Dunia Penyihir

Petualangan (Bagian 2)



Petualangan (Bagian 2)

0Pola mantra yang tertulis pada buku itu bernama Belitan Pelindung. Sihir tersebut dapat digunakan dengan partikel energi apa pun, namun masing-masing versi akan memiliki efek berbeda, karena sihir ini membutuhkan dua macam partikel energi. Kedua partikel itu akan bertabrakan dan membentuk medan pelindung yang dapat melindungi pengguna dari serangan energi dan serangan kontak fisik. Itulah sihir yang Angele pilih dari beberapa tawaran Delanya saat menghubungi wanita itu beberapa waktu lalu.     

"Banyak penyihir yang memilih sihir ini sebelum mencoba melampaui batasnya, namun kebanyakan dari mereka gagal. Untuk menggunakan sihir ini, kau harus bisa menguasai dua macam partikel energi, sehingga sihir ini sangat mempengaruhi masa depanmu sebagai penyihir. Namun, pada akhirnya, keputusan ada di tanganmu. Aku menghormati keputusanmu, apa pun itu." Delanya menyarankan.     

"Aku mengerti." Angele mengangguk. Ia telah mengerti pentingnya fokus pada satu tipe partikel energi, namun saat ini ia sangat mengerti tentang partikel energi Api dan Angin. Jadi, ia memutuskan untuk mempelajari keduanya menggunakan pola mantra pemberian Delanya.     

Setelah melihat Sihir Logam milik Aqua, Angele tiba-tiba menemukan kemungkinan untuk bisa membuat teknik bertarung yang sesuai untuknya. Itulah alasan utama mengapa ia tidak membunuh Aqua.     

Ia ingin mencampurkan sihir Belitan Pelindung dengan Medan Bersuhu Tinggi, kemudian ia akan memperkuat kombinasi itu dengan Sihir Logam setelah memahami dasar keduanya. Ia ingin menciptakan Mantra Pasif pelindung spesial yang akan memperkuat senjata dan perlengkapannya secara otomatis. Jika ia mengayunkan pedang crossguard-nya setelah menggunakan mantra itu, akan muncul banyak duri dari ujung pedangnya. Saat musuh menghindari serangannya, ujung pedangnya akan berubah bentuk dan melancarkan serangan mendadak pada musuh. Jika ia menembakkan panah logam ke arah musuh, panah itu akan berubah menjadi banyak sekali duri-duri logam saat melesat di udara…     

Jika ia berhasil menciptakan sihir seperti itu, tidak akan ada musuh yang dapat memperkirakan serangan selanjutnya, sehingga kekuatan bertarungnya akan menjadi jauh lebih baik. Mungkin, inilah cara terbaik untuk menggunakan Sihir Logam.     

Menggunakan Sihir Logam tidaklah mudah, karena sihir itu membutuhkan banyak energi. Pola mantranya pun sangat sulit dipahami, sehingga taktik terbaik bagi Angele adalah membuatnya menjadi Mantra Pasif spesial. Mantra ini akan membantu Angele dalam menyerang dan bertahan. Logam anti sihir dari Claw Slime-nya mempunyai ketahanan sihir yang tinggi, sehingga sangat bagus untuk dijadikan bahan Sihir Logam.     

Angele berpikir selama beberapa saat, sebelum akhirnya sadar bahwa Delanya sedang menunggunya.     

Ia tersenyum. Ekspresinya penuh rasa bersalah, "Maaf, aku agak bingung."     

"Tidak apa-apa. Satu hal lagi." Delanya mengambil beberapa gulungan dari kantongnya. Ketiga gulungan cokelat itu diikat dengan tali hitam, "Ini resep ramuan yang kau minta. Itu semua hanya resep tingkat rendah, namun hanya itu yang kupunya."     

"Tidak apa-apa. Terima kasih." Angele mengambil ketiga gulungan itu dan membukanya.     

Di dalam ketiga gulungan itu, tertulis tiga resep ramuan dasar: Bubuk Penidur, Penetral Jacqueline, dan Suara Hantu.     

Bubuk Penidur adalah ramuan yang digunakan Delanya untuk membuat semua orang di Kota Moss tertidur. Penetral Jacqueline digunakan sebagai penetral ramuan. Saat reaksi ramuan terlalu kuat dan rawan meledak, ramuan penetral itu akan mengurangi reaksi dan mengurangi kemungkinan terjadinya ledakan.     

Suara Hantu adalah ramuan yang bisa digunakan untuk menyimpan pesan suara. Satu botol ramuan dapat menyimpan pesan selama satu sampai lebih dari sepuluh tahun, tergantung kualitas ramuannya.     

Angele tertawa kecil setelah membaca resep ramuan Suara Hantu itu, "Kudengar, dua ratus tahun lalu, ramuan Suara Hantu buatan bangsa Siren sangatlah terkenal di dunia penyihir."     

"Resep ini berbeda dengan resep Suara Hantu yang digunakan bangsa Siren. Aku menyukai suara mereka." Delanya tersenyum. "Sekarang, mereka telah punah, dan satu-satunya cara bagiku untuk mendengarkan nyanyian mereka adalah dengan menggunakan ramuan Suara Hantu ini. Untungnya, ramuan ini bertahan selama bertahun-tahun sebelum mengering. Jika tidak, aku tidak akan bisa mendengarkan suara-suara indah itu lagi.     

"Setuju." Angele mengikat kembali ketiga gulungan itu dan meletakkannya ke dalam kantongnya.     

"Kita telah menghabiskan terlalu banyak waktu di sini. Terima kasih telah membawakan semua benda ini untukku."     

"Sama-sama. Kau telah menyelamatkan nyawaku waktu itu." Delanya berhenti tersenyum. Ekspresi wajahnya terlihat tenang.     

"Jika kau membutuhkan sesuatu yang lain, hubungi saja aku melalui teleskop itu. Sampai jumpa." Delanya mengenakan kembali tudungnya dan menunduk.     

"Sampai jumpa. Jika kau membutuhkan bantuan, katakan saja." jawab Angele. Ia tetap berdiri di sana dan menatap Delanya pergi meninggalkan gang kecil itu.     

Ia menggosok perlahan kantong berisi Air Asu di pinggangnya. Ia tak bisa menahan tawanya. Ia berdiri di sana selama beberapa saat, sebelum akhirnya berjalan perlahan keluar dari gang itu dan kembali ke jalan utama yang masih ramai.     

Terlihat seorang penyair berbaju putih di tepi jalan yang sedang memainkan musik dengan harpa hitamnya. Musik itu terdengar menenangkan.     

Inilah kali pertama Angele melihat seorang penyair. Sebelumnya, ia mengetahui tentang para penyair saat berada di Pelabuhan Marua. Menurut informasi yang didengarnya, para penyair suka berpetualang, sehingga mereka selalu berpindah-pindah. Kebanyakan dari mereka sangat pandai bertarung. Mereka sangat disukai penduduk lokal karena mereka memiliki banyak cerita tentang petualangan mereka.     

Kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga bangsawan. Biasanya, mereka sangat ramah dan sederhana. Namun, tidak semua penyair adalah orang baik. Beberapa dari mereka mengarang cerita hanya untuk menarik perhatian orang-orang di sekitar.     

Penyair yang dilihat oleh Angele sedang duduk di bangku panjang dan dikelilingi anak-anak kecil. Terlihat beberapa orang dewasa ikut mendengarkan lagu sang penyair.     

"Ah~ Burung berkicau yang bertengger di semak belukar, sang kembang kerajaan, Putri Mirani. Ia menikah dengan Duke Lelouchlyn dari Santiago. Ia adalah wanita cantik dan elegan yang pernah kutemui di perayaan kerajaan, namun sekarang dia tidak lagi bersinar seperti permata. Ia telah menjadi kerikil yang menyedihkan dan terbuang. Mungkin, kesepian itulah takdirnya~ Takdir yang tidak adil dan menyedihkan~" Lagu itu berakhir.     

Angele mengernyitkan alisnya, dan bulu kuduknya berdiri. Suara penyair itu sangatlah feminin. Akhir lagunya terdengar sangat melengking. Sepertinya ia tenggelam dalam lagunya sendiri.     

'Jika semua penyair seperti dia, akan sangat menjijikkan…' pikir Angele.     

"Hebat! Lagu yang indah!" sorak para penonton.     

Wajah Angele berkedut. Ia terdiam mendengar sorakan anak-anak kecil dan beberapa orang dewasa di sana.     

Angele segera berjalan menjauhi penyair itu. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri jalan utama. Sepasang kekasih muda sedang menari di tengah kerumunan penonton. Para penonton bertepuk tangan dengan ritme tertentu. Mereka berteriak dengan bahasa aneh, sehingga Angele tidak mengerti.     

Sekelompok pria sedang mengikuti lomba minum bir yang disponsori oleh beberapa kafe lokal di kota. Semua peserta lomba duduk di depan meja panjang. Mereka terus meminum bir di gelas besar. Di tepi meja itu, banyak pecinta bir menyoraki mereka.     

Angele terus berjalan, dan akhirnya ia duduk di depan seorang pria tua yang sedang mengadakan pertunjukan boneka. Pria tua itu mengenakan pakaian linen abu-abu. Permukaan pakaiannya basah dengan minyak. Rambut putihnya acak-acakan, sehingga ia berbau tidak enak. Terkadang, pria itu tersenyum pada pejalan kaki dan mencoba menarik perhatian orang-orang yang melihatnya. Ada tali transparan yang terikat di buku-buku jarinya, sehingga ia dapat mengendalikan kedua boneka seukuran telapak tangan untuk saling bertarung.     

Boneka berbaju terusan putih berperan sebagai anak perempuan, sementara boneka berpakaian jas hitam berperan sebagai anak lelaki.     

Pria tua itu memainkan suaranya untuk kedua boneka itu saat Angele mendekatinya. Dua anak kecil yang duduk di samping melihat pertunjukannya dengan pandangan tertarik.     

"… Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia melihat Julia mengambil mainannya. Tidak! Julia! Jangan lakukan itu!" Si pria tua menirukan suara anak lelaki kecil.     

Pria itu memindahkan tali yang mengikat salah satu boneka dan berbicara dengan suara gadis kecil. "Mengapa? Mengapa tidak? Dia milikku, jadi mengapa kau memberikannya pada Adolf? Walaupun dia benar-benar menginginkannya, kau tidak bisa seenaknya…"     

Karena tidak tertarik dengan pertunjukan itu, Angele menggelengkan kepala dan pergi.     

Ia hanya ingin tahu bagaimana orang-orang di kota ini bersenang-senang, namun ia tidak menemukan kegiatan yang menarik. Ia pun memutuskan untuk segera kembali ke hotel.     

Sesampainya di hotel, ia mengemas barang-barangnya, membayar biaya hotel, dan segera pergi ke gerbang kota.     

Di samping gerbang kota, terdapat bangunan peternakan kuda. Terlihat beberapa orang pedagang sedang bernegosiasi dengan petugas peternakan, sementara pemilik peternakan sedang membantu seorang wanita bangsawan berbadan tambun membawa barang-barang bawaannya ke dalam kereta. Tempat itu sangat sibuk.     

Saat Angele mendekati peternakan itu, seorang petugas mendekatinya.     

"Apa yang Anda butuhkan? Kereta? Kereta kuda? Atau kau ingin mengirimkan benda-benda atau surat kepada seseorang." Petugas itu tersenyum.     

"Aku ingin membeli seekor kuda, agar perjalananku lebih cepat," jawab Angele.     

"Baiklah, ikutlah denganku. Akan kubantu Anda untuk memilih kuda yang sesuai untuk Anda." Mendengar bahwa Angele akan membeli kuda, petugas tersebut sangatlah senang. Penjualan kuda akan memberinya keuntungan yang lebih banyak, sementara peminjaman kereta kuda dan jasa pengiriman harganya sangat murah.     

Mendengar Angele ingin membeli kuda, dua orang petugas lainnya berjalan mendekati Angele. Salah satu dari mereka berwajah seperti seorang manajer. Mereka bertiga mengantar Angele ke halaman belakang.     

Setelah beberapa menit, Angele akhirnya memilih kuda hitam yang kuat. Warna kuda itu berbaur dengan gelapnya malam, sehingga baik untuk perjalanan saat gelap. Ia akan sulit dideteksi oleh musuh.     

"Hati-hati di jalan!" teriak manajer itu sambil tersenyum lebar.     

Angele mengangguk dan menarik tali kekang kuda, sehingga kuda itu berbalik dan berjalan perlahan menuju ke gerbang kota.     

Seorang bangsawan menatap Angele selama beberapa saat, lalu ia melanjutkan pembicaraannya bersama pemilik peternakan.     

"Keluarga Nunnally dan Keluarga Stephen masih bertarung. Pemilik kota memerintahkan kita untuk tidak membantu pihak manapun. Biarkan saja mereka bertindak semaunya di sisi selatan kota," bangsawan itu menghela nafas. "Aku yakin bahwa pertarungan ini akan berakhir dalam beberapa hari. Kedua keluarga itu sangatlah kuat."     

"Iya, sebentar lagi mereka akan bertarung lagi. Kita tidak perlu ikut-ikutan agar tidak terlihat mencolok. Para pengawal pun mengurangi sesi patroli mereka."     

Mereka terus berbincang-bincang sambil melihat para pekerja membawa barang-barang.     

"Mungkin aku akan tinggal di luar kota selama beberapa saat, agar aku tidak terlibat dalam pertarungan mereka." Pria bangsawan itu terlihat khawatir. "Terlalu banyak hal yang sedang terjadi sekarang…"     

"Iya." Pemilik peternakan menghela nafas juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.