Dunia Penyihir

Perpisahan (2)



Perpisahan (2)

0"Para Bangsawan Dinasti tidak memiliki kekuatan spesial. Mereka hanya memiliki tubuh yang lebih kuat dari orang-orang pada umumnya. Ditambah lagi, kebanyakan dari mereka tidak suka belajar dan lebih memilih menghabiskan waktu mereka untuk bermain. Penyihir dengan potensi sihir yang tinggi biasanya memiliki hubungan darah dengan keturunan raja. Kurasa kau tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak menghubungi para Bangsawan Dinasti itu. Kau pasti adalah penyihir pertama dari keluargamu."     

Angele berpikir sejenak. Ia membayangkan apa yang akan terjadi setelah ia tiba di Pelabuhan Marua.     

"Oke, bantu aku menghubungi mereka." Angele tersenyum kecut.     

"Baiklah." Tymoral mengangguk. Ia tahu bahwa Angele tidak memiliki pilihan lain.     

"Aku punya teman-teman lama di negara asalmu, Aliansi Andes. Kau bisa turun dengan aman jika kau menyembunyikan identitasmu. Kaulah calon penyihir pertama dari Aliansi Andes yang berhasil menjadi Penyihir resmi dalam kurun waktu sepuluh tahun ini. Bahkan kau menjadi bagian dari Negara Penyihir Kegelapan. Hebat sekali."     

Angele tertawa.     

"Aku hanya beruntung, haha. Aku hampir lupa, namun waktu aku pergi, Kerajaan Rudin dan Kerajaan Saladin masih berperang. Apa kau memiliki informasi terbaru tentang itu?"     

"Zaman sudah berubah. Tidak banyak anggota keluarga Kerajaan Rudin yang masih hidup, sehingga Kerajaan Saladin menggunakan kesempatan itu untuk menyerang. Mereka pasti memenangi perang itu. Kudengar, beberapa anggota keluarga Kerajaan Saladin sedang belajar sihir di daerah ini. Walaupun mereka masih belum menjadi Penyihir resmi, mereka masih jauh lebih kuat ketimbang prajurit terkuat dari Kerajaan Rudin," Tymoral menjelaskan.     

"Eh, untuk apa kita menghabiskan waktu untuk membicarakan manusia biasa yang bahkan tidak bisa menerima satu serangan partikel energi? Mari kita membahas yang lain."     

Angele mengangguk. Mereka mulai membicarakan perbedaan struktur antara sihir energi positif dan sihir energi negatif. Mereka juga saling bertukar pendapat tentang kemiripan antara sihir-sihir dari berbagai kategori.     

Mereka berdua mengenal Master Liliana, dan mereka berdua masih belum mencapai tingkat Gas, sehingga mereka bisa membicarakan berbagai hal.     

Saat kapal itu akhirnya tiba di pantai, persahabatan mereka sudah terjalin. Angele juga telah mempelajari beberapa informasi dasar dari Tymoral.     

Kapal itu berhenti di tepi pantai dan melemparkan jangkar. Tangga untuk menaiki kapal diturunkan oleh para pekerja. Seorang gadis berbalut terusan hitam berlari menuruni tangga dengan cepat. Sepertinya, gadis itu adalah salah satu calon Penyihir penumpang kapal itu.     

Melihat kedua penyihir sedang berdiri di pantai, gadis itu segera mendekat. Ia meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya dan menekuk lututnya sedikit. Sepertinya, gadis itu sedang menghormat pada mereka, namun Angele tidak tahu dari mana asal gaya itu.     

"Tunggulah di dekat penanda jalan di hutan, seseorang akan menjemputmu." kata Tymoral dengan santai.     

Angele melirik gadis calon Penyihir itu. Gadis itu hanyalah seorang calon penyihir dengan potensi sihir tingkat dua, sehingga ia tidak tertarik. Setelah gadis itu pergi, seorang pria berjubah hitam berjalan turun dari tangga.     

"Ramsoda, ya? Kalian yang menjadi ketua operasi kali ini?" Pria itu melihat jubah Angele dan Tymoral.     

"Tymoral, aku pergi sekarang. Aku sudah menghabiskan terlalu banyak waktu di kapal."     

"Akan kuurus sisanya," Tymoral mengangguk. Wajahnya tanpa ekspresi.     

Pria itu ikut mengangguk. Ia mengenakan tudung jubahnya dan segera berjalan pergi.     

"Ayo kita naik dan memeriksa ruangan mesin terlebih dahulu," Tymoral berkata pada Angele. Ekspresinya sekarang jauh lebih santai ketimbang saat ia berbicara pada pria itu. Sepertinya, Tymoral tidak menyukai pria tadi.     

"Baiklah," Angele mengangguk. Ia mengikuti Tymoral memasuki kapal yang kosong itu.     

Kapal itu sangat besar, mirip dengan kapal yang ditumpanginya saat pergi ke tempat ini. Satu-satunya perbedaan hanyalah kedua bangunan di atas dek itu. Kedua bangunan itu terlihat sekecil semut jika dibandingkan dengan ukuran seluruh dek.     

Mereka berjalan cepat menuruni tangga, hingga akhirnya sampai ke ruang mesin. Ruangan itu sangat gelap, namun saat Tymoral menjentikkan jarinya, dua baris obor menyala dan menerangi seluruh tempat itu.     

Ruangan itu berukuran sebesar lapangan sepak bola. Akhirnya, Angele menyadari bahwa lantai ruangan itu adalah punggung dari beberapa ekor ikan raksasa berwarna biru tua.     

Ikan-ikan itu memiliki panjang lebih dari sepuluh meter. Tubuh mereka direkatkan pada bagian bawah kapal. Sebuah lapisan tipis cairan melapisi punggung ikan-ikan itu, sehingga tidak ada air yang masuk ke dalam kapal.     

Ikan-ikan itulah mesin yang menggerakkan kapal tersebut. Saat Angele melihat mereka dengan teliti, ia melihat bahwa mata ikan-ikan itu terlihat buram dan tidak cemerlang. Sepertinya mereka sedang dikendalikan oleh sihir atau metode tertentu. Bentuk ikan itu mirip dengan lumba-lumba, namun ukurannya jauh lebih besar.     

Tymoral tersenyum dan menunjuk ke arah ikan-ikan tersebut.     

"Ikan-ikan ini telah diperkuat dengan partikel energi. Mereka adalah penggerak kapal ini. Otot mereka juga telah diperkuat dengan sihir gelap, sehingga mereka bisa bertahan bertahun-tahun di laut tanpa kelelahan ataupun terluka.     

Angele mengangguk sambil tersenyum. "Teknik yang hebat."     

Tymoral melanjutkan, "Nama kapal ini adalah Masa Depan. Sekarang, akan kujelaskan prosedur perjalanan ini. Pertama-tama, kita harus menjemput orang-orang yang ingin pergi ke negeri lain di dermaga selanjutnya. Kebanyakan dari orang-orang itu adalah calon Penyihir yang kehilangan harapan untuk maju. Setelah itu, kita akan memperbaiki kapal dan mempekerjakan beberapa pelaut untuk menyembunyikan tujuan perjalanan ini yang sebenarnya. Kau setuju dengan rencana ini, kan?"     

"Tentu saja," jawab Angele tanpa ragu.     

"Namun, aku harus mengambil dan membawa barang-barangku naik ke kapal dulu."     

"Aku bisa membantumu melakukan itu, jangan khawatir." Tymoral tertawa kecil.     

"Terima kasih." Angele pergi menaiki tangga.     

Satu hari kemudian.     

Di bawah kendali Tymoral, kapal bernama 'Masa Depan' itu mulai berjalan mengikuti rute yang telah ditentukan.     

Dalam dua hari, mereka akan tiba di dermaga selanjutnya.     

Ramsoda adalah tempat terakhir, karena itulah tempat tinggal para Penyihir Kegelapan. Selain itu, nama lain Ramsoda adalah 'Alkenhain', yang memiliki arti 'di mana matahari terbit'. Ini cukup jauh dari teritori organisasi penyihir lain.     

Dermaga Nick berada di seberang dermaga selanjutnya, sehingga akan membutuhkan waktu beberapa tahun untuk pergi ke dermaga itu dengan rute darat.     

Angele berdiri di atas sisi kanan kapal.     

Langit yang tak berujung membentang sangat luas seperti batu safir raksasa. Burung-burung camar putih beterbangan di udara, dan angin laut berbau amis khas ikan meniup rambutnya kemana-mana. Angele meletakkan tangannya pada pegangan kapal. Ia melihat pemandangan di laut.     

Angele melihat dua kapal besar. Dua kapal itu dihubungkan dengan jembatan kayu Ada dua pelaut yang bertarung satu sama lain dengan pedang masing-masing.     

"Bajak laut sedang merampok kapal berpelindung milik pedagang. Itu pemandangan yang biasa di sini." Tymoral berjalan mendekati Angele.     

"Jangan khawatir, mereka tidak akan berani menyerang kita. Kudengar, Kastil Taring Putih telah membuat sebuah unit kelautan untuk membunuh para bajak laut itu."     

Mendengar penjelasan Tymoral, Angele mengangguk, namun tidak menjawab. Perlahan-lahan, kapal mereka pergi semakin jauh, hingga kedua kapal itu menghilang dari pandangan mereka.     

Saat siang hari kedua, akhirnya mereka tiba di dermaga tujuan mereka.     

Dermaga Elang Laut, tempat di mana Yuri dan beberapa calon penyihir lain turun, merupakan teritori Kastil Taring Putih dan Menara Enam Cincin.     

Banyak orang berjalan naik ke kapal: 30 orang pelaut dan sepuluh orang calon penyihir. Mereka semua ingin kembali ke kampung halaman masing-masing.     

"Cepatlah! Iya, kau, angkat buah-buahan dan rotinya!" Seorang pria botak, yang berjanggut tebal dan bertelanjang dada, berteriak-teriak di samping Tymoral.     

"Baik, baik! Kita tidak tuli!" teriak seorang pelaut.     

"Kemarilah, aku butuh bantuan! Kotak ini berat sekali!"     

"Hey! Ikat tali itu lebih erat lagi!"     

"Sialan, Cage! Minggirlah!"     

Tempat itu sangat ramai. Lebih dari sepuluh kapal berlabuh di dermaga yang berbentuk seperti kerang itu, namun semua kapal itu, termasuk kapal yang cukup besar, masih lebih kecil ketimbang kapal yang mereka tunggangi.     

Beberapa orang berpakaian bangsawan menyapa Tymoral dengan sangat hormat, sementara para pelaut terus mengangkat barang-barang ke atas kapal. Mereka menyuruh para pelayan pribadi mereka untuk membawa masuk tong-tong berisi air bersih.     

Orang-orang berteriak-teriak dengan dialek dan bahasa yang berbeda sambil mengibaskan tangan mereka ke sana kemari. Angele tidak dapat mengerti perkataan mereka. Ada sekitar empat puluh orang sedang berdiri di jembatan kapal, sehingga tempat itu terasa penuh sesak.     

Terlihat kereta-kereta kuda dan pejalan kaki sedang beraktivitas di jalanan. Orang-orang di sana berbincang-bincang dalam bahasa yang aneh. Walaupun ia tidak mengerti bahasa mereka, Angele menjadi senang setelah mengunjungi tempat yang riuh seperti ini.     

Tiba-tiba, kelompok orang-orang itu memisahkan diri menjadi dua bagian. Mereka memberi jalan bagi para penumpang kapal.     

Sekitar sepuluh orang, dengan baju yang berbeda-beda, berjalan naik ke kapal. Angele dapat merasakan partikel-partikel energi mereka. Ada beberapa penumpang berumur pertengahan 30 tahun, namun ada juga orang-orang tua dengan rambut putih yang berantakan.     

Mereka berjalan mendekati Tymoral dan membungkuk hormat. Tymoral menunjuk ke arah kapal. Ekspresinya tidak terlalu peduli.     

Setelah mendengar perintah Tymoral, para penumpang itu segera naik ke kapal. Saat Angele melihat mereka sekilas, ia melihat wajah yang tidak asing.     

Seorang gadis cantik berambut hitam dengan kuncir kuda menatapnya dengan bingung. Gadis itu mengenakan pakaian hitam untuk berpedang.     

"Apa yang sedang kau lihat! Vel!" Seorang wanita paruh baya mendorong punggung gadis itu.     

"Jangan menatap seorang Penyihir resmi seperti itu," bisiknya.     

Gadis itu kembali melihat ke depan dan mengikuti semua penumpang lain ke dek kapal. Angele mengenal gadis itu. Ia adalah Velvet, gadis berpotensi tingkat 1 yang ia temui saat dalam perjalanan menuju Ramsoda.     

Sepertinya, gadis itu telah gagal naik peringkat, sehingga ia harus kembali ke keluarganya.     

Calon penyihir terkuat pada kelompok itu hanyalah tingkat dua. Angele bisa mengetahui kekuatan mereka hanya dengan melihat sekilas. Ia juga mengetahui bahwa Velvet masih berada di tingkat satu setelah bertahun-tahun berlatih. Satu-satunya perkembangannya adalah jumlah partikel energi yang mampu dikendalikan gadis itu.     

Tempat itu terlalu ramai, sehingga Angele memutuskan untuk berbicara dengan Velvet nanti. Ia ingin tahu bagaimana kabar murid-murid lain yang ia temui di kapal waktu itu. Dalam dua jam, para pelaut selesai mengangkat barang-barang. Kapal itu kembali berlayar menuju dermaga selanjutnya.     

Tok! Tok!     

"Siapa?" Angele meletakkan pulpen bulunya dan memindahkan lampu minyaknya dari kertas sebelum menjawab itu.     

"Ini aku…" Terdengar suara malu-malu dari luar pintu.     

Angele mengernyitkan alisnya. Saat ini, ia sedang berusaha memperkuat Sihir Logam-nya. Ditambah lagi, hari sudah sangat malam, sekarang sudah pukul dua pagi.     

Ia sangat tidak suka jika diganggu saat sedang berpikir.     

"Masuklah." jawab Angele dengan lirih seraya menunjuk ke arah pintu. Cahaya hijau muncul dari ujung jarinya dan membuka kunci pintu tersebut.     

Pintu kayu coklat itu terbuka, sehingga angin dingin yang menyegarkan bertiup masuk ke ruangan. Sosok berjubah kelabu berjalan masuk dan menutup pintu itu.     

"Kau?" Angele sedikit terkejut.     

"Iya, ini aku, Velvet. Aku tidak tahu apakah kau masih mengenalku." Gadis itu membuka tudung jubahnya dan memperlihatkan wajah yang datar tanpa ekspresi.     

"Mengapa kau datang ke sini? Hari sudah sangat malam, jadi aku mau berbicara denganmu besok." Angele mengusap dahinya. Ia sedikit kelelahan.     

BRAK!     

Tiba-tiba, Velvet bersujud, hingga kepalanya membentur lantai.     

"Kumohon! Master Angele, kita dulu dari kapal yang sama. Tolong angkat aku sebagai budakmu!" Gadis itu tidak mengangkat kepalanya, sehingga Angele tidak tahu ekspresi wajahnya, namun suara gadis itu terdengar gontal.     

"Kau ingin menjadi pelayanku?"     

"Iya!" Velvet mengangkat kepalanya dan menatap Angele. Berbagai perasaan yang bercampur aduk di mata gadis itu.     

"Aku menghabiskan 4 tahun di Menara Enam Cincin, dan sekarang aku sudah berumur 20 tahun, sehingga aku tidak mungkin bisa menjadi Penyihir resmi. Aku berencana untuk kembali ke rumah dan menjadi seorang Ksatria, namun tidak kusangka aku akan bertemu denganmu… dan kau sudah menjadi seorang Penyihir…" Velvet tidak tahu bagaimana seharusnya ia berbicara pada Angele. Dulu, ia memilih untuk menjadi calon Penyihir dan tidak menerima Life Energy Seed, namun sekarang, ia tidak akan menjadi seorang Ksatria tingkat atas tanpa bantuan seed itu. Sementara itu, Angele memiliki potensi sihir tingkat 2, namun ia dapat melampaui batas hanya dalam empat tahun, sehingga Velvet melihat temannya itu dengan perasaan iri bercampur kagum.     

Dahulu, Velvet bertengkar dengan Angele, namun sekarang, ia bersujud pada Angele dan memohon agar pemuda itu menerimanya. Ia merasa malu karena hal itu, hingga wajahnya memerah. Ia harus tahu bagaimana cara Angele meningkatkan kemampuannya dan menjadi Penyihir secepat itu, karena itulah harapan terakhirnya. Gadis itu harus mengesampingkan harga dirinya dulu.     

"Berdirilah dulu." Angele mengernyitkan alisnya.     

Velvet berdiri. Gadis itu tidak mengenakan pakaian berpedang yang biasa dikenakannya.     

Ia mengenakan baju zirah ketat, sehingga dadanya yang besar dan indah terlihat dengan jelas. Rok pendeknya bahkan nyaris tidak menutupi pahanya, sehingga pahanya yang berbalut stocking sutra terlihat semakin cantik.     

"Kau ingin membuatku menggodaku dengan mengenakan pakaian seperti itu?" Angele melirik gadis itu.     

Velvet menunduk. Ia tidak menjawab pertanyaan Angele, namun ia mengangguk.     

Angele sadar bahwa jika ia menyanggupi permintaan gadis itu, gadis itu akan memenuhi semua keinginannya malam ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.