Dunia Penyihir

Prosedur (Bagian 1)



Prosedur (Bagian 1)

0Dengan diterangi oleh cahaya remang, Angele berdiri di samping meja laboratorium sambil melihat capit raksasa berwarna kuning. Bayangan kepala pemuda itu membuat sebagian kecil permukaan meja terlihat gelap.     

'Menyesuaikan… Meningkatkan pengeluaran energi… Mencairkan material…' lapor Zero.     

Perlahan-lahan, Angele mengangkat tangannya. Telapak tangannya berselimut lapisan merah tipis, seakan-akan ia baru saja mencelupkan tangannya ke dalam sekaleng cat.     

Dengan tangan itu, ia menekan capit kuning di meja dengan hati-hati.     

CSS!     

Terdengar suara seperti daging yang sedang dipanggang.     

Kuku kuning itu mulai meleleh dari daerah yang disentuh tangan Angele, hingga akhirnya benar-benar meleleh dan menjadi sebutir gumpalan lendir kuning yang menempel di tangan kanannya.     

Dengan tangan kirinya, Angele menggambar rune di udara. Rune itu bercahaya merah dan berkelap-kelip, sehingga terlihat aneh sekaligus indah. Rune itu terlihat kontras dengan gelapnya ruangan.     

Seiring menghilangnya rune merah itu, gumpalan lendir di tangan Angele mulai mengeras.     

Setelah itu, gumpalan tersebut mendidih, hingga terbentuk gelembung di permukaannya. Asap berbau busuk dari gumpalan itu memenuhi seluruh ruangan.     

Sementara itu, Zero terus memberikan informasi berupa hologram biru di depan matanya. Angele terus menatap bola lendir itu dengan teliti. Seiring waktu berjalan, bola lendir itu semakin mengecil. Volumenya berkurang karena panas itu.     

Setengah jam kemudian, bola lendir itu menjadi sekecil telapak tangan. Angele berhenti menggambar rune di udara dan memejamkan matanya.     

"Akhirnya, selesai juga." gumam Angele seraya menatap bola kuning kecil di tangannya.     

"Aku harus menggunakan metode spesial untuk melelehkan bagian terkeras dari Claw Warrior, namun bola lendir yang sudah kumurnikan ini adalah material terbaik untuk membuat baju zirah bagian dalam. Benda ini memiliki ketahanan yang tinggi saat diserang dengan sihir." Angele mengangguk. Perlahan-lahan, ia menutupi bola itu dengan kain hitam dan meletakkan bola itu ke dalam sebuah kotak di lantai.     

Setelah itu, Angele mengambil sebutir telur abu-abu dari kantongnya. Telur itu ia peroleh setelah menukarkan camilannya pada Tetua hutan. Walaupun ia pernah meminta Zero untuk menganalisa telur itu, hasil analisa hanya mengatakan bahwa ada hewan tidak diketahui di dalam telur tersebut. Tidak ada informasi tentang hewan itu pada penyimpanan informasinya.     

Ia telah bertanya pada Allen dan sang Tetua. Mereka menjawab bahwa itu hanyalah telur biasa, namun kemungkinan besar telur itu adalah telur kalajengking.     

Angele menerawang telur itu dan memutar-mutarnya. Rasa ingin tahu membuatnya terus mengamatinya. Telur itu cukup berat, sekitar 1 sampai 1.5 kilo. Tidak ada bau khas yang tercium dari telur itu. Permukaan telur yang berwarna kelabu itu terasa kasar.     

'Zero, berdasarkan informasi yang aku kumpulkan, apakah kau tahu telur apa ini?' tanya Angele.     

'Mohon lakukan percobaan dan cari tahu kandungan kulit telur itu.' jawab Zero.     

Angele mengangguk dan berjongkok. Ia mencari di kotaknya hingga menemukan sebuah kotak kecil hitam berbentuk bulat. Ia meletakkan kotak itu di meja dan menyentuh tutup kotak tersebut. Tiba-tiba, muncul setitik cahaya hijau di permukaannya, dan kunci kotak itu terbuka dengan sendirinya.     

Dengan hati-hati, Angele membuka kotak itu. Ia melihat lima buah gelas kecil berbentuk kelopak bunga. Keempat gelas pertama terletak di bagian tepi, sementara gelas terakhir terletak di tengah. Masing-masing gelas berisi bubuk, gel, atau pun cairan. Semua bahan itu dibuat Angele beberapa waktu lalu. Angele mengambil sebuah pengaduk kaca tipis, mencelupkan pengaduk itu pada sebuah gel hijau, dan mengoleskan gel hijau tersebut pada permukaan telur.     

Mata remaja itu kembali berpendar, dan ia terus menatap telur tersebut. 'Memeriksa… Menganalisa reaksi telur dengan asam…'     

Tanpa suara, asap hijau membumbung dari permukaan telur.     

'Kemungkinan 81.3% telur berasal dari spesies Red Needle Dark Scorpion, dan kemungkinan 12.9% telur berasal dari White Needle Dark Scorpion…'     

Tebakan Angele benar. 'Kan, aku sudah mengira bahwa telur ini berasal dari Dark Scorpion. Menurut informasi yang pernah kubaca, Dark Scorpion dewasa memiliki ukuran satu meter dan bersifat agresif. Masalahnya, kalajengking ini tidak beracun, jadi ia hanya bisa melakukan serangan kontak fisik. Satu kalajengking saja tidak akan terlalu berguna bagiku. Jika aku bisa mendapatkan lebih dari 10 kalajengking dan menjinakkannya, aku bisa menyuruh mereka untuk menjaga manor-ku nanti setelah aku menjadi penyihir sejati.     

Angele menggelengkan kepalanya dan meletakkan kembali telur itu. Walaupun telur itu tidak langka, telur itu adalah salah satu benda yang ia dapatkan setelah melakukan perjalanan yang mengerikan itu. Tidak banyak telur kalajengking yang beredar di pasaran, sehingga ia mungkin dapat menjual telur itu dengan harga beberapa ratus magic stone.     

Ada satu hal lagi yang harus ia kerjakan. Angele mengambil sebuah teleskop kuno dari kantongnya. Teleskop itu terbuat dari tembaga dan dapat dibuka dengan menarik kedua ujungnya.     

"Kemungkinan besar, teleskop ini berfungsi untuk berkomunikasi." Angele melihat sebagian kecil teleskop itu dapat dibuka, sehingga ia menarik pegangannya. Di dalam bagian itu, terdapat lubang berbentuk wajik dan tiga penjepit besi di sisi lubang itu.     

"Baiklah." Angele mengambil sebutir magic stone dan memasukkannya ke dalam lubang di teleskop itu. Ketiga penjepit bergerak dan menyangga batu itu agar tidak lepas. Setelah yakin bahwa perkiraannya benar, Angele menutup kembali lubang itu.     

Ia mengetuk teleskop itu tiga kali dan mulai menunggu. Tidak lama kemudian, teleskop itu bergetar, seakan-akan sedang ditarik ke arah tertentu.     

Inilah kali pertama ia melihat sesuatu seperti itu. Dengan kagum, ia melepaskan teleskop itu dan membiarkannya melayang di udara dan menunjuk ke arah tertentu.     

SHING!     

Cahaya putih muncul dari teleskop itu dan menyebar ke lantai. Tiba-tiba, muncul seorang wanita berjubah putih di tengah cahaya berbentuk kerang itu. Wanita itu seakan-akan berada tepat di depan Angele, namun remaja itu tahu bahwa itu hanyalah sejenis hologram.     

"Kita bertemu lagi." Wanita itu berusia sekitar dua puluh tahun. Rambut cokelatnya tergerai di bahunya.     

Wanita itu lemah lembut, namun ada sedikit keangkuhan yang terlihat pada tatapan indah itu.     

"Namaku Delanya. Apakah kau masih mengingatku?"     

"Delanya?" Angele mengernyitkan alisnya. "Permaisuri Liliado? Putri Delanya? Maaf, aku tadi tidak mengenalimu." Angele membungkuk hormat pada Delanya.     

"Tidak apa-apa, itu hanya sekedar gelar. Aku tidak punya kekuatan politik apapun. Kau telah menyelamatkanku di taman itu beberapa waktu lalu." kata Delanya dengan santai. "Kau sudah bisa berkomunikasi dengan teleskop itu, kan? Mulai sekarang, kita bisa saling menghubungi. Liliado tidak terlalu jauh dari Ramsoda, namun aku belum sempat membalas budimu di taman itu. Katakan apa yang kau mau. Mungkin aku bisa memberimu benda itu."     

Angele menginginkan sesuatu.     

"Kalau boleh, bisakah kau memberiku Air Asu? Situasi perguruanku sangat buruk, sehingga Departemen Ramuan tidak menjualnya." Angele tahu bahwa Liliana akan menjadikannya murid privat karena ia telah mencapai tingkat 3, namun pihak sekolah tidak akan memberikan Air Asu secara cuma-cuma. Ia hanyalah seorang calon penyihir berpotensi sihir tingkat dua, sehingga ia membutuhkan lebih banyak Air Asu ketimbang calon penyihir yang berpotensi lebih tinggi.     

Delanya mengernyitkan alisnya. "Air Asu… Aku tidak punya banyak. Seberapa banyak yang kau inginkan?"     

"Seberapa banyak yang dapat kau kirimkan padaku?"     

"Dua porsi." Delanya menggelengkan kepala. "Hanya itu yang bisa kukirimkan, karena aku juga membutuhkannya. Walaupun aku adalah bagian dari keluarga kerajaan, aku tidak bisa mengirim Air Asu secara cuma-cuma."     

"Dua porsi sudah cukup. Kau sangat murah hati." Angele mengangguk dan tersenyum.     

Delanya mengangguk. "Bagus, kapan aku harus mengirimkan air itu?" tanyanya. Ia senang mendengar Angele puas dengan apa yang dapat ia kirimkan.     

"Aku sedang menjalankan misi, dan aku akan kembali ke sekolah setengah bulan lagi. Aku akan membawa teleskop ini dan memberitahumu kapan aku sampai di tempat tujuanku. Kau bisa meminta seseorang untuk mengirimnya setelah aku tiba."     

"Baiklah. Apakah kau mendapatkan benda-benda langka dari taman? Dapatkah kau membagi benda itu padaku?" tanya Delanya.     

Angele berpikir sejenak sebelum menjawab. "Sebagian besar sudah kutukarkan dengan magic stone. Aku tidak berhutang apa pun padamu, jadi sebaiknya kita mengikuti aturan barter."     

"Apa yang kau mau?" tanya Delanya. "Aku tahu kau sedang berusaha melampaui batas kekuatanmu. Saat ini, aku nyaris berhasil melakukan itu. Apakah kau mau benda sihir? Pola mantra bertahan? Atau mungkin senjata?"     

"Apa kau punya pola mantra bertahan elemen Api atau Angin?" tanya Angele. Ia ingin tahu apakah wanita itu memiliki sesuatu yang lebih baik dari pola yang dibelinya di sekolah.     

"Angin atau Api?" Delanya ragu sesaat, namun ekspresi wajahnya tidak berubah. "Aku punya banyak sekali pola mantra bertahan elemen Api, namun aku tidak punya banyak pola mantra elemen Angin."     

"Aku punya Claw Slime. Aku bisa memberikan setengah Claw Slime untuk sebuah pola mantra bertahan yang telah diperkuat. Namun, jika itu terlalu sulit, aku akan menerima pola mantra dasar saja." bisik Angele.     

"Pola mantra yang diperkuat? Itu nyaris tidak mungkin…" Delanya mengernyitkan alisnya.     

"Baiklah, pola dasar juga tidak apa-apa, namun aku mau dua pola dan beberapa resep ramuan. Dapatkah kau memberikan aku beberapa resep? Aku lupa mengatakan bahwa aku sedang fokus dalam Teknik Meramu." kata Angele sambil mengangkat bahunya.     

"Bisa. Aku tidak diizinkan untuk membocorkan pola mantra yang telah diperkuat oleh organisasiku, namun aku bisa mengirimkan pola mantra dasar. Akan kukirimkan… tiga, mungkin?" bisik Delanya. Tiba-tiba, wanita itu berbalik setelah menyelesaikan perkataannya. Ia merasa bahwa ada seseorang di belakangnya.     

"Ada yang mencariku. Kita bicara lagi nanti."     

"Baiklah." Angele mengangguk.     

CHI     

Delanya pergi, dan cahaya dari teleskop perlahan-lahan menghilang. Sebelum teleskop itu jatuh ke lantai, Angele segera menangkapnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.