mengambil satu jantung lagi.     

Namun, setelah berbalik, ia melihat Kuirman berlari keluar dari lorong seraya memegang perutnya dengan kedua tangannya. Pria itu meninggalkan jejak-jejak tetesan darah di tanah.     

Cahaya hijau pada senjatanya terlihat semakin gelap. Sepertinya, ia telah kehabisan mana dan kekuatan mental, sehingga ia tidak lagi bisa menggunakan senjata itu.     

"Kau mau kabur?"     

Angele mengerucutkan bibirnya dan mengejar pria itu.     

Kekuatan Kuirman semakin berkurang. Sepertinya, ia membutuhkan partikel energi spesial untuk menggunakan pedang itu. Ia mengambil sebagian energi yang tersimpan untuk menyembuhkan lukanya, namun efek penyembuhan partikel itu hanya sementara.     

Kecepatan Kuirman semakin berkurang, sehingga Angele bisa mengejarnya dalam 20 detik.     

Duar!     

Api berkobar menutupi seluruh lorong, sehingga kembali melempar Kuirman ke dinding.     

Setelah menabrak dinding untuk ketiga kalinya, Kuirman akhirnya pingsan. Angele menggunakan kesempatan itu untuk melemparkan sebilah pedang crossguard ke arah lehernya.     

Shing!     

Pedang crossguard itu melesat cepat, namun tubuh Kuirman menghilang sesaat sebelum pedang itu sempat menusuknya, sehingga pedang itu berbenturan dengan dinding.     

Klang!     

Pedang itu terjatuh ke tanah.     

"Siapa di sana?!"     

Angele menoleh ke belakang.     

Sebelum sempat melihat siapa pria itu sebenarnya, sebuah kekuatan dahsyat mendorongnya dari belakang.     

Brak!     

Setelah terdorong, punggung Angele mati rasa, seperti tertabrak truk yang melaju kencang di jalan tol.     

Kekuatan dorongan itu hampir membuatnya terlempar ke depan tangga, yang berjarak sekitar sepuluh meter dari posisi awal Kuirman.     

"Sialan!"     

Angele berusaha keras untuk berdiri. Beberapa saat kemudian, ia akhirnya bisa berdiri. Untungnya, ia tidak terluka. Serangan Kuirman jauh lebih kuat dari ini, sehingga dampak kekuatan serangan itu bisa bisa dihalau dengan mudah oleh medan pelindungnya.     

Ia berbalik dan melihat seorang pria yang berkepala dua berlari sambil menggendong tubuh Kuirman di punggungnya.     

"Aku tidak bisa membiarkanmu hidup. Kau sudah melihat bom-bom jantung buatanku…" Angele memegang dua bom di masing-masing tangannya. "Matilah kau!"     

Angele memicingkan matanya.     

Tiba-tiba, terdengar suara teriakan dari luar.     

"Suara-suara itu dari sini! Sepertinya, penyihir Sekte Dua Kepala itu berlari ke sini!"     

Sekelompok orang berlari ke dalam lorong. Ainphent dan Belem memimpin mereka.     

Beberapa orang Ksatria Agung mengikuti mereka. Jumlahnya telah berkurang dari sebelumnya. Sepertinya, sebagian dari mereka mati setelah bertarung sengit. Para Ksatria Agung yang tersisa terluka dan terlihat kelelahan.     

"Hei! Di sini kau rupanya!"     

Ainphent melihat Angele berdiri di sana, sementara Belem melihat pria berkepala dua itu berlari menggendong Kuirman.     

Mereka terkejut setelah melihat Angele berusaha menghabisi dua orang penyihir dengan kekuatan yang jauh lebih tinggi darinya.     

Melihat ekspresi geram Angele, Ainphent mundur selangkah. Ia menyadari bahwa ada yang tidak beres. Belem, si pria tua itu, sangat mengetahui jalan-jalan dan lorong reruntuhan ini. Ia menjadi gugup setelah menerima sebuah pesan. Pria tua itu membawa kelompok mereka kemari dan menemukan Green.     

Angele yakin bahwa semua itu bukanlah kebetulan, sehingga ia tertawa dan mengembalikan kedua bom jantung itu sebelum mengejar si pria berkepala dua itu.     

"Tunggu!"     

Belem tiba-tiba muncul di depan Angele dan menghalangi jalannya.     

"Apa maumu?"     

Angele menatap pria tua itu dan melepaskan partikel-partikel energi logam.     

"Aku hanya ingin membantu. Aku tahu sekuat apa mereka sebenarnya. Kau pasti akan membutuhkan bantuan kami!"     

Sangat jelas bahwa Belem tidak pandai berbohong. Wajahnya yang gugup membuat semuanya menjadi jelas.     

"Minggir!"     

Angele mengangkat tangannya dan mengayunkan pedangnya ke depan, namun pedang itu ditangkis oleh medan pelindung tak kasat mata.     

Klang!     

Walaupun medan pelindung itu menangkis serangannya, Belem terhuyung-huyung dan nyaris terjatuh. Tiba-tiba, ia kembali tenang dan menatap mata Angele.     

"Jangan! Dia telah membunuh beberapa pengikut kita! Jika kita tidak melakukan ini bersama, reruntuhan ini akan menelan kita.     

Pria tua itu mengangkat tangannya dan kembali berusaha menghalangi Angele.     

Seorang musuh baru telah menghentikan Angele saat ia berusaha menghabisi Kuirman. Ia harus membunuh Kuirman agar Kuirman tidak membocorkan rahasia bom jantung miliknya, sehingga ia harus menangkap dan membunuh mereka dalam satu serangan.     

Jika rahasia bom jantung itu bocor, para penyihir pasti akan mengejarnya.     

Kuirman dan si penyihir berkepala dua itu semakin jauh, sementara Belem terus berusaha menghalangi Angele.     

"Jangan! Kau akan mati sia-sia!" teriak Belem.     

Ekspresi Angele berubah geram. Ia mengangkat tangan kanannya, dan sebuah bola api seukuran kepalan tangan muncul di telapak tangannya. Ia mendorong bola api itu ke arah Belem.     

"Lindungi Tuan Belem!"     

"Bunuh penyihir itu! Sekarang!"     

Para Ksatria Agung di belakang Belem berlari menerjang Angele. Cahaya putih bersinar dari tubuh mereka bertiga.     

"Bola Api Tingkat Rendah!" teriak Angele.     

Sementara perhatian para Ksatria Agung tertuju pada bola api itu, Angele melemparkan sebuah bom jantung berwarna merah. Jantung itu bertemu dengan bola api, sehingga keduanya meledak secara bersamaan. Namun, cahaya api yang menyilaukan itu membuat tidak ada seorang pun yang melihat bom itu.     

Duar!     

Lagi-lagi, seluruh lorong bergetar kencang. Api dan bara berwarna oranye terciprat ke mana-mana. Mereka nyaris tidak bisa membuka mata.     

Tiga Ksatria Agung terlempar seperti lembaran kertas. Mereka menabrak dinding dan berhenti bergerak.     

Belem terluka parah setelah terkena ledakan itu, hingga darah mengucur dari hidung dan mulutnya. Pria tua itu berguling hingga menabrak dinding di sisi kiri.     

Di sisi lain, ledakan itu membuat Angele tidak bisa mengejar si penyihir berkepala dua dan Kuirman. Mereka telah menghilang jauh.     

"Sialan!" umpatnya.     

Angele berbalik dan berjalan mendekati Belem.     

Brak!     

Ia menendang pinggang Belem keras-keras.     

Belem bersandar di dinding. Medan pelindungnya hancur setelah terkena ledakan itu. Pria tua itu terluka parah, kelelahan, dan tidak bisa bertarung lagi. Tendangan Angele membuat lukanya semakin parah. Darah mengalir semakin deras dari hidung dan mulutnya.     

"Jadi, ini alasan kau menghalangiku! Dasar pengkhianat!" bentak Angele seraya menendang Belem. "Ini rencanamu, kan?! Jawab!"     

Brak!     

Angele menendang wajah pria tua itu.     

Belem terlempar ke udara, sebelum akhirnya terjatuh beberapa meter di depan Angele. Pria tua itu nyaris tidak bisa bernafas.     

"Dasar kecoa!" Angele mengumpat dan menunjuk ke leher Belem. Tiba-tiba, sebatang jarum perak muncul di ujung jarinya.     

"Green, tenanglah. Kita harus membawanya hidup-hidup ke pihak perkumpulan penyihir. Pasti ada yang sedang terjadi, dan kita membutuhkan kesaksiannya. Bukankah kau baru saja bertarung melawan penyihir dari Sekte Kepala Dua?" Ainphent berteriak dan menghentikan Angele.     

Para pengikut Ainphent menarik senjata masing-masing. Mereka tidak yakin apakah Angele akan menyerang mereka juga.     

Tindakan Belem telah menjelaskan segalanya. Ia berhubungan dengan Sekte Dua Kepala. Ia membantu penyihir lainnya melarikan diri. Namun, Belem tidak tahu bahwa Angele akan mencoba membunuhnya tanpa ragu. Ia berdiri tepat di depan Angele. Ia tak sempat mengucapkan mantra pertahanan.     

Angele menatap Ainphent dan menurunkan tangannya. Ia tidak tahu tentang perkumpulan yang dimaksud oleh Ainphent dan siapa pria berambut putih itu sebenarnya.     

"Ini… Teritori sekte ku… Kau akan mati… Green… Aku tahu…"     

Belem tersenyum aneh. Ia terus berbicara tanpa mempedulikan darah yang terus mengalir dari mulutnya.     

"Diamlah!"     

Angele tidak tahu apa yang ingin dikatakan Belem. Ia pun segera berlari mendekati pria itu dan menghancurkan tengkoraknya.     

Sisa tengkorak, serpihan otak, dan darah terciprat kemana-mana.     

Angele tidak tahu apa yang ingin dilakukan Ainphent, namun ia harus menghentikan Belem. Ia berbalik dan kembali berlari.     

Dengan mencari jejak energi serangannya pada tubuh Kuirman, Angele berusaha mengikuti penyihir berkepala dua itu.     

"Kau tidak akan bisa kabur…"     

Angele memicingkan matanya dan menghilang dalam kegelapan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.