Dunia Penyihir

Membuat (2)



Membuat (2)

0Saat meninggalkan area khusus penyihir, Angele melihat beberapa orang penyihir yang berpenampilan aneh memasuki gerbang. Salah satunya adalah seorang penyihir wanita berjubah hijau yang sedang menuruni bukit dengan menunggangi babi hutan. Sepertinya, wanita itu sedang bersenang-senang.     

Angele berjalan menaiki bukit dan kembali ke pusat kota, di mana Asuna sedang duduk dan menunggunya kembali.     

"Kau sudah kembali?" Asuna bertanya dengan senangnya saat melihat Angele. Gadis itu terlihat sedikit lelah, namun ia segera berdiri.     

"Kukira aku sudah memintamu kembali dulu." Angele mengernyitkan alisnya. "Mengapa kau masih di sini?"     

"Kau sudah membayarku, jadi aku harus menyelesaikan tugasku. Ada tempat yang belum kutunjukkan."     

Wajah Asuna memerah.     

"Hmm, kalau begitu, tolong carikan tempat menginap untukku, ya?"     

Angele kehabisan magic stone, jadi ia harus mencari tempat yang mau menerima koin emas.     

"Tentu saja."     

Asuna mengangguk     

Jalanan masih ramai. Terdengar suara teriakan-teriakan para calon penyihir yang sedang tawar-menawar. Bahkan, terdengar suara keras hewan peliharaan, sehingga menciptakan suasana yang sangat mirip dengan pasar di dunia manusia biasa.     

Asuna dan Angele berjalan melewati pusat kota dan menuruni tebing dengan menggunakan jalan yang berbeda. Ada banyak orang di sini. Angele bahkan melihat beberapa manusia di perjalanan.     

Setelah berjalan turun selama setengah jam, mereka akhirnya sampai di sebuah jembatan.     

Di bawah jembatan itu, terlihat lautan kegelapan yang tak berujung. Pandangan Angele terhalang oleh kabut tipis berwarna putih. Sepertinya, para pejalan kaki sudah biasa dengan jembatan itu, sehingga hanya beberapa orang yang terlihat ketakutan.     

Angele berjalan mengikuti Asuna sambil membawa keranjangnya. Jembatan itu bergoyang-goyang. Angele terkejut karena jembatan itu dapat menampung banyak orang sekaligus.     

Di seberang jembatan, terdapat gua-gua yang tersebar pada permukaan sebuah gunung. Dari kejauhan, gunung itu terlihat seperti sarang lebah. Jarak setiap gua berkisar 8 meter.     

"Kau bisa menyewa gua di sini. Jika kau mau, kau bisa membeli gua-gua yang lebih besar. Harganya cukup murah, dan tempatnya tenang." Asuna menjelaskan dan mengantar Angele ke arah rumah batu di dekat ujung jembatan.     

Dari jendela kecil rumah itu, terlihat seorang wanita paruh baya berbadan tambun sedang duduk santai.     

"Bicaralah padanya jika kau mau menyewa."     

Asuna menunjuk ke jendela kecil itu.     

Angele mengangguk dan berjalan maju.     

"Aku ingin meminjam salah satu gua terbaikmu selama empat bulan. Berapa harganya?"     

"Apa kau punya magic stone? Jika tidak, koin emas macam apa yang kau punya? Untuk empat bulan sewa, harganya 10 ribu koin emas standar kerajaan," jawab wanita itu dengan santai.     

"Apa kau mau menerima ini?"     

Angele mengambil dua butir kristal ungu dari kantongnya. Kristal berkualitas tinggi itu adalah pemberian Nancy saat di kapal.     

"Yah…" Wanita itu mengambil sebutir kristal dan menatapnya dengan teliti. "Aku mau minimal 10 butir."     

Dengan semua kristal ungu dan koin emas di tangannya, Angele menyewa salah satu gua terbesar di gunung itu. Ia meletakkan tas-nya, dan mengambil beberapa macam benda berharga untuk membayar jasa pengiriman makanan selama setahun. Saat ini, membuat Ramuan Pembunuh Flora adalah prioritasnya, dan ia bisa menjual benda-benda miliknya jika ia nanti membutuhkan uang.     

Asuna sempat bingung mengapa Angele tidak membeli satu gua dengan satu magic stone. Sepertinya, pemuda itu telah menghabiskan semua magic stone-nya di area khusus penyihir.     

Setelah menerima pembayaran, wanita itu memberikan sebuah lempengan berukiran angka kepada Angele. Angele dan Asuna berjalan menyusuri gua-gua, hingga akhirnya mereka menemukan gua sewaan Angele.     

Sebuah pintu masuk batu berwarna cokelat berdiri di depan gua itu. Ukurannya sama dengan ukuran rata-rata seorang manusia dewasa. Ukiran-ukiran panjang sederhana menghiasi permukaan pintu itu.     

Angele meletakkan lempengan itu pada pintu gua.     

Pintu itu terbuka sendiri. Terlihat sebuah ruang tamu berdinding kuning yang sangat mewah. Pada kedua sisi ruang tamu, terdapat delapan ruangan. Angele tidak menyangka jika gua sewaan-nya akan sebesar ini.     

Karpet bulu warna abu-abu terhampar di lantai, kontras dengan lampu-lampu kristal bercahaya kuning yang tergantung di dinding. Gua itu mewah dan nyaman; namun, sayangnya, hanya ada satu pintu masuk.     

"Harganya sesuai."     

Angele mengangguk. Ia puas dengan suasana gua itu.     

Asuna berdiri di samping pintu. Ia tidak mengikuti Angele masuk ke gua.     

"Gua ini cukup nyaman, namun para penyihir maupun calon penyihir yang cukup kuat bisa mengintipmu dengan mudah jika mereka mau. Karena itulah, biasanya orang-orang hanya tinggal sebentar di sini." Asuna menjelaskan.     

"Kau benar." Angele mengangguk dan berbalik. "Bisakah kau membantuku menjual semua ini? Kau akan kuberi 10% keuntungannya."     

Angele mengambil beberapa botol kecil berisi cairan hijau. Ia meracik ramuan penyembuh luka luar itu beberapa waktu lalu.     

"Ah, ramuan penyembuh kualitas tinggi. Tentu, aku akan menjualnya. Terima kasih."     

Dengan wajah gembira, Asuna mengambil semua botol itu dan menghitungnya. Angele telah memberikan dua belas botol.     

"Tapi, kau sudah memberiku banyak magic stone. 10% dari keuntungan penjualan semua ini sudah cukup banyak," kata Asuna dengan jujur.     

"Terima kasih sudah membantuku."     

Angele mulai menyukai gadis ini. Asuna jujur dan tidak egois. Sifat Asuna mengingatkannya pada Tia, gadis yang ia tinggalkan lima tahun lalu di Kota Lennon. Memikirkan gadis itu membuatnya ingin tahu keadaan Kota Lennon sekarang.     

Asuna pergi membawa dua belas botol ramuan penyembuh. Setengah jam kemudian, seorang pelayan mengantarkan makanan dan minuman, bersamaan dengan kembalinya Asuna.     

Asuna membawa sebuah kantong kulit berwarna hitam yang penuh dengan magic stone.     

"Hasil penjualan semua ramuan itu adalah 24 magic stone."     

Gadis itu menyerahkan kantong di tangannya pada Angele.     

Angele menerima kantong itu, membukanya, dan melemparkan sebutir magic stone kualitas menengah pada Asuna.     

"Itu bayaran untuk bantuanmu. Jangan menolaknya, aku akan membutuhkan bantuanmu nanti."     

Asuna mengembalikan magic stone itu pada Angele dengan raut wajah serius.     

"Jangan. Kau sudah membayarku banyak."     

"Baiklah."     

Angele memasukkan magic stone itu kembali ke kantongnya.     

Setelah Asuna pergi, Angele menutup pintu. Ia duduk di kursi dan mengambil salah satu jantung yang dibelinya tadi.     

'Simulasikan proses pembuatan bom jantung.' perintah Angele. Titik-titik cahaya biru berpendar di depan matanya.     

'Misi telah dibuat... Memulai... Memproses...'     

Barisan-barisan data muncul di sisi kiri bawah penglihatannya, tepat di samping jantung itu.     

'Energi: 56.13 derajat. Elemen: Api. Kemungkinan keberhasilan: 98.78%. Membutuhkan: 2 poin kekuatan mental. Durasi pembuatan: 3 jam. Perkiraan kekuatan: Lebih dari 50 derajat, kurang dari 53 derajat.'     

Tertulis juga informasi mengenai pengurangan energi, perbaikan struktur, perbedaan bahan, prosedur, bersama dengan berbagai macam informasi lainnya.     

Titik-titik cahaya biru itu menghilang. Angele mengangkat tangannya dan menciptakan sebilah pisau perak tajam.     

Dalam 30 detik, ujung pisau itu berubah dari perak menjadi abu-abu.     

Angele memegang pisau dan berdiri. Ia berjalan mengelilingi ruangan dan meletakkan sedikit partikel energi pada dinding-dinding gua. Partikel-partikel itu dapat membuat orang tidak bisa menguping. Ia dapat mendeteksi gelombang kekuatan mental dari orang asing. Sayangnya, partikel itu tidak dapat mendeteksi sihir pemindai.     

Ia tidak ingin menyembunyikan cara membuat bom itu, tapi ia hanya tidak ingin penyihir lain mengetahui kecepatan dan ketepatannya dalam membuat bom. Walaupun tempat ini melarang adanya pertarungan, ia mungkin akan diserang saat menjalankan misi. Para penyihir akan ingin tahu caranya membuat bom berkualitas sangat tinggi dengan kekuatan mental sesedikit itu.     

Dengan hati-hati, Angele mengukir garis-garis dan rune di atas permukaan jantung.     

Waktu terus berjalan. Semakin banyak rune yang terukir di atas jantung itu, hingga nyaris tidak terlihat bagian jantung yang tidak terukir. Anehnya, darah dari jantung itu berwarna hitam.     

Perlahan-lahan, darah hitam menetes dari jantung itu, namun Angele tidak peduli. Angele pun menyelesaikan semua rune itu, menyerap pisau peraknya, dan menunjuk bagian tengah jantung itu.     

Shing!     

Api hijau itu berkedip dan nyaris menghilang. Detik berikutnya, api itu memenuhi jantung hingga jantung itu terlihat seperti akan meledak. Cahaya hijau mengelilingi tangannya.     

Angele memicingkan matanya sebelum menggumamkan mantra untuk mengaktifkan semua rune yang diukirnya.     

"Comella, sang rembulan yang abadi, tenggelamkan es dalam kegelapan yang tak berujung, letakkan magma terpanas di atas sungai es."     

Duar!     

Ledakan itu terhenti. Cahaya putih menerangi semua rune dan pola-pola pada permukaan jantung itu. Cahaya putih itu menyelimuti dan menutupi cahaya hijau inti jantung, dan garis-garis di antara rune itu berdenyut.     

Shing!     

Cahaya putih itu menghilang dan mengembalikan api hijau itu menjadi seperti semula.     

Angele memegang bom hasil kerja kerasnya. Ia puas akan perolehannya.     

'Bom jantung yang bisa menyerang dengan kekuatan 50 derajat. Aku hanya bisa menemukan bahan-bahan mentah berkualitas tinggi seperti ini di Nola.'     

Sekarang, Angele bisa menang melawan seorang penyihir tingkat Cairan berkekuatan rata-rata, karena ia bisa membalik keadaan menggunakan signet-nya. Namun, signet itu hanya bisa digunakan dua kali lagi, sementara Bola Api Tingkat rendah tidak bisa membunuh mereka dalam satu serangan. Ia sudah mencoba sihir itu untuk menyerang dua penyihir tingkat Cairan, namun kedua penyihir itu tidak mati.     

Walaupun kedua Penyihir itu terluka, mereka tidak terluka parah. Tanpa signet-nya, ia tidak akan bisa menembakkan Bola Api Tingkat Rendah tepat pada titik kelemahan mereka.     

Saat ini, Angele membutuhkan sesuatu yang kuat dan mudah digunakan untuk menjelajahi reruntuhan itu. Ia membeli satu keranjang penuh bahan untuk membuat bom jantung sebanyak mungkin dengan bantuan chip-nya. Walaupun harga semua jantung ini cukup mahal, ia ingin mempersiapkan diri untuk sebuah misi yang berbahaya.     

Namun, ia ingin tahu sekuat apa seorang penyihir tingkat Kristal. Ia ingin tahu apakah ia benar-benar membutuhkan semua bom itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.