Dunia Penyihir

Permulaan (Bagian 2)



Permulaan (Bagian 2)

0"Aku hanya seekor Light Squirrel, Pelancong. Kau sedang berada di Moss Mountain, dan jika kau terus berjalan, kau akan sampai di Moon Gin Manor. Jika dilihat dari perlengkapanmu, kau hendak ke sana, kan?"     

Angele menunduk dan menatap tupai itu. "Kau benar, aku sedang dalam perjalanan menuju Moon Gin Manor. Bisakah kau menolongku? Aku butuh informasi sebanyak mungkin. Sebagai imbalan atas bantuanmu, kau akan kuberi roti putih dan kacang asin."     

"Aku sudah menukar informasi yang kupunya dengan makanan untuk tiga pelancong lain sebelumnya, namun tidak ada satu pun yang kembali. Belum terlambat bagimu untuk pulang," jawab si tupai.     

"Katakan saja apa yang kau tahu. Aku akan memutuskannya sendiri nanti."     

Angele tersenyum.     

"Baiklah."     

Tupai itu mengedikkan bahunya dan duduk di samping Black Point Mushroom itu.     

"Aku tidak tahu siapa yang membangun Moon Gin Manor itu. Biasanya aku menyebutnya Moon Gin Garden. Pada waktu tertentu di setiap tahun, tercium bau bunga yang kuat dari sana. Hanya manusia yang mau mencoba masuk, sementara ras-ras lainnya sangat takut pada aura misterius yang menyelimuti tempat itu. Baru-baru ini, seorang ksatria masuk bersama kelompoknya ke taman itu, namun hanya satu prajurit yang berhasil keluar hidup-hidup dengan wajah yang berlumuran darah, dan akhirnya ia menjadi gila."     

"Kudengar ada Dragon Scale Flower di sana?" tanya Angele.     

"Tidak hanya Dragon Scale Flower, di sana juga ada banyak bahan langka lainnya seperti Star Light Grass, Hardin Grass, dan Single Eye Flower." Si tupai mengangguk. "Ditambah lagi..."     

Dari deskripsi tupai itu, Angele dapat membayangkan keadaan Moon Gin Manor saat ini.     

Tupai itu mengernyitkan alisnya. "Sepertinya, tempat itu adalah titik sumber daya yang tidak dikembangkan atau Celah Sihir pribadi peninggalan seorang Penyihir. Penyihir yang memiliki tempat itu pergi, sehingga mantra penghalangnya melemah. Namun, jebakannya masih aktif, sehingga saat Snake of the Sand Forest datang dan masuk ke sana, mereka semua beruntung bisa mendapatkan sekuntum Dragon Scale Flower, entah bagaimana caranya."     

Tidak lama kemudian, tupai itu selesai menjelaskan semuanya pada Angele, dan Angele pun mulai memikirkan rencana. Kemungkinan besar, Celah Sihir itu adalah hasil buatan seorang penyihir sejati, karena titik itu masih tersembunyi dan hanya terbuka pada waktu tertentu, sehingga orang-orang harus menunggu tempat itu terbuka untuk bisa masuk.     

"Jadi... tempat itu terbuka setiap setahun sekali? Apakah kau tahu kapan tempat itu akan terbuka lagi?" tanya Angele lagi.     

Tupai itu mencoret-coret tanah. Ia berusaha menghitung sesuatu. "Kau harus menunggu satu bulan lagi. Saat tempat itu terbuka, akan ada burung yang terbang keluar dan mengitari tempat ini selama satu jam. Itulah seberapa lama gerbang itu akan terbuka, jadi kau harus segera keluar sebelum waktu habis, atau kau akan terjebak di dalam dan harus menunggu sampai gerbang itu terbuka lagi.     

"Satu bulan lagi, ya?" Angele berpikir selama beberapa saat dan berdiri, "Kemarilah dan ikutlah aku ke kereta kudaku. Aku akan memberikan makanan yang kujanjikan. Terima kasih."     

"Sama-sama... hehe."     

Tupai itu mengangkat kuku-kukunya sambil tersenyum aneh, lalu ia mengikuti Angele sambil menggoyang-goyangkan ekornya.     

Setelah Angele memberinya sekantong penuh cemilan, tupai itu berjalan kembali ke hutan dengan senang. Angele memandang Tom yang sedang mengganti roda kereta kuda, namun pikirannya sedang ada di tempat lain.     

Setelah beberapa lama, Tom akhirnya selesai memastikan bahwa roda keretanya telah dipasang dengan benar, sehingga ia segera berdiri dan mengembalikan semua alat ke dalam kotak peralatan.     

"Master, sudah selesai."     

"Baiklah."     

Angele mengangguk dan melompat ke dalam kereta. Ia pun melanjutkan perjalanannya.     

Tidak lagi mengantuk, Angele memandang keluar lewat jendela kereta kudanya. Ia hanya melihat hamparan pohon-pohon pinus, dan tak ada orang lain di sana. Bebatuan putih berceceran di atas rumput, dan terkadang, ada makhluk-makhluk aneh yang melompat keluar dari semak belukar.     

Satu jam kemudian, mereka sampai di jalan yang terbagi menjadi dua. Terdapat penanda jalan berupa papan berwarna cokelat yang menunjukkan nama jalan itu dan juga dua jalan lainnya.     

Angele menyuruh Tom untuk berhenti dan membaca tanda itu dengan teliti. Jalan yang kiri mengarah ke Moon Gin Manor, sementara jalan yang kanan mengarah ke Kota Moss.     

Di tanah, terdapat jejak roda kereta kuda, tapak kaki kuda, dan kaki manusia, yang mengarah ke kanan, namun jalan di sebelah kiri tertutup ilalang.     

"Mari kita pergi ke Kota Moss dulu. Setelah itu, kau tinggallah di sana dan tunggu perintahku. Ada urusan yang harus kuselesaikan," perintah Angele.     

"Saya mengerti."     

Tom mengangguk. Sebelum perjalanan dimulai, Angele telah membayarnya 200 koin. Uang itu hanyalah bonus, tidak termasuk gaji bulanannya. Koin sebanyak itu benar-benar membantu keluarganya, sehingga ia sangat bersyukur. Namun, ia sadar bahwa perjalanan kali ini sangatlah berbahaya, sehingga ia memutuskan untuk mengikuti semua perintah tuannya dengan seksama.     

Kota Moss terletak di daerah terpencil, sehingga suasananya sangat sepi. Hanya ada satu jalan utama di kota itu, dengan kira-kira sepuluh rumah berjajar di kedua sisi jalannya. Populasi kota itu berjumlah sekitar 100 orang, dan di sana hanya ada 1 kafe, 1 toko kelontong, dan 1 hotel.     

Angele telah mengetahui semua ini sebelum memulai perjalanannya.     

Penduduk kota ini terbiasa membuang air kotor langsung ke jalan, sehingga jalan abu-abu itu sangat kotor dan basah. Nyaris tidak ada jarak antara satu rumah dan rumah lainnya di sisi jalan kota itu. Rumah-rumah itu bercat cokelat dan dibangun dari kayu.     

Hampir tak ada orang di sana, tapi Angele tahu bahwa orang-orang di dalam rumah itu sedang menatapnya.     

Di dekat ujung jalan, terdapat sebuah bangunan bertingkat tiga yang terbuat dari bata kuning. Seekor kuda hitam yang sedang memakan rumput terikat di dekatnya. Di dekat kuda itu, terparkir sebuah kereta berkuda dua. Kereta itu berwarna putih dengan ukiran lencana timbangan hitam pada pintunya.     

Di samping kereta itu, dua orang pekerja sedang berbincang-bincang. Angele berjalan di depan, sementara Tom mengikuti dari belakang beserta kereta kuda mereka, sehingga suara tapak kaki kuda mereka menarik perhatian kedua pekerja itu. Salah satu pekerja berlari ke dalam bangunan untuk melapor.     

Angele berjalan mendekati bangunan itu dan membaca plang yang tergantung di pagar. Kata 'Hotel' yang ditulis dengan huruf bahasa Anmag yang jelek terukir di atas plang itu.     

Dua orang pria muda berjalan keluar dari bangunan itu. Salah satu dari mereka mengenakan pakaian linen abu-abu, berambut cokelat, dan sedang tersenyum. Sepertinya ia adalah pemilik tempat itu. Tidak ada ekspresi pada mata pria kedua berjubah merah gelap di samping pria itu, dan entah bagaimana, Angele tidak dapat merasakan keberadaan pria itu. Perasaan itu sangat aneh, dan walaupun tatapan Angele fokus pada pria berjubah merah itu, rasanya seakan-akan pria itu hanyalah ilusi.     

"Selamat datang, Pelancong. Namaku Steven, pemilik hotel ini. Apakah Anda sedang mencari tempat untuk menginap?" Steven berjalan maju dan bertanya dengan lantang.     

"Iya, berapa harganya?"     

Tom melompat turun dan hendak bernegosiasi dengan Steven.     

"15 koin perak per malam untuk satu orang."     

"Bagaimana kalau 14 koin? Sepertinya lebih masuk akal."     

"Maaf, kami tidak pernah memberi diskon, dan harganya dari dulu 15 koin perak."     

"Tapi..."     

Tom terus mencoba menurunkan harga, sementara Angele terus menatap pria berjubah merah itu. Lencana api berwarna merah tergantung di leher pria itu.     

"Salam."     

Pria itu berjalan maju.     

Angele tersenyum. "Santiago?" tanyanya lirih.     

Pria itu menggelengkan kepalanya. "Sepertinya tidak pantas untuk membicarakan hal itu di tempat ini."     

"Kau benar."     

Angele mengangguk.     

Pria itu menepi selangkah. "Aku pergi ke tempat ini dengan dua orang lainnya. Aku tidak peduli darimana asalmu, namun sepertinya tujuan kita sama. Mari kita masuk dulu."     

Tanpa ragu, Angele berjalan memasuki lantai pertama hotel itu.     

Di sana, ada tiga meja kayu bulat berwarna merah. Dua kelompok orang duduk di samping du meja.     

Sesosok orang berjubah hitam duduk di sebelah kiri. Wajah orang itu ditutupi topeng, sehingga Angele tidak yakin akan jenis kelamin orang tersebut. Di sampingnya, seorang pria tua sedang duduk bersama dengan gadis kecil yang mengenakan pakaian berburu.     

Pria tua dan gadis kecil itu memicingkan mata saat melihat Angele masuk. Mereka tidak ingin orang-orang seperti Angele ada di sini.     

Angele berjalan ke sebuah meja kosong dan segera duduk. Suasana ruangan itu sangatlah kaku dan hening. Pria berjubah merah duduk di samping pria berjubah hitam dan menutup matanya. Mungkin ia sedang bermeditasi.     

Sepertinya, orang-orang di sana mengikuti aturan tertentu, sehingga tidak ada yang mau berbincang-bincang.     

Angele merasakan jejak-jejak partikel energi dari orang-orang yang ada di sana, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua orang yang ada di sana setidaknya adalah seorang calon penyihir tingkat 2. Sebenarnya, mereka sadar akan betapa bahayanya Moon Gin Manor itu, namun mereka tetap bersikeras untuk masuk.     

Membutuhkan waktu beberapa lama sebelum akhirnya Tom dapat mendapatkan harga yang ia inginkan. Kusir itu berjalan masuk dan mengatakan sesuatu pada Angele, dan kembali keluar untuk menjaga kereta. Ia memastikan bahwa tidak ada satu pun barang bawaan yang hilang.     

Waktu makan siang tiba, seorang wanita bercelemek abu-abu berjalan masuk dan menyuguhkan beberapa hidangan di atas semua meja.     

Makanan yang tersaji berupa daging hitam kering, beberapa potong roti gandum, dan semangkuk sup jamur panas. Angele mengambil satu potong roti. Ia terkejut dengan teksturnya yang renyah dan rasanya yang asin seperti cracker.     

Daging kering itu nyaris tidak bisa dimakan, sehingga Angele menghabiskan lima menit mengunyah. Akhirnya ia memutuskan untuk menelan semuanya saja. Dibandingkan makanan lainnya, sup jamur itu sangatlah enak, sehingga Angele mencampur semua makanannya ke dalam sup itu.     

Si pemilik berdiri tanpa suara di sisi ruangan. Ia ingin berbincang-bincang dengan Angele. Setelah Angele selesai makan, mereka berjalan naik ke lantai dua.     

Ruangan Angele ada di sisi kanan ujung lorong. Di dalam kamar itu, hanya ada satu meja, satu tempat tidur, dan bau debu yang sangat menyengat. Namun, tidak terlihat adanya debu di sana. Sepertinya, ruangan itu baru saja dibersihkan.     

Angele dan Tom menyewa dua ruangan untuk dua bulan dan membayarnya di muka. Setelah menerima bayaran, si pemilik berjalan keluar dari kamar itu seraya menghitung koin yang ia terima di tangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.