Dunia Penyihir

Kedatangan (Bagian 2)



Kedatangan (Bagian 2)

0Berbagai macam informasi rumit dikirimkan ke otak Angele.     

94% kandungan darah itu terdiri dari bakteri, parasit, dan berbagai macam mineral lainnya. Darah kuno yang terkandung di dalamnya hanya sedikit. Ditambah lagi, sangat sulit untuk memisahkan darah kuno tersebut dari kandungan lainnya, sehingga Angele tidak tahu apa yang harus ia lakukan terlebih dulu.     

'Darah ini terkontaminasi banyak hal. Aku harus membuangnya satu per satu.' Angele tersenyum kecut.     

'Setidaknya, aku tidak akan bosan. Aku sudah mengumpulkan banyak darah, namun darah kuno itu masih sangat sulit dicari. Tanpa bantuan Zero, aku akan terpaksa berhenti di sini. Tidak heran jika Tymoral mengatakan bahwa sudah banyak Penyihir yang akhirnya menyerah.'     

'Zero, periksa memori dan cari informasi tentang darah kuno,' perintahnya.     

'Tidak ada yang ditemukan.'     

Angele merasa sedikit putus asa.     

Satu bulan kemudian...     

Akhirnya, Harapan sampai di seberang Laut Permata dan sampai ke kampung halaman Angele. Kapal itu hanya berhenti satu kali di dermaga antah berantah untuk diperbaiki, sebelum melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Marua di Aliansi Andes.     

"Hei, bagaimana dengan eksperimenmu?" tanya Tymoral dari belakang.     

Angele berbalik dan melihat Tymoral tersenyum padanya. Pria itu sedang memegang pegangan kapal dan melihat permukaan laut.     

Karena ketakutan dengan eksperimen berdarah yang dilakukan Angele, semua calon Penyihir dan pelaut di atas kapal menjauhi mereka berdua.     

"Yah, ini sangat rumit." Angele menggelengkan kepala.     

"Terlalu banyak kontaminasi, sampai aku tidak bisa melihat jejak darah kuno sedikit pun. Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi."     

"Iya, itulah masalah yang dihadapi semua orang. Biasanya, kau bisa menemukan darah kuno setelah mendapatkan Kristal Darah Murni. Tapi, darah kuno milik bangsa Harpy tercampur dengan semua kontaminasinya," Tymoral menjelaskan dengan cepat.     

Angele mengangguk dan ikut melihat ke laut, di mana dua kapal besar perlahan-lahan mendekati dermaga yang sama dengan Harapan.     

Pada salah satu kapal, terdapat simbol singa biru yang berhiaskan pola kapak. Para pelaut bekerja di atas dek kapal tersebut, sementara para wanita bangsawan berbincang-bincang di tepi kapal.     

"Dalam satu atau dua hari, kita akan tiba di Marua. Aku sudah meminta seseorang untuk mengirim pesan pada teman-temanku di sini. Mereka akan menjemput kita di dermaga. Aku akan mengenalkanmu dengan mereka di sana." Tymoral melihat Angele dan tersenyum.     

"Terima kasih." Angele mengangguk.     

"Ada yang ingin menemuiku, dan aku harus melihat jadwal hari ini. Selain itu, dua orang calon Penyihir bertengkar kemarin. Setelah urusanku selesai, akan kuurus mereka."     

"Tentu."     

"Baiklah." Tymoral mengangguk dan berjalan menuruni tangga.     

Angele berdiri di atas dek dan menatap ombak yang berdebur di lautan.     

Tidak ada tukang cukur rambut di atas kapal, sehingga rambutnya semakin panjang hingga sampai ke bahunya. Dengan rambut panjang dan halus itu, Angele terlihat sangat mirip dengan sang Baron di masa mudanya.     

Ia mengambil sebuah botol kecil dari kristal dari kantongnya. Kristal itu sangat keras karena proses vulkanisasi. Botol itu dulunya digunakan untuk menyimpan Air Asu.     

Di dalam tabung kristal transparan itu, terdapat sedikit cairan berwarna ungu. Itulah dua tetes darah kuno yang berhasil dipisahkan Angele dari darah 15 mayat Harpy. Ia menghabiskan satu bulan penuh untuk bereksperimen, namun hanya itu yang bisa ia temukan.     

'Zero, ada informasi baru tentang efek darah kuno pada tubuhku?' tanya Angele.     

'Membutuhkan lebih banyak data untuk simulasi. Analisa kedua menghasilkan beberapa kemungkinan efek. Kemungkinan efek mutasi tubuh sebesar 43.21%. Kemungkinan tidak terjadi apa-apa adalah 16.5%. Kemungkinan terjadinya efek yang tidak diketahui adalah 40.29%.' Angele telah meminta Zero untuk menganalisa darah itu sebanyak dua kali, namun hasilnya tetap sama, sehingga ia tidak yakin apakah darah kuno itu dapat mempercepat peningkatan kekuatannya.     

Angele ingin segera menyuntikkan darah itu ke tubuhnya, namun ia tidak ingin berspekulasi. Ia ingin tahu efek darah itu yang sebenarnya sebelum mencobanya.     

'Aku harus mencari lebih banyak informasi sampai Zero bisa memberiku analisa yang lebih rinci.' Saat ini, penelitian darah kuno itu bukanlah prioritas utamanya, sehingga ia memutuskan untuk melanjutkan penelitian itu nanti. Ia berbohong pada Tymoral karena tidak ingin terlihat mencurigakan.     

Angele meletakkan tabung itu ke kantongnya dan berjalan kembali ke kabin.     

Keesokan harinya.     

Matahari perlahan-lahan menghilang di ufuk barat.     

Burung camar berwarna hitam dan putih beterbangan di bawah redupnya cahaya matahari. Seperti biasa, Pelabuhan Marua sangatlah sibuk. Banyak kapal yang masuk dan keluar pelabuhan. Sebuah kapal biru bercorak garis putih mengikuti sebuah kapal besar berwarna hitam ke tempat kosong di sisi kanan dermaga.     

Jangkar-jangkar yang berat dijatuhkan ke dalam laut. Banyak sekali orang-orang menunggu di dermaga. Sebagian dari mereka adalah para calon Penyihir yang menunggu kedatangan Harapan, dan sisanya hanyalah para penumpang biasa.     

Angele dan Tymoral berjalan menuruni tangga penumpang. Angele mengenakan jubah hitam, sementara Tymoral mengenakan jubah putih.     

Saat menginjakkan kaki ke tempat ini lagi, perasaan Angele menjadi bercampur aduk.     

"Setelah empat tahun, akhirnya aku kembali!" Ia mencium bau yang tidak asing di udara. Angin semilir bertiup, hingga membuat rambutnya melambai-lambai. Perlahan-lahan, ia berjalan maju.     

"Kau senang, kan? Kami mengubah rute demi dirimu." Tymoral menepuk pundak Angele.     

Mereka berjalan menuruni kapal, sehingga semua orang-orang di sana minggir untuk memberi jalan untuk mereka berdua. Beberapa orang bangsawan yang berpakaian mewah berjalan mendekati mereka.     

"Selamat datang di Marua, Master Tymoral. Sudah sepuluh tahun sejak kita terakhir bertemu. Kau benar-benar awet muda." puji seorang pria paruh baya berbadan tambun di depan. Ia tersenyum.     

"Justin, wajahmu sekarang mulai berkerut. Aku tidak menyangka jika kau akan menungguku di sini." Tymoral tertawa kecil.     

"Ini Master Angele. Aku harus menjemput para pendatang baru, jadi aku harus pergi sekarang. Kuharap kalian berdua bisa berteman baik." Tymoral memperkenalkan Angele kepada kedua bangsawan itu.     

Justin memicingkan matanya. Ia langsung mengerti siapa Angele sebenarnya setelah Tymoral memperkenalkan pemuda itu. Ia berbalik dan menatap Angele.     

"Selamat datang, Master Angele. Di sini terlalu ramai. Mari kita kembali. Aku telah mempersiapkan jamuan untuk Anda."     

Angele mengangguk dan tersenyum. "Terima kasih. Iya, disini terlalu ramai."     

"Silakan ikut kemari." Justin, bersama dengan para bangsawan lainnya, berjalan keluar dari pelabuhan, sementara Angele mengikuti mereka.     

Kebanyakan orang tidak mengerti apa arti jubah hitam yang dikenakan Angele, namun mereka mengerti bahwa Angele adalah orang penting setelah melihat perlakuan Justin padanya.     

Setelah berbicara pada Tymoral, para calon Penyihir segera naik ke kapal. Mereka semua tertawa-tawa dan berbincang-bincang, seolah mereka mempunyai cita-cita yang tinggi.     

Angele menatap mereka dan mengingat hari saat ia naik ke kapal untuk pertama kalinya. Seperti mereka, ia pun memiliki harapan yang tinggi, yang ingin ia wujudkan di dunia Penyihir.     

"Master Angele, apakah Anda akan tinggal di daerah ini untuk waktu yang lama?" tanya Justin.     

"Iya, aku akan kembali ke seberang lautan empat tahun lagi." Angele mengangguk dan menatap bayangan kapal yang semakin menjauh.     

"Sebenarnya, aku dari Kerajaan Rudin. Pangeran Justin, apakah Anda mengenal Profesor Adolf, pengajar bahasa di sekolah?"     

"Hmm..." Justin berpikir selama beberapa saat. Ia tidak tertarik pada orang-orang yang berperingkat lebih rendah dari Gubernur.     

"Maksud Anda... Wakil Gubernur Adolf?" tanya seorang bangsawan untuk membantu Justin menjawab pertanyaan Angele.     

"Wakil Gubernur?" Angele sedikit terkejut.     

"Aku tidak tahu. Profesor Adolf pernah mengajariku bahasa di sekolah, namun ia tidak pernah bilang padaku tentang jabatannya. Dia adalah seorang Wakil Gubernur?"     

"Dia adalah guru Anda?" Semua bangsawan di sana terkejut, sehingga mereka mulai memikirkan bagaimana mereka harus memperlakukan Adolf.     

"Ah, beliau adalah Gubernur Pelabuhan Marua." Justin menunjuk pria yang menjawab pertanyaan Angele.     

"Senang berkenalan dengan Anda," Angele tersenyum lembut.     

"Sama-sama!" Gubernur itu mengangguk dan menjawab dengan sopan.     

Angele makan malam bersama sang Pangeran di sebuah manor yang luas. Pangeran Justin menyuruh sekelompok pengawal untuk melindungi Angele di kota. Sebelum pergi untuk menghadiri pertemuan, Justin menyuruh seorang bangsawan bernama Rayben untuk melayani Angele.     

Setelah makan, Angele berangkat bersama Rayben dan para pengawal. Ia meminta kereta kuda dan memeriksa kembali lokasi rumahnya bersama Rayben. Manor sang baron masih berada di tepian kota itu.     

Angele duduk dalam sebuah kereta kuda perak yang berhiaskan dekorasi yang indah. Ia melihat keluar dari jendela. Di sisi kanan jalan, ada sebuah gedung berlantai tiga di tengah lapangan. Ada pagar-pagar hitam yang menunjukkan bahwa tempat itu adalah area privat.     

Musim semi telah dimulai. Para petani terus mencangkul ladang hingga malam.     

"Master, kita sampai di Manor Rio." Si kusir, Ksatria Lion, melapor dengan lantang.     

"Berhenti di pintu masuk." perintah Angele.     

Para pengawal berbaju zirah perak, yang mengikuti kereta kuda itu, memastikan bahwa rute perjalanan mereka aman. Ksatria Rayben memimpin rombongan. Ia mengenakan kemeja hitam dan mengendarai seekor kuda yang kuat.     

Suara-suara dari kereta dan para pengawal menarik perhatian semua orang di sana. Angele mengintip keluar dari jendela dan melihat orang-orang berjalan melalui pintu masuk. Pria yang berdiri di depan bertubuh kekar. Rambut cokelatnya tergerai di bahunya. Ada seorang wanita yang mengenakan terusan putih di sampingnya.     

"Ayah." Pria itu tidak asing bagi Angele.     

Ekspresi sang Baron terlihat sangat serius. Ia menatap kereta-kereta itu dan mengernyitkan alisnya sambil berbicara dengan orang-orang di sampingnya.     

Akhirnya, kereta kuda Angele berhenti. Ia pun membuka pintu.     

"Aku pulang..." Angele menutup matanya sesaat. Terdengar suara ringkikan kuda di depannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.