Dunia Penyihir

Kembali (Bagian 3)



Kembali (Bagian 3)

0Setelah beberapa menit, pendar cahaya dari salib itu perlahan-lahan menghilang.     

Angele meletakkan jubah itu dan segera berkemas. Ia menyembunyikan capit yang diperolehnya dari Claw Warrior di kantong hitam secara terpisah.     

"Aku harus kembali ke sekolah dulu!" Angele menggertakkan giginya. Ia menarik pisaunya dari dinding dan mengembalikan pisau itu ke dalam sarung kulitnya.     

"Sepertinya, aku telah memicu jebakan tersembunyi yang ditinggalkan oleh pemilik manor yang sebelumnya." Angele mengingat-ingat. Sepertinya, jamur bertopi merah itulah penyebab semua ini.     

Ia ingat bahwa ia pernah melihat jamur seperti itu sebelumnya, namun ia tidak tahu apakah Zero menyimpan informasi itu.     

'Zero, cari tahu perubahan-perubahan yang terjadi di dalam medan energi Moon Gin Manor dan berikan aku informasi tentang jamur bertopi merah itu.     

'Misi dibuat… Mencari… Informasi tidak ditemukan.'     

'Menganalisa…'     

'Empat kemungkinan terdeteksi: Red Mouth Mushroom, kemiripan 45%. Dragonfly Mushroom, kemiripan 34%. Aria Mushroom, kemiripan 13%. Devil's Cap, kemiripan 11%.'     

Mendengar hasil itu, wajah Angele terlihat kecewa, namun tidak ada yang bisa ia lakukan karena ia masih belum memiliki informasi yang cukup. Kebanyakan informasi spesies hewan dan tumbuhan dalam penyimpanan chip-nya dikumpulkan saat ia dalam perjalanan menyusuri Dataran Anser beberapa tahun lalu. Ditambah lagi, ia masih belum memiliki cukup informasi mengenai bahan-bahan maupun tumbuhan spesial yang digunakan di dunia penyihir.     

Menurut informasi Allen, orang-orang yang keluar dari taman itu hidup-hidup menjadi gila dan melakukan berbagai hal kejam. Sepertinya, saat ini Angele berada dalam situasi yang sama.     

Menurut pengalamannya, gadis itu tidak akan muncul dua kali dalam satu malam, sehingga ia tidak khawatir jika gadis itu akan muncul lagi. Namun, ia memutuskan untuk tidak tidur. Ia menghabiskan malamnya dengan bermeditasi, jadi ia dapat merespon bahaya yang datang sesegera mungkin.     

Keesokan paginya, saat cahaya matahari mulai menyinari dunia, Angele segera meninggalkan kota itu dan memacu kereta kudanya ke arah Perguruan Ramsoda secepat mungkin.     

Pepohonan daerah itu tebal dan sangat tua, namun dedaunannya mulai berjatuhan karena musim dingin akan datang.     

Perputaran roda kereta kuda menghancurkan semua dedaunan itu menjadi serpihan kecil.     

Angele duduk di kursi kusir seraya terus melihat daerah sekelilingnya.     

Walaupun sebentar lagi ia sampai ke Kota Lennon, ia memutuskan untuk pergi ke sekolah terlebih dahulu. Ia akan meminta bantuan Master Liliana untuk menawarkan kutukan aneh itu.     

Angele terus berjalan menyusuri jalan utama. Ia nyaris tidak berhenti demi sampai ke perguruan itu sesegera mungkin. Akhirnya, ia sampai ke area penebangan, di mana pertarungan melawan Glowing Elephant terjadi beberapa waktu lalu.     

"Hampir sampai." Angele merasa lega. Pemandangan yang tidak asing membuatnya merasa sedikit lebih baik.     

Walaupun ia bisa mengunjungi Kota Lennon terlebih dahulu, ia memutuskan untuk tidak mengubah rutenya dan fokus mengerjakan hal yang lebih penting.     

Angin bertiup ke wajah Angele. Dinginnya terasa seperti ribuan jarum yang menusuk-nusuk kulitnya.     

Beberapa hari kemudian, di reruntuhan di atas bangunan Perguruan Ramsoda.     

Langit terlihat berwarna biru cerah bagaikan permata raksasa, dan awan tebal melayang menghiasi langit di atas tanah yang berlumpur.     

Kereta kuda hitam cepat-cepat mendekati reruntuhan di antara pepohonan kuning. Rodanya berputar dengan cepat, hingga suaranya menakut-nakuti burung-burung yang ada di sana.     

Kereta kuda berwarna hitam melesat melewati seluruh pepohonan kuning bagaikan kilat hitam. Gerakannya sangat cepat dan stabil. Seorang pria muda berambut cokelat mengendalikan kereta kuda itu. Ia tidak peduli dengan dedaunan yang tertiup angin dan menerpa wajahnya.     

Mata pria itu benar-benar fokus pada jalan di depannya. Akhirnya, perlahan reruntuhan kuning Perguruan Ramsoda muncul di depan matanya, dan ekspresi wajahnya menjadi lega.     

"Akhirnya sampai juga." kata Angele.     

Pada hari-hari saat Angele berhenti untuk beristirahat, gadis kecil itu muncul satu kali, seakan mengirimkan pesan bahwa tidak ada yang bisa menghentikannya. Angele berharap dapat menemukan penawar kutukan ini di perguruan nanti.     

"Berhenti!" Angele menarik tali kekangnya, sehingga kereta itu melambat. Kemudian, ia memarkir kereta itu di samping jembatan.     

Ia melompat turun, membersihkan debu dari pakaiannya, dan membawa tas hitam besar. Ia berjalan mendekati jembatan itu.     

KAAK! KAAK!     

Seekor gagak terbang berputar di atas Angele sebelum mendarat di jembatan batu itu. Gagak itu memandang Angele dengan mata berwarna merah darah.     

"Master Moroco?" tanya Angele seraya berhenti berjalan.     

"Apakah kau sedang datang karena panggilan perguruan? Kau adalah seorang calon penyihir, kan?" Suara Moroco terdengar tajam dan melengking. Suara itu tidak asing bagi Angele.     

"Iya, Master." Angele membungkuk hormat.     

Moroco mengangguk. Matanya yang berwarna merah darah memantulkan bayangan tubuh Angele seperti cermin. Tapi, tiba-tiba ada bayangan seorang gadis kecil yang muncul tepat di belakang Angele, sehingga bayangan tubuh mereka terlihat tumpang tindih. Tidak ada ekspresi pada wajah gadis itu. Dia hanya terus berdiri di sana tanpa suara.     

"Kutukan yang sangat kuat… Kau boleh masuk. Sepertinya gurumu sudah kembali." kata Moroco dengan santai.     

Untuk beberapa saat, Angele ragu, namun akhirnya ia tersenyum pada si gagak. "Terima kasih, Master Moroco."     

"Tunggu, sebelumnya…" Moroco membuka paruhnya lebar-lebar dan tertawa. Paruh itu terlihat sobek pada kedua sisinya, sehingga terlihat sangat mengerikan.     

Gigi-gigi tajam yang tak terhitung jumlahnya muncul memenuhi paruh Moroco, hingga paruhnya terlihat seperti mulut buaya.     

Gagak itu terbang ke udara, dan tubuhnya mulai membesar. Ia menjatuhkan bulu-bulu hitam dari tubuhnya. Dalam beberapa detik, gagak itu berubah menjadi monster setinggi tujuh meter dan selebar empat meter.     

KAAK!     

Raungan aneh itu membuat Angele nyaris lumpuh.     

Sayap Moroco menghalangi cahaya matahari, sehingga bayangan gelapnya menyelimuti Angele.     

"Beraninya kau! Jiwa yang kotor! Kau akan membayar akibat perbuatanmu!" cibir Moroco di udara. Ia melayang-layang di udara selama beberapa saat, kemudian ia terbang menukik ke arah Angele. Gerakan itu jauh lebih cepat ketimbang ksatria biasa.     

Penglihatan Angele menjadi buram selama beberapa saat.     

"AH!" Terdengar erangan kesakitan dari belakang Angele.     

Moroco mengayunkan sayap-sayapnya dan terbang ke arah jembatan batu.     

Tubuh Moroco kembali mengecil menjadi ukuran normal saat ia mendarat di atas jembatan itu.     

"Baiklah, sekarang kau boleh masuk." Dengan wajah puas, Moroco menjilati paruhnya dengan lidah yang menyerupai lidah ular.     

Angele tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun ia merasa jauh lebih tenang. Sepertinya, Moroco telah menghapus kutukan itu untuknya, sehingga ia kembali membungkuk penuh terima kasih. Ia mengambil sebuah kotak kecil dari kantongnya dan meletakkan kotak itu di samping Moroco.     

"Saya sangat berterima kasih atas pertolongan Anda." Angele mundur selangkah setelah meletakkan kotak kecil itu. Setelah melihat Moroco menganggukkan kepalanya, ia segera masuk.     

Moroco membuka kotak itu dengan cakarnya. Ia melihat sebutir mutiara merah di dalam kotak itu.     

"Camilan kesukaanku. Bagus, dia tahu seleraku." Moroco mengangguk lagi.     

Tidak lama kemudian, Angele sampai di pintu masuk perguruan. Tidak ada yang berubah. Pintu masuk perguruan masih tertutup dan tersembunyi dalam ruangan yang penuh debu.     

Namun, permukaan pintu itu terasa baru, sehingga Angele tidak yakin apakah pintu itu telah diganti atau tidak.     

Ia mengetuk pintu kayu itu dan membaca mantra. Lapisan hitam muncul di permukaan pintu itu. Setelah beberapa detik, lapisan hitam itu menghilang.     

Kriet….     

Angele membuka pintu itu. Ia melihat lorong yang terang dan anak tangga di depannya.     

Ia melihat sekeliling dan berjalan turun. Ia berjalan dengan cepat dan menghilang di sudut lorong. Suara tapak kakinya bergema di seluruh lorong itu.     

Perlahan-lahan, pintu kayu itu kembali tertutup. Lapisan hitam kembali muncul dan menutupi permukaannya.     

Angele terus berjalan melalui lorong-lorong yang diterangi oleh cahaya di kedua sisinya itu.     

Ia berpapasan dengan dua orang calon penyihir lain. Sepertinya mereka juga baru kembali ke sekolah. Namun, mereka tidak bertegur sapa. Mereka hanya mengangguk sebagai tanda sopan santun.     

Tidak lama kemudian, ia sampai ke area Fakultas Nekromansi. Angele berdiri di depan pintu dan merasakan dinginnya udara di lorong itu.     

Sambil memegang tas petualang, Angele berjalan ke ujung lorong dan mendekati pintu ruangan di ujung lorong.     

Perlahan-lahan, ia mengetuk pintu tersebut.     

"Masuklah."     

Pintu itu terbuka dan memperlihatkan sebuah ruangan yang gelap. Perlahan-lahan, Angele mendorong pintu itu. Ia melihat secercah cahaya di tengah ruangan.     

Wajah mengerikan Master Liliana berada tepat di bawah cercah cahaya itu,     

"Kutukan yang sangat kuat," kata Liliana dengan suara lirih.     

"Benar, Master." jawab Angele seraya masuk. Ia menutup pintu perlahan-lahan, berbalik dan membungkuk hormat. Ia sudah terbiasa dengan penampilan Liliana yang mengerikan itu.     

"Master, aku membutuhkan pertolonganmu."     

"Kau harus berterimakasih pada Moroco. Dia tidak hanya memakan kutukan itu. Jika kau terlambat kembali ke sekolah, kau pasti sudah mati." Liliana tersenyum. "Kau sangat berani. Aku tidak tahu bagaimana kau bisa keluar hidup-hidup, tapi Moon Gin Garden bukan tempat yang bisa dimasuki calon penyihir. Bagaimana kau tahu lokasinya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.