Dunia Penyihir

Selanjutnya (Bagian 1)



Selanjutnya (Bagian 1)

0"Mengapa kau memandangku seperti itu?" tanya Angele. "Katakanlah siapa kau."     

Wanita itu berkedip dan mengernyitkan alisnya.     

"Jolin, panggil saja Jolin." Wanita itu sepertinya sudah menenangkan dirinya. "Kau sengaja membiarkan Siv menangkis seranganmu, kan?"     

Angele terkejut, namun ekspresinya tidak berubah.     

"Seranganku benar-benar ditangkis."     

Ia tidak ingin mengakuinya.     

"Yah, sepertinya kau jujur. Kau benar-benar tidak tertarik dengan peperangan politik di kota ini," kata Jolin. "Sepertinya kau sadar siapa yang membelakangi Keluarga Zweig. Aku mengerti mengapa kau tidak ingin berurusan dengan mereka."     

"Kau tahu banyak, ya?" Angele tersenyum. "Aku tidak takut, dan aku hanya mau memperingatkan mereka. Aku akan rugi jika bertarung dengan satu keluarga hanya untuk membebaskan satu tahanan."     

Sebagai murid Perguruan Ramsoda, dapat dipastikan bahwa Angele akan menerima bantuan sekolahnya jika ia memutuskan untuk bertarung dengan keluarga besar itu, selama perguruan itu tidak benar-benar hilang dari muka dunia ini. Namun, masih banyak yang harus dipikirkan Angele sebelum mengambil langkah gegabah seperti itu.     

Lagipula, jika dilihat dari pengetahuan keluarga-keluarga besar tentang orang-orang dengan kekuatan misterius, dapat disimpulkan bahwa mereka dibantu oleh para Penyihir. Namun, sepertinya Ksatria Ali tidak tahu seberapa besar kekuatan para Penyihir sebelum Angele menyerangnya. Angele memutuskan untuk tidak bertarung melawan mereka sebelum ia mengetahui keadaan yang sebenarnya.     

Itulah alasan mengapa ia tidak membunuh Ali saat itu juga – ia hanya ingin mengirimkan ancaman. Jika Ali mati, Zweig akan berusaha membalas dendam demi martabat keluarganya, dan Angele tidak ingin itu terjadi.     

"Sekarang, kau mandi. Akan kubawa kau keluar dari sini." Ia berdiri. "Tapi, jangan coba-coba berbohong padaku. Aku bisa menunjukkan padamu panasnya neraka jika kau berani melakukan tindakan bodoh."     

Di rumah Keluarga Zweig.     

"Tuan Zweig! Kelakuan Angele sudah benar-benar keterlaluan! Penjara Twisted Blue adalah properti kita, punya hak apa dia untuk melepaskan seorang tahanan? Ditambah lagi, wanita itu…!" Ksatria Ali berdiri di tengah ruang rapat dan berteriak-teriak dengan geram.     

"Cukup!" teriak Zweig. "Ali, kau sudah cukup tua, namun kau terlalu gegabah. Urusan kita dengan Anyua belum selesai, dan sekarang orang-orang hanya peduli tentang Holy Gear yang hilang itu! Aku tidak peduli tentang perjanjianmu dengan Snake of the Sand Forest, dan kau tidak perlu menghabiskan waktu untuk mengurusi satu tahanan yang kabur. Lagipula, apa kau sudah lupa? Angele telah memperingatkanmu. Satu-satunya alasan ia tidak membunuhmu adalah karena ia tidak ingin bertarung dengan seluruh Keluarga Zweig. Kau pikir Harland tidak tahu apa yang kau lakukan selama ini?"     

Ali membuka mulutnya lagi dengan air muka yang masih geram. "Membunuhku? Jika anak itu tidak memanfaatkan kelengahanku…!"     

"Kubilang… cukup!" Ekspresi wajah Zweig berubah. Sang ksatria agung itu berjalan mendekati Ali dan menyentuh sisi leher pria itu dengan tangan kanannya.     

"Apa ini?" tanya Zweig seraya menggosok sisi kanan leher Ali, dan ujung jarinya berlumuran darah. "Kau tadi benar-benar nyaris mati. Jika Siv tidak datang dan Angele tidak berhenti menyerangmu, kau pasti sudah mati sekarang."     

Seketika itu juga, Ali menyadari bahwa ia terluka karena serangan Angele. Luka itu sangat tipis, sehingga tidak terasa dan terlihat jika tidak disentuh. Hanya ada sedikit darah merembes dari luka tersebut, seakan-akan luka itu telah diobati dan tidak sakit lagi.     

Tiba-tiba, bulu kuduk Ali merinding. Tubuhnya agak gemetar.     

"Bagaimana… Bagaimana mungkin!" Ali mundur selangkah. Ketakutan terlihat jelas di kedua matanya.     

"Aku mengerti bahwa Angele hanya ingin mengingatkanku untuk tidak memprovokasinya lagi. Kudengar, dia adalah anggota Perguruan Ramsoda, organisasi penyihir yang terkenal karena kekejamannya," kata Zweig dengan suara berat.     

"Jadi, kita diam saja dan membiarkan anak itu membawa pergi tahanan kita?" Ali menggertakkan giginya.     

"Kita tidak punya bantuan seorang penyihir, sehingga kita tidak bisa melawannya. Jika kau mau mati cepat, silahkan bertarunglah dengannya. Harland menyuruhnya pergi ke teritori kita. Sangat jelas bahwa ia ingin kita bertarung, atau setidaknya saling membenci. Waktunya juga sangat pas, rencananya sangat jenius…" kata Zweig dengan dingin. "Kita harus segera menemukan Anyua! Holy Gear itu sudah nyaris di tangan kita. Aku tidak menyangka jika Ness akan menghalangi kita!"     

****************************************     

Di luar Kota Lennon, Angele dan Jolin berjalan bersama-sama menyusuri hutan.     

Hijau dedaunan mendominasi sekeliling mereka dan menutupi cahaya matahari, sehingga semuanya terlihat berwarna hijau gelap. Mereka terus berjalan, sebelum akhirnya berhenti di depan reruntuhan yang telah lama ditinggalkan.     

Dinding reruntuhan itu penuh garis-garis retakan, dan tangganya berhiaskan lumut. Sebuah rumah dari batu berdiri di atas panggung, dengan sulur-sulur tanaman liar menjalar di permukaannya.     

Dengan hati-hati, Angele melangkah menaiki tangga berlumut yang sangat licin itu. Tempat itu dingin dan lembab, dengan bau jamur yang menusuk hidung.     

Pisau hitam tergantung di pinggangnya, dan busur logam tergantung di punggungnya, namun pedang crossguard miliknya telah benar-benar rusak karena ia gunakan dalam banyak pertempuran, sehingga ia berhenti membawa pedang itu beberapa waktu lalu.     

Tanpa banyak bicara, Jolin berjalan mengikuti Angele. Wanita itu masih mengenakan topengnya, namun ia telah mengganti bajunya dengan kemeja kulit setelah mandi. Di kakinya, tergantung dua sabuk kulit, dengan 8 pisau mengisi kedua sabuk itu.     

"Ini tempatnya?" Angele berbalik menghadap gadis itu dan bertanya.     

"Iya," Jolin mengangguk dan terus berjalan perlahan. Wajahnya terlihat pucat.     

"Kondisimu semakin parah. Kau harus dirawat oleh dokter terbaik di kota dalam 4 hari, jika tidak, kau akan mati," kata Angele dengan santai. "Baiklah, apa hubungannya tempat ini dengan Dragon Scale Flower?"     

Jolin bergerak perlahan-lahan dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk menaiki sebuah mimbar. Ia melihat sekelilingnya seperti mencari sesuatu. Namun, tidak lama kemudian, wajahnya berubah kecewa.     

Gadis itu merogoh ke arah dadanya dan menarik keluar sebuah tabung kaca kecil berisi selembar kain hitam.     

Angele memandang wanita itu dengan terkejut. "Kukira mereka mengambil semua barang-barangmu setelah berhasil menangkapmu. Di mana kau sembunyikan benda itu? Bagaimana mungkin mereka tak bisa menemukannya?"     

Wajah Jolin memerah mendengar pertanyaan itu.     

"Bukan urusanmu." Wanita itu melemparkan tabung kacanya ke arah Angele. "Itulah yang kau cari, lokasi Dragon Scale Flower. Kami menemukan bunga itu saat menjalankan misi, namun tempat itu sangat berbahaya. Organisasi kami mengirimkan 4 kelompok ke tempat itu, masing-masing terdiri dari 25 orang. Namun, hanya satu orang yang keluar hidup-hidup dan mendapatkan satu bunga. Sisanya mati."     

Angele menangkap tabung kaca yang masih terasa hangat itu dan mengernyitkan alisnya. Ia menebak di mana wanita itu menyembunyikan tabungnya dan memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu saja.     

"Bisakah aku mempercayaimu?" bisik Angele.     

"Terserah kau mau percaya atau tidak. Hanya itu yang kupunya." jawab Jolin dengan tenang.     

Angele berpikir sejenak dan melepaskan penyumbat tabung kaca itu. Kemudian, ia membuka kain hitam itu dengan hati-hati.     

Pada kain hitam itu, ada sebuah peta yang digambar dengan garis-garis putih, dengan berbagai kalimat tertulis di samping titik-titik lokasi tertentu.     

Terdapat simbol tengkorak di peta itu, yang ditandai dengan tulisan berwarna merah yang berbunyi 'Moon Gin Manor'.     

Angele juga menemukan Kota Lennon di peta itu, tapi sangat jauh dari simbol tengkorak itu.     

Ia mengernyitkan alisnya. "Jadi peta ini dimasukkan ke dalam tabung itu sekitar seminggu lalu, tapi sudah dikoreksi beberapa kali sebelumnya. Melihat kerja keras kalian membuat peta ini, aku memutuskan untuk mempercayaimu." Angele melihat ke arah Jolin dan menangkap ekspresi terkejut wanita itu. Sepertinya, semua tebakan Angele benar.     

"Kau mengetahui semuanya hanya dengan melihat peta ini? Kau hebat… Untunglah kamu memutuskan untuk tidak menyerangmu."     

Mata wanita itu penuh rasa takut.     

"Baiklah, sekarang kau boleh pergi."     

Angele tidak mempedulikan perkataan wanita itu.     

"Kau yakin?"     

Wanita itu heran. Ia tidak menyangka jika Angele akan benar-benar membiarkannya hidup.     

"Iya," Angele mengangguk. "Kau sudah tidak berguna bagiku, jadi aku akan menepati janjiku."     

Jolin menatap Angele selama beberapa saat, dan memastikan jika pemuda itu tidak akan menyerangnya. Perlahan-lahan, ia berjalan mundur. Setelah sampai di hutan, ia segera berbalik dan menghilang di antara semak belukar.     

Angele berdiri sendiri di sana sambil menatap kain hitam di tangannya.     

"Kuharap kau tidak berbohong padaku," gumam pemuda itu seraya menggambar sebuah rune merah di udara. Rune itu melayang selama beberapa saat, lalu bersinar merah.     

Di dalam hutan, rune merah muncul di punggung Jolin, persis seperti rune yang digambarkan oleh Angele di udara. Rune itu juga bersinar merah, namun Jolin tetap tidak menyadari keberadaannya.     

Di malam hari.     

Di sebuah area perumahan yang sunyi di Kota Lennon.     

Semua rumah di tempat ini dibangun dengan menggunakan bata merah, dan jalannya terbuat dari batu bata hitam. Di tengah perempatan, berdiri sebuah patung dewi dari perunggu yang menuangkan isi vas ke bawah. Banyak bunga putih dan kuning tumbuh di sekitar kaki patung itu.     

Suasana jalanan sangat sepi dalam gelapnya malam. Tidak ada satu pun pejalan kaki maupun kereta kuda di sana. Hanya terdengar suara angin bertiup di antara pepohonan dan bunga-bunga.     

Beberapa helai daun kering terjatuh ke tanah, lalu melayang mengikuti arah angin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.