Dunia Penyihir

Petualangan (Bagian 1)



Petualangan (Bagian 1)

0Setelah selesai makan, Angele langsung pergi meninggalkan rumah Gondor.     

Ia tidak terbiasa diperlakukan seperti itu. Walaupun mereka sangat baik, mereka terlalu naif dan mudah dimanfaatkan.     

Hari masih siang. Jalan-jalan berwarna kelabu itu bermandikan cahaya matahari. Cahaya matahari tidak terlalu terik, dan udara terasa menyegarkan.     

Jalan menjadi semakin sibuk. Sekarang, makin banyak kereta kuda dan pejalan kaki yang lewat ketimbang pagi tadi. Angele berjalan perlahan menyusuri jalan. Ia senang atas perlakuan keluarga Gondor padanya, namun bagi dirinya, kebaikan hati orang lain justru membebaninya.     

Sekarang, masalah utamanya adalah mencari Air Asu. Ia segera kembali ke hotel yang ia beli saat tiba di kota beberapa waktu lalu. Ia telah mengkhianati keluarga Kelly dan tidak menepati janjinya, sehingga ia tidak lagi bisa tinggal bersama keluarga Kelly.     

Sementara menunggu hari perayaan kota dan orang suruhan Delanya, ia menghabiskan waktunya dengan belajar dan bermeditasi.     

Delanya akan membawakan Air Asu padanya, sebuah sumber daya yang sangat ia butuhkan untuk menjadi penyihir sejati.     

Saat pertama kali memasuki hotel, Angele menyadari keberadaan orang-orang asing yang berusaha mengintip ke dalam ruangannya. Dia tahu bahwa mereka adalah pengintai dari Keluarga Nunally. Mereka mengikuti Angele ke rumah Gondor dan melihat Angele berjalan keluar sambil membawa sebuah buku, sehingga mereka mengira bahwa Angele mulai menolong Gondor. Akhirnya, mereka berusaha mengintainya untuk mencari informasi.     

Namun, Angele tidak peduli. Ia tidak takut pada Kelly dan Michele. Ia tak peduli jika lokasinya diketahui. Bahkan, ia tidak akan datang ke sini jika Keluarga Stephen tidak memiliki resep Ramuan Mimpi Buruk. Sekarang, ia telah mendapatkan ramuan itu, sehingga ia tidak perlu lagi berkomunikasi dengan mereka.     

Ia sangat mengagumi kehidupan rumah tangga Gondor dan keluarganya, namun ia hanya akan membantu mereka jika ia bisa mendapatkan sesuatu yang sangat berharga. Angele dan Kelly berasal dari organisasi Penyihir yang sama, sehingga mereka tidak bisa saling bertarung hanya karena simpati kepada orang seperti Gondor.     

Di manor Keluarga Nunnally.     

Kelly duduk di kursi utama di ruang pertemuan seraya mendengarkan laporan dari para pelayannya. Kepala keluarga, Gother, bersama dengan beberapa tetua keluarga lainnya duduk di kursi samping. Mereka semua berekspresi serius, dan hanya terdengar suara perbincangan para pelayan.     

"Master Angele meminjam ruangan hotel milik Keluarga Kate. Ia nyaris tidak meninggalkan ruangannya. Kami takut akan kekuatannya, sehingga para pengintai tidak mendekat..."     

Kelly menggigit bibirnya seraya berpikir sejenak, "Penyihir dan calon Penyihir adalah orang-orang yang mementingkan diri sendiri. Hadiah yang kita tawarkan tidak cukup untuk membuatnya terus membantu kita. Tak masalah jika dia berhenti menolong kita. Karena kita dari perguruan yang sama, kita tidak akan membalas dendam. Aku percaya bahwa Angele tidak akan ikut-ikutan dalam pertarungan antara Keluarga Stephen dan keluarga kita. Panggil kembali para pengintai itu."     

"Nona Kelly, kita telah memperlakukannya dengan baik. Kita akan membiarkannya pergi begitu saja?" bisik seorang tetua. "Semua uang yang kita habiskan untuknya terbuang percuma."     

"Aqua, pria tua itu, telah terluka karena serangan Angele. Walaupun tidak parah, ia akan membutuhkan waktu untuk sembuh. Walaupun ia tidak menepati janjinya, itu sudah cukup berguna. Aku tidak tahu bahwa Aqua memiliki kekuatan mengerikan seperti itu sebelumnya." Kelly tersenyum, "Dari pertarungan itu, aku tahu bahwa Aqua tidak akan berani membunuhku, karena ia takut pada Mandat Balas Dendam yang berlaku bagi anggota Perguruan Ramsoda..."     

"Maksud Anda... Kita harus menggunakan kesempatan ini untuk menghabisi Keluarga Stephen sekarang juga?" tanya Gother.     

"Benar. Sekarang, mereka sangat lemah. Dalam satu pukulan saja, mereka pasti akan lenyap dari dataran ini." Kelly mengangguk.     

Dua hari kemudian, di malam hari.     

Kota Emma sangatlah ramai dan sibuk.     

Tidak terlihat ada kereta kuda ataupun karavan di jalan. Jalan utama penuh dengan orang-orang yang sedang bersenang-senang. Kebanyakan dari mereka mengenakan hiasan bunga-bunga merah kecil. Semua orang di sana terlihat senang dan nyaman.     

"Emma! Tunggu aku!"     

Seorang anak kecil berlari melewati Angele. Anak lelaki itu mengenakan hiasan bunga merah di kepalanya, sehingga ia terlihat sedikit aneh.     

Angele duduk di sebuah kursi panjang di tepi jalan sambil melihat anak-anak kecil berkejar-kejaran ke sana kemari. Langit sudah semakin gelap, namun suasana kota sangatlah terang.     

Beberapa penduduk sedang menjual kue jeruk di jalanan dengan harga dua kali harga normal, namun masih banyak orang tua yang membeli kue itu karena permintaan anak-anak mereka. Jika tidak, anak-anak itu pasti akan terus merengek.     

Beberapa kereta lainnya sedang menjual berbagai macam roti dan mainan.     

Beberapa anak kecil berlari-lari membawa tongkat kecil yang berputar-putar dan bersinar. Tongkat itu terbuat dari kayu, dengan roda-roda kecil di ujungnya. Ujung roda tersebut dicat dengan sari Glowing Mushroom, sehingga mainan itu berpendar biru dan terlihat indah.     

Angele melihat orang-orang di sana bermain dan bersenang-senang, namun ia tidak disini hanya untuk bersenang-senang.     

"Dua menit lagi, orang kiriman Delanya akan sampai." Angele mengecek waktu dengan bantuan Zero. Tidak ada ekspresi di wajahnya dan ia terus melihat sekelilingnya.     

"Guk!"     

Terdengar suara gonggongan anjing dari sebelah kirinya.     

Angele menoleh ke kiri. Ia melihat seorang pria tua yang sedang mengajak anjing putih, yang telinganya terlihat seperti sayap, berjalan-jalan dengan perlahan. Sepertinya, pria itu buta, karena pupilnya tidak terlihat.     

Seorang pria berbalut jubah kelabu-putih mengikuti pria tua itu di belakangnya.. Wajah dan bentuk tubuh pria itu tertutupi tudung dan jubahnya yang besar.     

Angele langsung mengetahui siapa sebenarnya pria di belakang si orang tua buta itu, sehingga ia berdiri dan berjalan perlahan ke arah pria berjubah tersebut.     

Mengetahui maksud Angele, pria berjubah itu memiringkan tubuhnya ke arah Angele dan mengangguk sedikit. Jika saja penglihatannya sedikit lebih buruk, ia tidak akan menyadari gerakan itu.     

Pria berjubah itu menghilang masuk ke dalam kerumunan dan berjalan ke arah tertentu.     

Angele mengikutinya dari belakang. Mereka berjalan melalui jalan yang sangat ramai, sehingga Angele semakin tertinggal jauh.     

"Minggir!" Sekelompok pengawal kota, yang diketuai oleh seorang ksatria berbadan tambun, berjalan perlahan-lahan untuk memeriksa keadaan kota. Baju zirah ksatria tambun itu bergerak mengikuti arah angin. Baju itu lebih mirip baju biasa ketimbang baju zirah, sehingga terlihat sangat lucu. Akhirnya, para ksatria itu meninggalkan keramaian.     

Pria berjubah itu berada di sisi kiri kerumunan. Ia berjalan masuk ke dalam gang sempit.     

Angele mengikuti pria itu. Ia melihat seorang anak kecil berusaha merampas roti milik anak lain di sudut gang.     

Akhirnya, setelah berjalan selama dua menit, pria berjubah itu berhenti berjalan dan berbalik menghadap Angele.     

"Lama tidak bertemu, Angele." Terdengar suara wanita yang tidak asing. Ia melepaskan tudung jubahnya, memperlihatkan wajah cantik dan rambut cokelat panjangnya.     

"Lama tidak bertemu, Putri." Angele tersenyum dan membungkuk hormat.     

"Jangan sebutkan gelarku di sini. Panggil saja Delanya." Delanya mengernyitkan alisnya, "Aku membawa benda yang kau minta. Kuharap kau juga membawa benda yang kuminta."     

"Tentu saja," Angele mengangguk, "Aku tidak menyangka jika kau akan datang kesini sendiri."     

"Harga benda yang akan kita tukarkan terlalu mahal, dan aku tidak dapat menemukan suruhan yang dapat dipercaya, sehingga kuputuskan untuk kemari sendiri." Delanya menjelaskan, "Mari kita barter sekarang. Aku tidak bisa berlama-lama disini."     

"Baiklah," Angele kembali mengangguk, "Tunggu, apa kau punya Orbuculum untuk memindahkan informasi?"     

"Tidak, setahuku hanya penyihir atau calon penyihir dari Aliansi Utara yang bisa memiliki benda itu. Orbuculum itu berfungsi untuk memaksa otak penerima untuk menerima informasi, sehingga akan sulit mengubah memori jangka pendek hasil pemindahan metode itu menjadi memori jangka panjang." kata Delanya dengan suara berat, "Di dunia ini, tidak ada cara instan untuk mencari pengetahuan. Kusarankan kau untuk tidak terlalu mempedulikan tipuan itu."     

"Ah, terima kasih atas sarannya. Aku mengerti." Angele mengangguk. Ia mengambil sebutir bola emas dari kantongnya dan meletakkan bola itu di telapak tangannya.     

Tangannya yang lain berubah menjadi merah dalam beberapa detik, dan ia perlahan menyentuh bola tersebut dengan tangan merahnya.     

CSS!     

Bola kuning itu terbelah menjadi dua. Ia melemparkan setengah bola itu pada Delanya.     

Setelah menangkap bola tersebut, Delanya melemparkan dua botol kecil ke arah Angele. Angele mampu menangkap kedua botol itu, namun ia sangat terkejut dengan kelakuan Delanya.     

"Lain kali, berhati-hatilah. Kalau saja aku gagal menangkapnya..."     

"Walaupun jatuh, botol itu tidak akan pecah." Delanya memotongnya, "Kedua botol itu terbuat dari kristal gunung berapi, jadi lebih keras dari cangkang Underground Devil sekali pun. Bahkan botol ini tidak akan tergores sedikit pun walau dengan kapak."     

"Benarkah?" Angele memegang salah satu botol itu dan menatapnya dengan teliti.     

Kedua botol berbentuk tabung itu tembus pandang. Panjangnya seukuran jari. Botol-botol itu berisi cairan jernih berwarna keemasan yang berpendar.     

"Indah sekali... Menurutku, ini bukanlah botol, namun tabung. Dua tabung, dua porsi."     

Angele mengocok kedua botol itu sebelum meletakkan salah satu botol ke dalam kantongnya. Ia pun mengamati botol kedua.     

Angele menyentil botol itu, sehingga titik-titik cahaya keemasan terciprat ke permukaan luar tabung. Perlahan-lahan, titik-titik cahaya itu jatuh ke tanah. Cahaya itu terpantul pada wajah Angele dan Delanya sebelum akhirnya menghilang setelah jatuh ke tanah.     

"Aku juga sudah membawa pola mantra yang kau minta," Wanita itu mengambil sebuah buku tebal dari dalam jubahnya dan menyerahkannya kepada Angele. "Kau sudah memiliki dasar-dasar dari sekolahmu, jadi aku hanya akan memberikan pola-pola penting ini."     

Angele mengambil buku itu. Sampulnya berwarna cokelat, dan tertulis judul 'Tips Dapur Kristian'.     

Angele membuka beberapa halaman secara acak. Tiba-tiba, buku itu bersinar hijau. Resep-resepnya berubah menjadi informasi sihir yang tertulis dalam bahasa kuno, lengkap dengan ilustrasi pola mantra tiga dimensi. Pola mantra itu disajikan dalam bentuk spiral berwarna hitam putih, sehingga terlihat mirip dengan pola DNA.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.