Dunia Penyihir

Akibat (Bagian 2)



Akibat (Bagian 2)

0Pagi telah berganti siang. Cahaya matahari menyelimuti seluruh dek dan lautan di sekitar dengan pendar keemasan. Suara debur ombak terus beradu dengan sisi kapal.     

Angele membawa kedua mayat itu ke tepi kapal, memasukkan dua balok logam berat ke dalam mulut mereka, dan menjatuhkan mereka ke dasar laut.     

Byur!     

Dalam beberapa detik, kedua mayat itu tenggelam ke dalam laut, sementara Angele membersihkan tangannya dengan selembar kain. Ia meninggalkan tempat itu dan berjalan mengelilingi dek. Tidak ada orang di sana.     

Angele melihat ke bawah tangga sambil mengernyitkan alisnya, lalu ia cepat-cepat berjalan menuruni kabin.     

Cahaya lampu minyak menerangi lorong, namun tempat itu sangat sepi.     

Suara tapak kaki Angele menggema di lorong itu. Tiba-tiba, bulu kuduknya berdiri.     

Kapal ini memiliki lima tingkat kabin. Saat ini, Angele sedang berada di tingkat pertama. Kamar-kamar untuk para calon Penyihir dan para pelaut berada di tingkat kelima.     

Saat berjalan menuruni tangga, Angele mencium bau amis darah.     

Ia berjalan sampai ke lantai bawah dan ke ujung lorong, di mana setumpuk mayat tergeletak begitu saja. Kubangan darah besar berwarna merah gelap dan berbau amis menunjukkan bahwa mereka dibunuh setidaknya beberapa jam lalu.     

Angele tahu bahwa pembantaian ini adalah perbuatan Calello.     

'Jadi, ia berencana untuk membunuh semua orang di sini. Ia memanfaatkan momen saat aku sedang bertarung melawan kedua Penyihir Cahaya untuk membunuh para calon Penyihir, karena ia tahu bahwa aku akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membunuh dua Penyihir secara bersamaan.' Walaupun Angele juga seorang Penyihir Kegelapan, ia tidak suka membunuh orang-orang yang tidak bersalah.     

Angele berjalan mendekati mayat mereka dan menatap masing-masing mayat itu dengan teliti. Sepertinya, semua mayat itu tidaklah utuh.     

Para calon Penyihir lelaki kehilangan otot lengan dan dada mereka, sementara para calon Penyihir wanita kehilangan kedua payudara mereka. Kondisi semua mayat itu terlihat seperti mayat yang telah dimakan oleh seekor hewan buas. Saat memeriksa luka-luka itu, Angele menyadari sesuatu.     

'Calello memiliki tubuh zombie… Itulah mengapa jarumku tidak mempan padanya.' Walaupun Angele telah membuatnya terluka parah, Calello nyaris saja kabur dengan mengubah tubuhnya menjadi gas. 'Seranganku dapat melukainya dengan 40 derajat energi, dan kekuatan itu tidak bisa ditangkis oleh Ksatria Agung sekalipun. Mungkin, perubahan wujud itu adalah Mantra Pasif-nya. Sayang sekali, Sihir Logamku tidak memiliki pertahanan serangan fisik dan serangan sihir yang kuat.'     

Angele meraba-raba tubuh mereka. Ia berusaha mencari bukti. Di antara tumpukan mayat itu, Angele menemukan mayat gadis yang tadi berusaha berbicara padanya.     

Namun, sepertinya Calello telah menjarah benda-benda sihir gadis itu.     

Angele berjalan mengelilingi kapal dan memastikan bahwa semua orang di kapal itu telah dibantai oleh Calello.     

Calello, si Penyihir zombie, memakan nyaris semua otot mayat-mayat itu dan memotong tangan mereka untuk dijadikan daging kering. Namun, penyihir itu tidak menyangka jika Angele akan sekuat itu.     

Saat ini, hanya Angele yang masih hidup di kapal itu.     

Angele mengambil sisa roti dan keju sebelum kembali ke kamarnya. Setelah membunuh Calello dan dua Penyihir Cahaya, ia harus mencari cara untuk menghindari kejaran organisasi mereka,     

Pada umumnya, organisasi dan keluarga seorang Penyihir akan membalas dendam jika ada anggota mereka yang terbunuh. Walaupun kedua Penyihir Cahaya itu berasal dari organisasi yang lemah, Angele harus tetap berhati-hati. Ia memutuskan untuk turun lebih cepat dan pergi ke Menara Enam Cincin melalui jalur darat.     

Walaupun tidak ada penumpang yang tersisa di kapal itu, paus-paus yang menjadi sumber energi kapal itu terus bergerak.     

Beberapa bulan kemudian…     

Di malam hari.     

Sebuah kapal besar berjalan perlahan, seperti titik di lautan yang gelap dan tak berujung. Terdengar deburan ombak yang sangat kuat, sehingga kapal itu terus bergetar.     

Angele berdiri di ujung depan kapal. Ia mengikat tubuhnya pada tiang pancang utama yang tinggi dan lebar. Keadaan ini membuatnya merasa seperti dunia akan berakhir.     

Rambut panjang dan jubah hitamnya terbang karena deru angin. Rasa dingin dan basah membuatnya merasa tidak nyaman. Ia memiringkan tubuhnya ke samping saat kapal itu terkena ombak.     

"Badai sialan!" umpatnya. Ia semakin dekat dengan dermaga. Tidak ada yang terjadi setelah pertarungannya melawan kedua Penyihir Cahaya.     

Belakangan ini, Angele selalu berdiri di tepi depan kapal. Ia berharap untuk bertemu lagi dengan para harpy dan mendapatkan lebih banyak darah dari tempat di mana kapal Harapan diserang beberapa tahun lalu. Perjalanan ini adalah satu-satunya kesempatan baginya.     

Sayangnya, tidak ada satu pun harpy di sana. Hanya ada badai yang menerjang kapal.     

Kekuatan signet dari darah harpy itu jauh melebihi ekspektasinya, namun belakangan ini ia tidak bertemu dengan seekor harpy pun. Sepertinya, setelah kekalahan telak itu, mereka mengingat bentuk kapal Harapan dan memutuskan untuk tidak menyerang.     

Angele berhenti berpikir. Ia berpegang pada pegangan kapal dan melihat ke depan.     

DUAR!     

Suara gemuruh menggelegar, diikuti oleh kilat yang sangat terang, hingga menerangi permukaan lautan.     

Setetes air hujan seukuran kacang menetes di kepala Angele.     

Setelah beberapa detik, hujan turun dengan derasnya, hingga Angele menjadi kedinginan.     

Hujan deras itu membentuk pola genangan air di atas dek kapal.     

Kini, jubah hitamnya benar-benar basah kuyup. Walaupun hujan itu membuatnya kedinginan, ia tidak khawatir akan terkena demam.     

Ia memegang pegangan kapal itu dengan erat dan menatap ke depan.     

Lautan yang gelap itu terlihat seperti lantai yang tak berujung. Gelombang lautan itu terkadang bergerak ke kiri, ke kanan, hingga bahkan membuat dunia terasa seperti berguling terbalik.     

Tiba-tiba, Angele menemukan sesuatu yang aneh di depan.     

Punggung raksasa seekor ikan perlahan-lahan muncul di permukaan laut.     

Punggung itu adalah milik seekor paus sepanjang seribu meter. Di punggungnya, terdapat barisan duri-duri hitam yang sangat tajam dan seukuran tombak pada umumnya. Mata makhluk itu pipih dan berwarna kuning, yang berpendar terang di dalam gelapnya malam.     

Kapal itu terlihat seperti kotak korek api jika dibandingkan dengan makhluk itu.     

Nafas Angele terengah-engah, seperti ada batu besar yang menghantam jantungnya.     

Ia menatap paus itu. Wajahnya perlahan semakin pucat.     

"Echinate Whale?! Bagaimana mungkin…" Angele mengenal makhluk mengerikan itu.     

"Paus berukuran seribu meter… Kukira itu hanya lelucon…" gumamnya. Ia tidak percaya akan pemandangan di depan matanya. Saat membaca, ia menganggap bahwa informasi tentang paus itu hanyalah mitos.     

Paus itu bergerak perlahan melewati kapalnya. Angele bernafas lega karena duri-duri tajam makhluk itu tidak menggores kapal. Bagi paus itu, sepertinya kapal itu hanyalah sebuah plankton kecil yang tidak penting.     

Air hujan terus jatuh ke lautan, sementara Angele tetap berdiri di ujung kapal itu sambil melihat paus itu yang bergerak pergi. Walaupun kapal itu tidak berada dekat dengan sang paus, ombak dari pergerakan paus itu membuat kapal bergoyang beberapa kali.     

Dua jam kemudian, akhirnya paus itu menghilang di kejauhan. Angele menghela nafas lega. Ia sempat khawatir jika paus itu akan menghancurkan kapalnya.     

Bersama dengan hilangnya paus itu, badai yang menerjang lautan ikut menghilang. Bahkan, angin topan yang sedari tadi mengayunkan kapal ikut reda.     

'Jadi, legenda itu ternyata benar. Echinate Whale dapat menyerap kekuatan badai. Aku tidak menganggap serius buku itu…' gumamnya.     

Kapal itu dilindungi oleh sihir bangsa duyung, sehingga semua makhluk lautan biasa akan menghindar, namun makhluk besar seperti Echinate Whale dapat menghancurkan sihir pelindung itu dan menenggelamkan kapal itu jika ia mau.     

Ia pernah membaca tentang insiden di mana seorang calon Penyihir menyerang paus kecil kerabat Echinate Whale, hingga paus itu geram. Akhirnya, kapal mereka hancur berkeping-keping dan tenggelam. Di antara sisa-sisa makhluk zaman kuno yang masih ada di dunia ini, Echinate Whale memiliki persentase darah kuno terbanyak. Serangan itu membunuh semua orang di kapal, termasuk beberapa Penyihir resmi.     

Akhirnya, semua awan hilang, dan cahaya putih sepasang bulan sabit menerangi dek. Malam itu menjadi tenang dan hening.     

Angele bernafas lega, seakan badai tadi tidak pernah terjadi. Ia tidak tahu apa yang terjadi jika paus itu memutuskan untuk menyerang kapalnya.     

Kejadian itu membuatnya lebih bersemangat untuk menjadi semakin kuat. Masih banyak makhluk dan orang yang jauh lebih kuat darinya.     

Tiga hari kemudian.     

Di siang hari.     

Perlahan-lahan, kapal itu berhenti di dermaga yang sepi.     

Seorang pria muda berambut panjang berwarna cokelat melompat turun. Ia membawa sebuah kantong besar di tangannya.     

BRUK!     

Dengan seimbang, ia mendarat di atas pantai berbatu itu. Kedua tangan dan kakinya bersinar keperakan.     

Lompatan itu meninggalkan jejak tapak kaki di pasir.     

Ia berbalik dan menatap kapal itu sesaat, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke hutan.     

Dalam beberapa detik, bara api melahap seluruh kabin, sehingga asap hitam legam membumbung tinggi di atas dek. Layar, tiang pancang… semuanya terbakar, hingga bara api terciprat ke udara.     

Api itu menerangi seluruh dermaga.     

Tanpa menoleh ke belakang, Angele memanjat ke atas tebing, sebelum menghilang di antara semak belukar.     

Awalnya, ia berencana untuk turun di Dermaga Sea Hawk, dermaga di mana ia berlayar dengan Harapan saat itu. Dermaga itu sangat dekat dengan Menara Enam Cincin.     

Setelah bertanya pada penunjuk arah Harapan, Angele mengetahui bahwa ia hanya perlu menyeberangi dua negara dari sini sebelum tiba ke Dermaga Sea Hawk.     

Di sini, ada beberapa organisasi Penyihir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.