Dunia Penyihir

Pembalasan (Bagian 1)



Pembalasan (Bagian 1)

0Dalam terowongan bawah tanah itu, hanya ada cahaya obor yang tergantung pada dinding cokelat untuk menerangi lorong jalan. Bayangan hitam menyelimuti celah-celah di antara masing-masing obor.     

Angele berjalan menyusuri lorong. Ia telah mengenakan jubah hitam barunya. Ia menundukkan kepala. Titik-titik cahaya biru bersinar di matanya, yang menunjukkan bahwa ia sedang menganalisa sesuatu.     

Setelah sepuluh menit, terdengar suara orang yang sedang mengobrol di depan. Mereka sedang berjalan mendekatinya, sehingga suara mereka semakin jelas.     

Dua calon penyihir berbalut jubah kelabu muncul dari ujung lorong di depan. Mereka sedang tertawa-tawa sambil mengobrol, namun mereka terdiam saat melihat jubah hitam Angele.     

Angele melirik mereka berdua. Ternyata mereka adalah calon penyihir lelaki dan perempuan. Mereka berdua menunduk dan berdiri di samping lorong. Mereka tidak ingin menghalangi jalan seorang Penyihir resmi.     

"Departemen Konjurasi ada di depan, kan?" Tiba-tiba, ia bertanya.     

"Iya," calon penyihir lelaki itu segera menjawab, "Ruang guru juga ada di depan. Apakah kau kesini untuk berbicara dengan Master Angola?"     

"Master Angola sedang mengajar hari ini?" tanya Angele.     

"Iya, sepertinya kelasnya baru saja mulai," jawab si calon Penyihir wanita.     

"Terima kasih." Angele mengangguk. Ia berbalik dan melanjutkan perjalanan.     

Kedua calon itu baru bernafas lega setelah bayangan Angele menghilang di ujung lorong.     

"Aku jarang melihat Penyihir resmi berjalan-jalan di lorong saat jam pelajaran. Kuharap kita tidak membuatnya marah," kata si calon Penyihir lelaki seraya menghela nafas lega.     

"Sepertinya tidak." jawab si calon penyihir wanita. Sesaat, keraguan tampak di wajahnya.     

"Ayo kita kembali ke kamar saja. Sekolah masih kosong, dan tidak banyak orang di daerah asrama. Tempat itu akan membuatku merasa lebih baik." usul si calon Penyihir lelaki.     

"Baiklah," Mereka mempercepat langkah masing-masing dan berjalan ke arah berlawanan.     

********************     

Di lorong kelas Departemen Konjurasi.     

Angele berjalan memasuki sebuah lorong yang panjang. Terdapat sekitar sepuluh ruang kelas yang sama di sisi kiri, dan beberapa kelas sangatlah riuh.     

Salah satu kelas baru saja selesai, sehingga terlihat beberapa calon penyihir berjalan keluar dan saling berbisik dari kelas yang ribut itu. Beberapa murid berjalan ke toilet, sementara sisanya berjalan kembali ke kamar asrama masing-masing.     

Saat melihat Angele lewat, para calon penyihir itu memelankan suara mereka. Jubah hitamnya membuat para calon penyihir menghormatinya.     

Seorang Penyihir laki-laki yang berbalut jubah putih berjalan keluar dari kelas. Wajahnya terlihat ragu setelah melihat wajah Angele.     

"Siapa kau?" tanya pria itu.     

"Namaku Angele, murid Liliana dari Fakultas Nekromansi," Angele mengangguk hormat.     

"Namaku Angola, dari Departemen Konjurasi. Cara membaca nama kita sangat mirip." Pria itu tertawa. Ia berkulit gelap, dan wajahnya terlihat biasa saja, namun sepertinya ia adalah orang baik.     

Angele maju selangkah, membungkuk hormat, dan melanjutkan pembicaraannya, "Master Angola, kudengar kau memiliki catatan tentang semua sihir yang digunakan di sekitar sekolah, kan? Dapatkah aku melihat catatan itu?"     

"Yah, kalau kau ingin melihat catatan itu..." Angola mengernyitkan alisnya.     

"Aku punya izin dari Master Liliana," potong Angele sambil tersenyum.     

"Bagus, Liliana memang memiliki hak untuk memeriksa catatan itu," Angola balas tersenyum, "Kemarilah."     

"Terima kasih." Angele mengangguk.     

Angola berjalan di depan, sementara Angele mengikutinya dari belakang. Mereka berjalan keluar lorong. Terdengar obrolan para calon penyihir dari belakangnya.     

Salah satu calon Penyihir wanita, yang bertubuh yang menarik, berjalan keluar dari kelas. Melihat Angele mengobrol dengan Angola membuatnya sedikit terkejut.     

'Itu dia! Calon penyihir dengan pandangan tajam yang kita temui di taman beberapa waktu lalu!' Wanita itu mengingat kejadian di dekat danau sekolah. Saat itu, ia bersama teman-temannya melihat seorang calon penyihir tingkat 3 dengan kekuatan mental yang sangat tinggi di seberang danau.     

'Dia sudah melampaui batasnya?! Bagaimana mungkin...' Gadis itu terdiam. Perasaannya bercampur aduk antara iri dan kagum.     

Angele terus mengikuti Angola melewati area layanan ke sebuah lorong gelap yang ditutupi pelindung tipis berwarna merah. Pelindung merah itu menutupi sebagian lorong di depan mereka.     

Angola langsung melewati pelindung itu. Cahaya merah menyinari tubuhnya, dan ia bisa lewat dengan mudah. Angele mengikutinya, sehingga cahaya hitam menyelimutinya, namun ia pun juga melewati pelindung itu dengan mudah.     

Dinding lorong masih terbuat dari bata berwarna cokelat, namun Angele tahu bahwa ia telah memasuki tempat yang hanya diperuntukkan untuk para Penyihir sejati.     

Aturan yang ketat membatasi hak-hak para calon Penyihir di sekolah. Menurut Panduan Penyihir, di sekolah ini ada area besar yang hanya bisa dilewati penyihir sejati. Ada lorong-lorong untuk keluar ke permukaan tanah. Itulah mengapa kebanyakan calon penyihir tidak pernah melihat penyihir sejati - kebanyakan dari mereka lebih suka tinggal di tempat yang disediakan khusus untuk mereka.     

"Kupikir kau sudah tahu bahwa kita kehilangan banyak penyihir dalam perang melawan Aliansi Utara, jadi sekarang lorong utama sepi. Area utama ini besarnya seukuran kota rata-rata, namun sekarang hanya ada 40 penyihir yang tinggal di sini. Lagipula, kebanyakan dari mereka sibuk melakukan penelitian..." Angola menggerakkan bahunya.     

"Sebenarnya, aku tidak tahu. Aku baru saja menjadi Penyihir," Angele tersenyum.     

"Benarkah?" Angola berbalik dan menatap Angele, "Hebat sekali... Kekuatan mentalmu telah nyaris mencapai tahap pemuaian, hingga kukira kau orang tua dengan tubuh seperti anak muda. Kau tidak bercanda, kan? Jadi, tubuhmu sekarang masih lemah. Pantas saja."     

"Pemuaian Mental?" tanya Angele dengan bingung. "Tidak ada informasi tentang hal ini di Buku Panduan Penyihir."     

"Iya, itu adalah istilah umum bagi para penyihir. Kekuatan mentalmu mengeras saat pertama kalinya kau membuat sihir yang akhirnya menjadi Mantra Pasif-mu. Namun, hal itu hanya terjadi saat pertama kali kau melampaui batasmu. Jika kau ingin meningkatkan kekuatanmu sebagai Penyihir, kau harus bermeditasi dan membuat Pola Mantra baru. Kukira kau sudah tahu." Angola berhenti sejenak, sebelum melanjutkan. "Setelah kekuatan mental-mu mengeras, kau harus mulai lagi dari awal. Ini akan lebih sulit dari kali pertama karena kebanyakan penyihir tidak lahir dengan kekuatan mental yang tinggi. Setelah kali kedua, kau harus mengulang lagi proses itu. Ketiga, keempat, kelima... Setiap pengulangan, kau harus mengulang dari awal, sehingga butuh waktu lama."     

"Namun, kau bilang bahwa kekuatan mentalku sudah memuai?" tanya Angele.     

"Iya, kukira kau sudah tahu... Mental yang telah memuai memiliki kemampuan spesial." Angola menatap Angele. Ia masih tidak percaya bahwa Angele tidak tahu sama sekali tentang hal ini. "Kau baru saja melampaui batasmu, namun kau sudah mendapatkan mental yang memuai sebagai tambahan. Jujur saja, aku iri padamu. Pemuaian, Pencairan, dan Kristalisasi adalah tiga tingkatan yang pasti kau alami dalam perjalananmu di dunia sihir. Tidak ada cara singkat untuk mencapainya. Ramuan tidak akan bisa menolongmu, tapi malah akan menghalangimu, sehingga kau harus melakukan semua itu sendiri secara perlahan. Jangan pernah bertarung demi hal yang tidak penting, dan jangan pernah membuang-buang benda langka. Jika tidak, perkembanganmu akan terganggu. Kebanyakan penyihir bergantung pada Mantra Pasif mereka, sementara yang lainnya membayar orang untuk bertarung ataupun membuat benda-benda yang mereka butuhkan."     

"Aku mengerti," Angele mengangguk. "Master Liliana tidak pernah mengatakan ini sebelumnya. Lain kali, saat kita bertemu, akan kutanyakan padanya."     

"Benarkah? Itu bukan kesalahan gurumu, menjelaskan hal itu sangat rumit dan sulit, sehingga membutuhkan waktu lama." jawab Angola sambil terus berjalan. "Kita mengukur tingkatan Penyihir dengan memeriksa tingkat sihir yang mereka gunakan. Beberapa penyihir mencoba mempersiapkan sihir tingkat tinggi sebelum pengukuran, namun sihir tingkat tinggi membutuhkan perhitungan yang terlalu rumit, hingga kekuatan mental mereka bisa menurun, bahkan mereka bisa mati, jika mereka mencoba melakukan itu. Ini semua pengetahuan umum, cepat atau lambat kau akan mengerti."     

"Terima kasih atas penjelasannya," Angele berterima kasih karena keramahan Angola. "Jadi, berdasarkan yang tertulis di buku, ada banyak Penyihir tingkat tinggi di sekolah kita, kan?"     

"Maksudnya? Untuk kita, penyihir tingkat 3 adalah penyihir tingkat tinggi. Untuk penyihir tingkat 3, penyihir tingkat 5 adalah penyihir tingkat tinggi. 'Tingkat tinggi' itu hanyalah konsep." Angola senang mengobrol dengan Angele. Ia mau berbagi informasi dengannya.     

"Guru-guru di sekolah ini, termasuk gurumu, Liliana, semuanya adalah Penyihir tingkat 1, namun kekuatan mereka berbeda-beda. Pada umumnya, mereka memiliki harapan hidup sekitar 300 tahun."     

"Sebenarnya, sesulit apa percobaan membuat pola mantra kedua?" Angele sedikit terkejut.     

"Sangat sulit. Jika kau bisa naik tingkat dalam 40 tahun, kau akan menjadi penyihir tingkat tertinggi di sekolah. Liliana dan si pembaca pikiran adalah dua Penyihir terkuat di sekolah, karena mereka mengetahui banyak mantra dan memiliki berbagai bakat tersembunyi, namun mereka pun masih belum mendekati tingkat dua. Sepertinya, hanya pemimpin sekolah yang bisa mencapai tingkat 2 suatu hari nanti."     

"Bagaimana dengan penyihir tingkat 7 yang kubaca di buku..." perkataan Angola membuat Angele heran.     

"Sekarang, zaman sudah berbeda, karena sumber daya menjadi semakin sedikit. Saat ini, mungkin kau bisa menemukan penyihir tingkat 3 dan 4 di gua antah berantah, tapi kalau tingkat 7… Kau pernah membaca buku novel fantasi? Mereka seperti pahlawan legenda di buku-buku itu." Angola tersenyum.     

"Saat membaca tabel peringkat waktu itu, kukira penyihir tingkat 2 dan 3 sangat mudah ditemukan..." Angele mengernyitkan alisnya, "Jadi, Aliansi Utara, Santiago, dan semua organisasi lainnya sama seperti kita, hanya memiliki Penyihir tingkat 1?"     

"Mereka pasti memiliki Penyihir tingkat dua. Semua organisasi Penyihir memiliki senjata pamungkas masing-masing. Tabel peringkat itu ditulis sekitar seribu tahun lalu." Angola berhenti di depan pintu kayu dan membukanya.     

"Tabel itu ditemukan di reruntuhan, dan ditulis oleh entah siapa. Tabel itu disimpan sebagai informasi dasar di perpustakaan. Jangan terlalu mempercayainya."     

Angola dan Angele berjalan masuk. Ruangan itu sangat gelap, dan dindingnya terlihat seperti cermin. Bayangan mereka berdua terlihat di atas dinding-dinding itu.     

"Waktu dan tempat?" tanya Angola.     

"Um... Tiga hari sebelum aku kembali ke sekolah, jadi sekitar 16 hari lalu." Angele langsung menjawab.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.