Dunia Penyihir

Tepi Sungai (Bagian 2)



Tepi Sungai (Bagian 2)

0Kebanyakan orang yang pergi ke taman hanya ingin beristirahat dan mengamati berbagai macam tanaman disana. Tempat itu juga berfungsi untuk memperbaiki sirkulasi udara di bawah tanah. Di tengah taman itu, terdapat danau buatan kecil dan sungai yang berhiaskan bebatuan putih berkualitas tinggi.     

Air danau itu tenang dan jernih.     

Angele memilih kursi putih di bawah pohon dan duduk disana. Pemandangan yang indah itu membuatnya merasa tenang.     

Sebuah kristal segitiga berwarna keemasan terpahat di dalam dinding langit-langit, yang menyinari danau buatan itu dengan cahaya keemasan. Kristal itu berfungsi sebagai matahari buatan dan penerang tempat itu.     

Angele duduk di kursi itu. Dinginnya bebatuan terasa saat ia menyentuh permukaan kursi dengan kedua telapak tangannya. Tekstur kursi itu sangatlah halus, seakan telah dicat dengan cat transparan yang spesial.     

Angin yang hangat dan tenang bertiup ke wajah Angele, sehingga membuat dedaunan dan rerumputan saling bergesekan dan menghasilkan suara gemerisik. Permukaan danau itu memantulkan bayangan kristal yang tidak simetris di langit-langit itu, sehingga tercipta ilusi seakan-akan ada satu kristal lagi di dalam danau.     

Angele beristirahat sejenak sebelum memutuskan untuk pergi. Saat ia akan pergi, terdengar percakapan beberapa orang dari seberang danau. Beberapa calon penyihir berjubah kelabu berjalan keluar dari semak belukar.     

Ada beberapa calon penyihir wanita dan tiga calon penyihir pria, namun mereka semua terlihat sangat muda. Salah satu wanita memiliki tubuh yang seksi dan wajah yang cantik. Ia sedang mengobrol dengan seorang calon penyihir pria.     

Mereka berlima sedang berjalan menuju deretan kursi di tepi danau untuk bersantai. Karena mereka tidak terlalu jauh, Angele bisa mendengar percakapan mereka dengan bantuan Zero.     

"Benarkah?" tanya si gadis rupawan dengan nada kagum. Matanya pun terbelalak.     

Calon penyihir pria di sampingnya mengangguk. Wajahnya menunjukkan kebanggaan. "Benar, aku baru saja selesai mempelajari pola mantra pertamaku setelah menyelesaikan kelas-kelas dasar yang kubutuhkan. Aku menghabiskan waktuku untuk belajar sebelum aku kembali ke sekolah."     

"Halah, kau menghabiskan waktu dengan makan dan tidur saja. Kau bisa mempelajari pola mantra itu karena kau berbakat." Calon penyihir pria lain tertawa. "Aku juga menghabiskan banyak waktu untuk belajar, dan sekarang aku hampir selesai mempelajari pola mantra pertamaku."     

"Aku iri dengan kalian berdua." Gadis itu melambaikan tangannya. Kesedihan terlihat jelas di wajahnya. "Aku dan Lisa masih sibuk belajar Penataan Mantra. Entah mengapa, kita tidak terlalu memahaminya sampai sekarang, sehingga kita harus menunggu satu atau dua tahun lagi sebelum mencoba mempelajari pola mantra pertama kita.'     

"Malfa hampir mencapai tingkat dua, jadi kita bisa meminta bantuannya setelah ini. Sepertinya, keluarga Malfa akan menghabiskan banyak uang untuknya. Benar kan, Malfa-ku tersayang?" tanya gadis kedua dengan nada mencemooh.     

Mereka berlima bersenang-senang di sekitar kursi taman. Topik pembicaraan mereka terus tertuju kepada si calon penyihir bernama Malfa itu. Keempat calon penyihir lainnya terkadang bertanya tentang berbagai macam kelas. Kedua calon penyihir wanita itu terlihat sangat berbeda; salah satu imut dan periang, sementara yang lain pendiam dan seksi.     

Angele duduk dan mendengarkan diskusi dan candaan mereka. Ia sadar bahwa ia bukan lagi seorang calon penyihir baru setelah menghabiskan banyak waktu untuk belajar dan bermeditasi. Sekarang, ia telah mencapai batasnya sebagai calon penyihir tingkat 3. Waktu berlalu begitu cepat.     

Ia terus menatap kelima calon penyihir itu dan mengingat bahwa sekarang peringkatnya jauh lebih tinggi ketimbang mereka, sehingga ia harus memiliki target yang lebih tinggi. Akhirnya, setelah duduk di sana setelah beberapa menit, ia memutuskan untuk berdiri dan kembali. Masih banyak yang harus ia kerjakan, jadi ia tidak bisa membuang-buang waktu lagi.     

Ia segera berjalan pergi dan menghilang di tepi jalan di belakang kursi yang sedari tadi didudukinya.     

"Coco, apa yang sedang kau lihat?" tanya Lisa setelah melihat sahabatnya menatap kursi di seberang sungai, seakan melihat sesuatu yang menarik.     

"Kalian lihat pria di seberang tadi? Perasaanku mengatakan…" Coco berpikir selama beberapa saat. Ia tidak tahu bagaimana cara mendeskripsikan perasaannya sekarang.     

Ketiga calon penyihir pria mendongak. Mereka melihat bayangan seorang pria yang sedang berjalan menuju pintu keluar taman.     

"Pasti dia adalah seorang calon penyihir tingkat 3." kata Malfa. Rasa iri terdengar jelas pada suaranya.     

"Bagaimana kau tahu?" keempat calon penyihir lainnya menatap Malfa.     

"Kekuatan mentalnya… sangat, sangat kuat!" bisik Malfa. "Jauh lebih kuat dariku! Tadi, aku melihatnya saat ia melihat kita. Matanya bercahaya."     

"Benarkah?" Salah satu dari mereka berteriak. Mereka semua terkejut mendengar perkataan Malfa.     

"Tatapannya tajam, tapi aku tidak melihat matanya bercahaya."     

"Aku bisa merasakannya. Tatapannya terasa tidak nyaman. Rasanya seperti kulitku ditusuk ribuan jarum." Lisa mengernyitkan alisnya.     

Malfa mengangguk. "Itulah yang dikatakan kakekku dulu. Saat seorang penyihir tingkat 3 mencapai batasnya, artinya kekuatan mentalnya nyaris sama dengan penyihir sejati, sehingga mata orang tersebut akan mulai bercahaya. Kekuatan mentalku cukup kuat, sehingga aku bisa melihat partikel energi yang bergerak-gerak di sekitar matanya. Kita harus menjauhi calon penyihir seperti dirinya. Jangan sampai membuat dia marah!"     

"Jadi… Maksudmu, kekuatan mentalnya sama dengan penyihir sejati?! Kau bercanda? Malfa, kelihatannya dia masih seumuran kita!"     

"Aku serius." jawab Malfa dengan suara berat.     

Perbincangan mereka terhenti. Semuanya sadar bahwa pencapaian mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan pencapaian pria itu. Malfa merasa malu setelah membanggakan pencapaiannya di depan pria tersebut.     

"Yah, di dunia ini ada orang-orang jenius yang pasti jauh lebih baik daripada kita, apapun yang mereka lakukan." Malfa menghela nafas dan tertawa.     

"Ya, mari kita lanjutkan pembicaraan kita yang tadi." Calon penyihir pria yang lain mengangguk.     

Pembicaraan mereka berlanjut, seakan tidak ada yang terjadi.     

Namun, gadis bernama Coco itu masih terus memandang arah di mana pria itu berada tadi.     

'Aku harus segera menjadi lebih kuat… Aku tidak boleh menghabiskan waktuku seperti ini.' Gadis itu berjanji seraya mengepalkan kedua telapak tangan di balik punggungnya.     

Angele berjalan melalui lorong. Ia tidak tahu bahwa kekuatannya telah menginspirasi seseorang. Namun, walau ia tahu, ia tidak akan peduli.     

Terlalu banyak hal yang harus dilakukan. Ia harus mencari bahan pengganti untuk Membuat Ramuan Kedamaian, memilih Mantra Pasif, dan mencoba melampaui batasnya.     

Untuk menjadi seorang penyihir, ia membutuhkan Air Asu dan sebuah sihir bertahan yang cocok. Setelah itu, Zero dapat membantunya menghitung persentase kesuksesan dalam melampaui batas kekuatannya.     

Sebelum Angele mencoba untuk melampaui batas kekuatannya, Zero dapat menghitung persentase kesuksesan percobaannya, sehingga ia tidak perlu mencobanya jika persentase itu terlalu rendah. Ia akan terus mencari bahan-bahan untuk meningkatkan persentase kesuksesannya. Ia juga tidak perlu bergantung pada keberuntungan seperti calon penyihir lain.     

Inilah mengapa Angele sangatlah yakin bahwa ia bisa menjadi penyihir sejati. Jika ia berhasil mendapatkan resep Ramuan Mimpi Buruk dari Kelly, ia bisa menggunakan ramuan itu untuk meningkatkan efektifitas Air Asu. Berdasarkan informasi yang ia dapat, ramuan itu bisa meningkatkan tingkat kesuksesan sebesar 30%, yang merupakan angka yang cukup besar.     

Namun, Ramuan Mimpi Buruk adalah salah satu ramuan tersulit yang diajarkan di kelas Teknik Meramu, karena ramuan itu termasuk ramuan yang paling rumit di antara ramuan tingkat menengah lainnya. Hanya Peramu Kelas Atas yang berhasil membuat ramuan tersebut dengan tingkat kesuksesan yang kecil. Itulah mengapa calon penyihir tingkat 3 lainnya tidak tertarik dengan tawaran Kelly.     

'Penguatan mantra membutuhkan partikel energi dan kekuatan mental. Setelah menyelesaikan urusanku di sini, aku akan kembali ke Kota Lennon dengan resep itu dan mencoba memperkuat mantraku. Walau mungkin semuanya tidak akan berjalan sesuai rencana, aku harus melakukan yang terbaik.' Angele memutuskan.     

Ia menghabiskan dua hari berikutnya dengan melakukan percobaan meramu. Dengan bantuan informasi bahan-bahan yang tersimpan di chip-nya, ia membuat beberapa rencana percobaan, meminta Zero untuk mensimulasikan percobaan itu, dan mengumpulkan hasilnya.     

Ia juga mulai mempelajari buku-buku pengetahuan dan pola mantra yang ia beli. Informasi dari buku-buku itu memenuhi chip-nya, hingga ia nyaris kelelahan saat mencari informasi pada penyimpanan chip-nya. Walaupun dengan bantuan Zero, sekarang ia masih kesulitan memahami semua pola mantra tersebut, sehingga ia ingin tahu seberapa sulit bagi para calon penyihir lain untuk mempelajari satu pola mantra.     

Calon penyihir lain harus mengingat berbagai macam pengetahuan dan informasi setiap hari. Mereka juga harus mengingat hal-hal baru yang mereka dapatkan dari kelas, sehingga mereka tidak lupa. Dengan bantuan Zero, Angele bisa belajar lebih cepat dari calon penyihir lainnya.     

Setelah membaca buku tentang penyihir yang sedari tadi dibacanya, ia mengerti bahwa para penyihir memiliki ingatan yang jauh lebih baik ketimbang orang pada umumnya, karena mereka membutuhkan banyak pengetahuan untuk mempelajari pola mantra. Namun, tidak ada informasi tentang apakah para penyihir bisa memiliki ingatan fotografik. Hal-hal yang harus dipelajari seorang penyihir akan menjadi semakin sulit seiring berjalannya waktu.     

Secepat apa pun kecepatan belajar seseorang, ia masih harus belajar perlahan-lahan saat ada terlalu banyak informasi.     

Bantuan Zero membuatnya memiliki rintangan pembelajaran yang berbeda. Biasanya, orang-orang lain harus terus mengulang materi yang telah mereka pelajari agar materi tersebut masuk menjadi memori jangka panjang, namun Angele hanya perlu belajar satu kali, dan Zero akan menyimpan informasi itu.     

Walaupun tingkat potensi sihirnya rendah dan kemungkinannya untuk menjadi seorang penyihir sangat kecil, ia masih bisa mempercepat proses pembelajarannya dengan menggunakan chip-nya. Sekarang, ia harus meningkatkan tingkat kesuksesannya dan mencari waktu yang tepat untuk melampaui batas. Proses itu akan memakan waktu yang cukup lama, namun kerja kerasnya akan terbayar nanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.