Dunia Penyihir

Informasi Tambahan (Bagian 1)



Informasi Tambahan (Bagian 1)

0Shing!     

Pisau perak itu melesat cepat hingga membentuk kilat perak di udara, dan seutas benang perak tertancap pada pegangan tangga.     

Angele mendengar suara tapak kaki seseorang di belakangnya. Tidak lama kemudian, terdengar suara sesuatu yang meletup. Angele segera menoleh dan melihat sekelilingnya.     

Tidak ada pergerakan yang terlihat, sehingga ia mengernyitkan alisnya dan maju selangkah. Kubangan darah hitam yang bertabur bubuk putih tergenang di lantai.     

Ada sesuatu yang memotong benang perak tersebut.     

Dengan menggunakan logam yang dibelinya dari Francesco, ia telah menciptakan logam baru, yang kemudian ia buat menjadi tali untuk mengikat sasaran agar tidak bisa kabur. Tali itu keras dan tajam, bahkan bisa memenggal kepala seseorang dengan mudah.     

"Jadi, makhluk ini sangat kebal terhadap serangan kontak fisik. Aku harus menggunakan partikel energiku untuk menyerangnya, namun gerakannya sangat cepat, hingga Zero pun tidak bisa membantuku melacak lokasinya." gumam Angele.     

Tiba-tiba, Angele merasakan panas yang sangat menyakitkan dari tangan kanannya. Entah mengapa, aksesori perak pemberian Master Liliana meleleh.     

Ia berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun ia tidak melihat ada hal aneh di sekelilingnya. Ia pun kembali mendekati mayat sang pemburu dan berusaha mencari tahu apa sebenarnya yang membunuh pria itu dengan memeriksa luka-lukanya.     

Ketujuh pembuluh darah di kepala pria itu mengucurkan darah. Ototnya kaku, dan matanya terbelalak lebar. Sepertinya, sebelum mati, ia telah menyaksikan sesuatu yang mengerikan.     

"Yah, setidaknya sekarang aku punya petunjuk."     

Angele tersenyum.     

Ia sadar bahwa tempat ini sangat berbahaya, dan makhluk yang menghantui tempat ini sama dengan makhluk yang ia temui di Moon Gin Garden beberapa waktu lalu. Namun, makhluk ini jauh lebih lemah, sehingga Angele memutuskan untuk memeriksa lebih jauh.     

Ia mendekati jejak darah di tanah dan menciptakan sebuah tabung logam di tangan kirinya. Dengan pisaunya, ia mengambil sebagian darah itu dan memasukkannya ke dalam tabung, yang kemudian ia letakkan ke dalam kantongnya.     

Jika saja ia tidak melapisi pisaunya dengan partikel energi, 'makhluk' itu tidak akan terluka sedikit pun. Logam yang tersimpan di dalam tubuh Angele tidak lagi berbentuk logam, karena tubuhnya menyimpan kandungan logam itu sebagai sesuatu yang mirip dengan partikel energi, sehingga walaupun pisau itu salah sasaran, benang peraknya masih dapat melukai makhluk tersebut.     

Angele berjalan menaiki tangga untuk melihat jembatan di samping menara itu dengan lebih jelas. Angin dingin bertiup ke arah wajahnya, sementara jembatan di bawah sana bergerak-gerak. Jembatan itu ditutupi lumut hijau. Belakangan ini, tidak ada yang melewatinya selain sang pemburu.     

Di seberang jembatan, seorang gadis kecil berjalan maju perlahan-lahan. Wajahnya pucat dan rambutnya berwarna hitam — senada dengan terusan hitam yang dikenakannya.     

Angele memicingkan matanya, mengambil sebatang panah logam dari punggungnya, dan menarik panah itu menggunakan busurnya. Lagi-lagi, aksesori di punggung tangan kanannya memanas.     

Angin bertiup semakin dan semakin kuat, hingga membuat rambut Angele menari-nari di udara.     

DUAR!     

Sesuatu menabrak pintu di belakang Angele.     

"Siapa di sana?!" teriak Angele. Ia berbalik dan menembakkan panahnya.     

SWISH!     

Panah itu bertabrakan dengan pintu kayu, sehingga menciptakan kilatan-kilatan petir biru yang menyambar-nyambar. Dalam beberapa detik, petir itu menghilang.     

Cahaya biru itu menerangi puncak menara itu.     

Angele menurunkan busurnya. Tembakan itu dilakukannya dengan terburu-buru, bahkan ia tak sempat menarik penuh senar panahnya, sehingga tembakan itu tetap lemah walau sudah diperkuat dengan Rune Listrik.     

"Ah, sudahlah!"     

Ekspresi Angele berubah kecut. Ia menarik panah logam yang menancap di pintu itu dan mengembalikannya ke dalam kotak, lalu ia kembali melihat jembatan di bawah. Namun, gadis kecil yang dilihatnya telah menghilang.     

'Apa kau menemukan sesuatu?'     

'Tidak ada medan pelindung yang terdeteksi. Sasaran bukanlah makhluk spesial,' lapor Zero.     

"Sepertinya, aku belum bisa menguak misteri ini. Aku harus pergi sekarang."     

Tidak terlihat apa pun di seberang jembatan. Hanya ada penanda jalan berwarna hitam yang bergerak-gerak tertiup angin.     

Lautan pepohonan menutupi kedua sisi jalan, dan suara deru angin terdengar nyaring di sana. Pegunungan yang terbentang jauh di seberang jembatan terlihat buram karena tertutup kabut tipis. Angele berpikir selama beberapa saat.     

Ia berbalik dan kembali memeriksa pintu, namun ia tidak menemukan apa-apa, sehingga ia memutuskan untuk kembali ke kereta kudanya.     

"Sialan," gumamnya seraya menggelengkan kepala.     

Ia melompat ke kursi kusir dan melihat ke arah menara itu untuk terakhir kalinya.     

Setelah Angele meninggalkan menara, gadis itu kembali terlihat di atas jembatan. Gadis itu menatap kereta Angele dengan tatapan yang sangat dingin dan mengerikan.     

Walaupun Angele tidak dapat melihat gadis itu, ia tetap merasa bahwa ada yang sedang menatapnya.     

"Kita akan berjumpa lagi suatu hari nanti."     

Mata gadis itu berkilat dingin.     

"Jalan!"     

Ketiga kuda itu mulai melesat cepat, dan keretanya berlari kembali ke tempat asalnya.     

'Zero, tandai tempat ini di peta. Aku akan kembali,' perintah Angele.     

'Lokasi telah ditandai.'     

Angele menatap menara kayu itu, hingga akhirnya menara tersebut menghilang dari pandangannya.     

'Mohon beri nama lokasi ini.'     

'Menara Pengawal Redwood.'     

'Selesai. Menara Pengawal Redwood telah ditandai sebagai lokasi berbahaya.'     

Perjalanan kembali ke Kota Arias sangatlah tenang dan damai.     

Jejak ibunya telah berakhir di Tikka Soyun, sehingga saat ini tidak ada gunanya jika ia tetap mencari di hutan. Ia membahas penemuannya di hutan dengan Omicade. Ia juga bertanya tentang keberadaan kelompok pembunuh bayaran, Dark Emblem.     

Para raja berusaha mengirimkan beberapa Ksatria untuk mengawal Angele, namun ia menolak tawaran itu dengan sopan. Sekarang, ia akan memasuki pusat Dark Emblem di kota bernama Akar Biru sendirian.     

Berdasarkan informasi Omicade, tempat itu terkenal karena tanaman aneh bernama Glowing Dark Tree.     

Para penduduk mengatakan, Glowing Dark Tree hanya tumbuh di tempat yang sangat lembab dengan banyak sumber air, sehingga pohon itu sangat menarik bagi Psychedelic Pigeon. Selain itu, buahnya juga sangat berguna untuk para Ksatria.     

Legenda mengatakan bahwa Ksatria yang memakan buah dari Glowing Dark Tree akan menemukan jalan hidupnya, sehingga buah itu juga terkenal dengan julukan "Knight's Faith", yang artinya "Kepercayaan Sang Ksatria."     

Omicade bercerita banyak tentang legenda harta karun yang hilang itu. Bagi Angele, cerita itu sangat berguna untuknya, karena sang Dryad telah memberitahunya bahwa ia harus memperkuat keyakinannya sebelum mencoba menggunakan energi radiasi.     

Jika buah dari Glowing Dark Tree bisa membantu para Ksatria mencari jalan hidup mereka, mungkin buah itu juga bisa memperkuat keyakinannya.     

Walaupun Angele telah menemukan berbagai cara untuk memperkuat keyakinannya dari buku-buku penyihir, semua cara itu membutuhkan waktu bertahun-tahun. Walaupun umurnya bisa mencapai 300 tahun, ia tidak tahu berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk mencapai tingkat selanjutnya, sehingga ia ingin menghemat waktu.     

Dengan mengikuti peta pemberian sang Insinyur, ia sampai di kota Akar Biru dalam dua bulan.     

Di luar Kota Akar Biru, terdapat sebuah tebing tersembunyi yang ditutupi oleh hutan.     

Banyak menara pengawal yang menjulang tinggi dibangun di atas tebing tersebut. Beberapa orang pemanah berdiri di puncak setiap menara itu.     

Para pemanah itu mengenakan baju zirah kulit berwarna kuning-hijau, dengan sekotak penuh panah berbulu hitam di punggung mereka. Mereka membawa beberapa bilah pisau hitam panjang di pinggangnya. Wajah mereka dilukis dengan pola-pola hijau yang aneh.     

Tiba-tiba, mereka semua menyadari adanya pergerakan di semak-semak saat mereka mengawasi hutan.     

"Siapa di sana! Tunjukkan dirimu!" teriak salah satu penjaga.     

Seorang pria muda berjubah hitam perlahan keluar dari semak-semak saat mendengar teriakan penjaga itu.     

Kulit pemuda itu terlihat pucat, dan wajahnya berkilau perak. Rambut coklat panjang tergerai di bahunya. Ia membawa busur perak dan sekotak penuh panah di punggungnya.     

Pria itu melemparkan sebuah bandul perunggu ke tanah.     

"Itu izinku."     

Tidak ada kata-kata yang terukir pada bandul tersebut, namun tepiannya berwarna emas. Semua pengawal itu melihat benda itu. Mereka saling memandang selama beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk.     

"Izin telah diberikan. Anda boleh masuk." teriak ketua pengawal seraya menurunkan busurnya.     

Pria muda itu mengangguk, menendang bandul itu ke atas, dan menangkapnya dengan tangan kirinya.     

Ia berjalan melewati pos penjagaan dan menghilang masuk ke tebing.     

Ketua pengawal menggelengkan kepala. "Mengapa mereka tidak pernah belajar dari kesalahan? Nyaris tidak mungkin bisa mendapatkan Knight's Faith – jika mudah, kita semua pasti sudah memasuki tebing itu dan mendapatkannya. Sepertinya, pemuda ini akan mati juga."     

Ia menatap pemuda itu menghilang melewati pintu masuk. Ia menghela nafas dan berbalik untuk memeriksa situasi di sekitarnya. Para penjaga ditempatkan di sini bukan hanya untuk menjaga agar tidak ada penduduk ataupun petualang yang masuk, namun juga untuk menjaga mereka, agar mereka tidak terluka.     

Angele berjalan perlahan memasuki tebing. Penglihatannya buram karena tertutup kabut putih. Kabut itu semakin tebal, dan jarak pandang di tempat ini hanya sekitar empat sampai lima meter.     

Rerumputan di tanah masih terlihat jelas, namun semua benda lain tersembunyi di balik selimut kabut. Angele menjentikkan jarinya, dan tiba-tiba angin puyuh muncul dan mengelilingi tubuhnya.     

Angin itu meniup rambutnya hingga menari-nari di udara, namun kabut putih itu tak kunjung menghilang – bahkan kabut itu terus muncul di udara.     

Ada yang berusaha menghentikan Angele untuk bergerak maju.     

Ia menyuruh Zero memeriksa keadaan di depannya. Zero pun langsung menunjukkan tempat yang tertutup kabut itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.