Dunia Penyihir

Kelompok (1)



Kelompok (1)

0Dua bulan kemudian.     

Pintu cokelat di gua itu terbuka.     

Angele berjalan keluar dari sana. Wajahnya terlihat lelah, matanya nampak berkantung dan dihiasi lingkaran hitam. Rambut cokelatnya berantakan. Ia mengenakan jubah abu-abu yang longgar.     

'Membuat bom-bom jantung itu sangat melelahkan... Walaupun kekuatan mental yang dibutuhkan hanya sedikit, aku harus terus berkonsentrasi selama prosesnya. Membosankan sekali...'     

Angele mengusap dahinya dan menutup matanya. Setiap hari, ia bisa membuat tiga atau empat bom. Setiap bom membutuhkan sekitar 3 jam. Tanpa bantuan Zero, waktu yang dibutuhkan akan jauh lebih lama.     

Walaupun chip-nya bisa melakukan simulasi dan membantunya berkonsentrasi, ia tetap harus membuat semua bom itu secara manual.     

Ditambah lagi, bahan-bahan membuat bom itu sangat berbahaya dan mudah meledak. Jika salah satu dari banyak jantung itu meledak, ia khawatir akan terjadi ledakan yang mampu menghancurkan seluruh gua.     

Setelah dua bulan, Angele telah mengubah semua jantung yang dibelinya menjadi bom sekali pakai. Semua bom yang sudah jadi berukuran sebesar kepalan tangan manusia, sehingga ia hanya bisa membawa sebagian. Namun, sebagian besar bom itu dapat ia sembunyikan di dalam jubah abu-abu longgarnya.     

'Waktunya pergi ke area khusus penyihir.'     

Jam menunjukkan bahwa hari sudah siang. Cahaya keemasan matahari menghangatkan tubuhnya.     

Ia berdiri di depan pintu. Bom-bom di dalam jubahnya membuatnya terlihat bertambah gemuk hanya dalam dua bulan.     

Angele menutup pintu, berjalan menuruni tebing, dan sampai ke jembatan.     

Asuna, Silen, dan seluruh kelompoknya sedang menunggu di dekat rumah batu. Setelah kejadian itu, Asuna telah memberitahu kelompoknya bahwa Angele adalah seorang penyihir resmi. Belakangan ini, mereka sering berkunjung kue gua Angele.     

"Ini peta dan logam-logam dengan ketahanan tinggi yang kau minta." Silen menyapa Angele dan memberikan benda-benda itu. "Kami sudah berusaha keras, tapi hanya itu yang kami temukan di area pasar. Apa itu cukup untukmu?"     

Angele mengambil dan membuka peta itu. Ia melihat semua informasi tentang Nola yang tertulis disana.     

Peta berwarna kuning terang itu terbagi menjadi tiga daerah utama, yaitu Menara Enam Cincin, Kastil Taring Putih, dan Tebing Burung Ular. Masing-masing menguasai sebagian daerah.     

Di tengah ketiga wilayah milik organisasi itu, terdapat sebuah garis tipis yang panjang. Garis itu adalah penunjuk tempat umum yang tidak dikuasai organisasi manapun. Di tengah tempat umum itu, terdapat lima titik, yang menunjukkan pasar-pasar yang dikelola oleh ketiga organisasi besar, pasar umum, dan pasar gabungan milik beberapa organisasi kecil.     

Peta itu berkualitas tinggi - semua catatan itu sangat akurat dan jelas.     

"Peta yang bagus."     

Angele mengangguk. Titik-titik biru berpendar terang di matanya. Dengan bantuan Zero, ia merekam peta itu dan meminta Zero untuk membandingkan peta itu dengan peta buatannya untuk mencegah kesalahan.     

Selain peta itu, mereka juga memberikan sebuah kantong kulit kecil berwarna hitam dengan permukaan yang elastis dan halus.     

Angele membuka kantong itu dan melihat ke dalamnya. Ia menemukan banyak kotak-kotak logam kecil dengan warna yang berbeda. Ia mengambil salah satu kotak berwarna biru, yang berpendar biru pada permukaannya.     

Melihat kubus itu, Silen segera menjelaskan. "Itu adalah Setan Biru, logam campuran yang terbuat dari sepuluh macam logam berkekuatan tinggi. Yang putih namanya Besi Putih Perak, yang berfungsi untuk membangun laboratorium sihir."     

Angele kembali mengangguk.     

"Pekerjaan kalian bagus sekali."     

Angele melemparkan dua butir magic stone kualitas menengah pada Silen.     

Silen tersenyum. Ia senang atas hadiah itu. Biasanya, mereka hanya akan mendapatkan 100 magic stone biasa setelah menyelesaikan misi yang sulit, sementara mereka bisa mendapatkan hadiah yang lebih banyak jika mereka bekerja pada Angele. Angele hanya menyuruh mereka menemukan berbagai macam bahan, yang dapat ditemukan pada para penjual di pasar.     

"Master Green, setahu saya, Anda belum bergabung dengan organisasi manapun? Bagaimana jika Anda bergabung dengan organisasi kami? Anda akan menjadi profesor yang hebat. Walaupun Aliran Panah lebih kecil ketimbang tiga organisasi besar itu, kami punya banyak calon penyihir dan berbagai macam bahan-bahan sihir," tanya Asuna seraya menatap mata Angele.     

"Aliran Panah?" Angele menggeleng. "Aku ingin bergabung dengan Menara Enam Cincin. Saat ini, aku tidak ada rencana untuk bergabung dengan organisasi lain "     

Beberapa bahan langka yang Angele butuhkan tidak akan bisa dibeli oleh penyihir atau calon penyihir yang belum bergabung dengan organisasi, sehingga Angele meminta bantuan Silen. Angele mengurung diri dalam gua itu, meramu dan menjual banyak ramuan kualitas rendah, sehingga ia dapat membuat ratusan magic stone dalam dua bulan. Dengan bantuan Zero, tingkat kesuksesannya dalam meramu jauh lebih tinggi ketimbang peramu biasa.     

Aliran Panah memiliki banyak murid, namun para murid itu tidak disaring berdasarkan tingkat talentanya, sehingga banyak murid berpotensi sihir rendah yang dapat menjadi anggota selama mereka bisa membayar. Ada banyak murid Aliran Panah yang tersebar di Nola, namun kebanyakan dari mereka tidak berbakat.     

Di tempat ini, terdapat dua organisasi kecil lainnya. Pertama adalah Aliansi Camar, dengan 50 penyihir resmi; anggota terkuatnya adalah penyihir cahaya tingkat Kristal.     

Organisasi kedua bernama Obor Perunggu, dengan hanya sekitar 10 penyihir resmi. Ketuanya adalah seorang penyihir tingkat Cairan. Organisasi itu terkenal karena perpustakaannya yang besar dan lengkap, sehingga perpustakaan itu menjadi sumber pendapatan mereka. Tanpa perpustakaan itu, Obor Perunggu akan kehabisan uang dalam satu minggu.     

Berdasarkan informasi dari orang-orang di pasar, ada sekitar 20 organisasi lain yang bernasib serupa.     

Beberapa organisasi hanya memiliki satu atau dua penyihir resmi. Mereka berdiam di teritori mereka untuk melakukan penelitian, dan membeli bahan-bahan mereka dari pasar.     

"Akan kupikirkan nanti. Aku ada janji, jadi aku harus pergi sekarang. Asuna punya sigil-ku. Kalian akan kuhubungi nanti."     

Angele menolak undangan mereka dan berjalan menyeberangi jembatan.     

Silen dan Asuna terlihat kecewa, namun mereka tidak mengatakan apa-apa. Tiba-tiba, terlihat rune hitam yang buram bergerak-gerak di pergelangan tangan kanan Angele.     

"Sudah hampir tiba."     

Angele menunjuk rune itu dan mengubahnya menjadi sebuah kalimat di atas telapak tangannya.     

'Datanglah ke rumah Melissa sebelum jam 2'.     

Dengan titik hitam yang ditinggalkan Angele, Melissa mampu menghubunginya dengan mudah. Titik hitam itu berisi sigil komunikasi, sehingga Melissa dapat mengirimkan pesan secara langsung.     

Di area penyihir, rumah Melissa.     

Rumah itu sangat gelap. Meja panjang di samping jendela, yang awalnya berantakan, sudah dibersihkan dan diselimuti dengan taplak berenda putih. Tiga orang penyihir cahaya duduk di sekitar meja itu.     

Seorang penyihir wanita tua bertubuh ramping duduk di sebuah kursi panjang dan membersihkan kacamatanya dengan hati-hati.     

Ainphent sedang membawa pena bulu putih dan sibuk menuliskan sesuatu di selembar kertas kulit.     

Di samping Ainphent, seorang penyihir wanita muda duduk dengan santai. Tidak ada ekspresi di wajahnya. Matanya tertutup, dan aura dingin terpancar dari tubuhnya. Sepertinya, wanita itu sedang memikirkan sesuatu.     

Ainphent meletakkan penanya dan menggerakkan kertasnya perlahan-lahan.     

Shing!     

Tulisan pada kertas itu menghilang dalam beberapa detik.     

Pena bulu yang tergeletak di meja itu berubah menjadi titik-titik cahaya putih, yang perlahan akhirnya menghilang juga.     

"Aku sudah mengirim pesan pada Green dan kedua penyihir lainnya. Mereka akan kemari hari ini."     

Ainphent tersenyum.     

"Jadi, Green adalah penyihir terakhir yang kau rekrut?" tanya wanita muda itu dengan dingin. Tak ada emosi yang terdengar di suaranya.     

"Iya. Ia masih tingkat Gas, tapi aku percaya bahwa dia bisa membantu kita dalam misi ini."     

Ainphent mengangguk.     

"Oh, iya. Green meminta resep Ramuan Pembunuh Flora sebagai bayaran. Mungkin ia mau meminta seseorang untuk membuatkan ramuan itu untuknya. Isabell, kalau tidak salah, kau masih punya sebotol Minyak Mawar Hitam, kan? Kesempatan keberhasilan membuat ramuan itu sangat rendah, tapi bagaimana jika kau barter dengan Green saja?"     

Isabell mengangguk. "Baiklah, aku mau barter dengannya jika ia punya benda yang kuinginkan."     

Tok! Tok!     

Terdengar suara ketukan dari pintu kayu itu.     

Melissa perlahan mengenakan kacamatanya dan menunjuk ke arah pintu.     

"Masuklah," kata wanita tua itu dengan lantang.     

Pintu itu bersinar sesaat. Sepertinya, Melissa telah menghilangkan partikel energi yang ia pasang pada permukaan pintu itu.     

Kriet...     

Pintu itu terbuka perlahan.     

Seorang pria berjubah hijau berjalan masuk. Tatapan mata hijau pria itu sangat kejam, yang selaras dengan hidungnya yang melengkung seperti paruh elang. Walaupun di luar matahari bersinar cerah, entah mengapa rambut pria itu terlihat basah.     

"Kuirman, duduklah."     

Melissa menunjuk ke salah satu kursi di samping.     

Kuirman tersenyum, namun senyumnya terlihat tidak tulus dan seperti dipaksakan.     

"Jadi, aku bukanlah yang terakhir."     

Suaranya serak dan berat.     

Kuirman berjalan mendekati kursi itu. Ia duduk dan berhenti berbicara. Tidak menyangka akan melihat Kuirman di sini, wajah Ainphent terlihat terkejut.     

Ruangan itu tetap hening.     

Penyihir memiliki masa hidup yang panjang, sehingga mereka cukup sabar. Sekarang masih belum pukul dua, dan mereka mau menunggu.     

Mereka berempat duduk diam, sebelum akhirnya terdengar suara ketukan dari pintu.     

Seorang pria kekar berambut pendek membuka pintu dan berjalan masuk.     

Wajah pria itu terlihat biasa, namun kedua matanya nampak tajam dan dalam. Ia mengenakan jubah hijau yang longgar, sehingga hanya lehernya-lah yang terlihat. Ia melihat ke sekeliling. Melissa menyadari bahwa ada sinar perak di lehernya.     

"Green, kau sudah datang."     

Ainphent berbalik dan menyapa Angele sambil tersenyum.     

Angele mengangguk.     

"Aku langsung kesini setelah melihat pesanmu. Sepertinya aku tidak terlambat."     

Ia melihat sekelilingnya; keberadaan Kuirman dan Isabell membuatnya tertarik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.