Dunia Penyihir

Pertarungan Sengit (Bagian 2)



Pertarungan Sengit (Bagian 2)

0Lagi-lagi pria berambut perak itu menunjuk ke arah Angele. Ujung jarinya siap menembakkan laser listrik berwarna biru. Namun, tembakan itu ditangkis dengan sebilah pedang crossguard yang menancap ke tanah di samping pria itu, sehingga listrik itu mengalir ke tanah dan mencipratkan partikel energi listrik ke mana-mana. Suara kilat itu terdengar sangat keras.     

Tidak lama kemudian, lingkaran sihir di bawah pria itu menghilang.     

Ekspresi pria itu berubah karena ia sadar bahwa lingkaran sihirnya telah menghilang, dan Angele berada tidak lebih dari beberapa meter darinya.     

Kedua tangan Angele berwarna merah darah, dan kulit di tangannya terkelupas dan terbakar habis. Titik-titik partikel energi hijau menari-nari di dekat kakinya dan melindunginya dari listrik itu.     

"Kau pikir kau bisa…" Tanpa sempat menyelesaikan perkataannya, pria itu merasa pusing. "Ini Mantra Pelumpuh!"     

Saat ini, ekspresi Angele sangat tenang. Ia sadar bahwa ia harus semakin berhati-hati seiring mendekati kemenangan. Ia tidak ingin melakukan langkah yang salah setelah sejauh ini.     

Sebilah pisau berwarna hitam tergenggam di tangan kirinya, pisau hadiah sang baron, yang akan ia gunakan untuk pertama kalinya.     

Sembari memegang pisau itu erat-erat, Angele bergerak maju.     

"AH!" teriaknya.     

"Kau pikir aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan? Kau pikir aku tidak tahu bahwa logam dapat menghantarkan listrik?" tanya pria itu dengan angkuh sembari melompat berdiri. Ia melihat Angele dengan tatapan yang sangat meremehkan.     

Kilat-kilat yang sangat kecil memanjat tubuh Angele, sehingga terasa sensasi seperti dipanjat serangga yang tak terhingga jumlahnya. Ada banyak titik cahaya hijau dan merah yang keluar dari tubuh Angele, melindungi tubuhnya dari serangan listrik itu. Walaupun partikel hijau dan merah melindunginya, ia masih merasakan sakitnya dan lumpuh.     

"Namun, aku tidak menyangka jika kau akan dapat menghancurkan lingkaran sihirku." Pria berambut perak itu berhenti tersenyum. "Untuk tikus kecil sepertimu, itu adalah pencapaian yang hebat. Aku berencana untuk membunuhmu dengan cepat dan mengambil organ yang kubutuhkan dari gajah itu. Yaah, aku akan menjadi penyihir sejati saat kembali ke sekolah nanti. Terima kasih atas pertarungannya."     

Pria itu kembali mengangkat tangannya dan meluncurkan laser biru ke arah Angele.     

Angele berusaha menghindar ke arah kanan, namun ia terlalu lemah dan lamban, sehingga laser itu mengenai bahunya. Tubuhnya gemetar, dan ia nyaris tidak bisa berdiri.     

"Sekarang, siapa yang tertawa?" hina pria itu. "Kemarilah."     

Angele menarik pedang crossguard-nya dari tanah, dan berlari ke arah pria itu,     

Pria itu menggunakan mantra penambah kecepatan dan melompat mundur. Ia menghindari serangan Angele dengan mudah dan menembakkan laser biru ke arah Angele. Namun, tanpa lingkaran sihirnya, mantra listrik itu tidak terlalu sakit seperti sebelumnya.     

"Dasar penakut," kata Angele tiba-tiba.     

Angele menatap pria itu sembari menggenggam pedang crossguard-nya kuat-kuat. Aliran listrik masih mengalir di dalam tubuhnya. Luka-luka bakar juga tersebar di seluruh tubuhnya, sementara Zero terus meneriakkan peringatan. Ia akan mati jika terus terkena serangan listrik itu.     

"Dasar tolol! Aku tidak bisa bertarung jarak dekat!" Pria itu sadar bahwa Angele sedang memprovokasinya. "Kau tidak akan bisa mengalahkanku. Sebaiknya, katakan saja permintaan terakhirmu, kalau aku mau, mungkin akan kukabulkan, hahaha!"     

Tanpa ekspresi, Angele berlari dan melemparkan pisau pemberian ayahnya ke arah dada pria itu. Pisau itu dilempar dengan sangat kuat, hingga terlihat seperti kilat hitam di udara.     

"Sudah kubilang, tidak akan bisa!"     

Lagi-lagi, pria itu berhasil menangkis serangan Angele dengan benda sihir berwarna hitam yang sebelumnya ia gunakan. Pisau itu jatuh ke tanah.     

Namun, rantai hitam melesat ke arah pria itu dan mengikatnya. Tanpa mengetahui bahwa Angele memiliki banyak senjata, ia lengah dan akhirnya terikat oleh rantai itu.     

Namun pria itu hanya tersenyum dan menggunakan benda sihirnya untuk menghancurkan rantai itu.     

"Hanya itu kemampuanmu?"     

Ia tertawa dan lagi-lagi menghindari serangan Angele.     

"Sialan!" Pria itu benar-benar membuat Angele marah. "Dasar monyet!"     

"Idiot!"     

Pria berambut perak itu mulai menggunakan mantra lagi, namun wajahnya terlihat kelelahan. Bola listrik biru seukuran kepalan tangan muncul di sampingnya, dan laser listrik yang tak terhitung jumlahnya melayang di udara.     

"Tunggu! Kau dari Perguruan Manchester, kan?" tanya Angele sembari menenangkan diri.     

"Hah?" Pria itu menjadi ragu dan bingung. "Kau juga murid dari Manchester?" tanyanya dengan heran. Ia bingung mengapa Angele tiba-tiba menanyakan hal itu, namun aturan tetaplah aturan. "Tunjukkan tanda sihirmu."     

Perguruan Manchester adalah organisasi sihir yang sangat kuat, dan memiliki aturan yang melarang pertarungan sesama calon penyihir tingkat 3. Hukuman pelanggaran aturan di sana sangat berat, sehingga pria itu tidak ingin mengambil resiko.     

Angele tersenyum.     

'Peringatan! Peringatan! Detak jantung Anda terlalu cepat, dan gaya bioelektrisitas Anda terhalang listrik! Jika Anda terkena serangan listrik lagi dalam satu jam, jantung Anda akan berhenti berdetak!' lapor Zero.     

"Aku tidak tahu jika kita berasal dari organisasi yang sama. Sepertinya ada kesalahpahaman di antara kita."     

Angele terus tersenyum.     

"Tunjukkan tanda sihirmu," ulang pria itu dengan suara berat. "Jika kau berbohong, akan kubunuh semua sanak saudaramu. Aku punya cara sendiri untuk menemukan mereka."     

Angele mengangguk, dan perlahan-lahan berjalan mendekati pria itu seraya memasukkan tangan kanannya ke kantong di balik pinggangnya untuk mengambil sesuatu.     

Jika ia terkena satu tembakan laser lagi, ia akan mati. Namun, ia terlihat seperti orang yang kesurupan dan tidak sadar akan bahaya di depannya. Ia justru terlihat sangat tenang dan bahkan gembira, seakan ia benar-benar hidup dan dunia ini benar-benar ada. Luka bakar di sekujur tubuhnya dan angin dingin yang bertiup di dalam hutan terasa nyata, seakan meyakinkannya bahwa semua yang terjadi di dunia ini bukanlah mimpi belaka.     

Angele sadar bahwa ia bukan lagi manusia normal yang hidup di bumi. Sekarang, ia harus melakukan apa saja untuk bertahan hidup di dunia baru yang berbahaya ini.     

Tiba-tiba, ia menyadari sesuatu, dan semua benda di sekitarnya menjadi terlihat terang dan jelas. Semua ingatannya di bumi bergerak sangat cepat di depan matanya.     

Dengan senyum yang masih tersungging di wajahnya, ia terlihat sangat tenang. Ekspresi Angelemeyakinkan pria berambut perak itu bahwa ia tidak sedang berbohong. Pria itu segera membatalkan mantranya karena ia yakin bahwa seorang pembohong tidak akan berani tersenyum seperti itu.     

"Tunjukkan tanda sihirmu. Mengapa kau tidak bilang dari awal kalau kau murid dari Perguruan Manchester?"     

Pria itu terlihat lega.     

Angele melihat pria itu dengan ekspresi aneh di wajahnya, dan asap hitam terus keluar dari tubuhnya     

"Kau kehabisan mana, ya?"     

"Apa?"     

Ekspresi pria itu berubah. Ia hendak mengatakan sesuatu, namun ia terdiam saat melihat Angele berlari ke arahnya sambil membawa pedang crossguard perak yang siap memotong lehernya.     

"Beraninya kau!" teriak pria itu seraya melompat mundur. Ia kembali memunculkan bola listrik di tangan kanannya, tapi wajahnya menjadi pucat. Ia telah menghabiskan mana-nya pada mantra sebelumnya, dan sekarang mana-nya hampir habis.     

Anggapan Angele benar – pria itu nyaris kehabisan mana, sehingga ia menggunakan kesempatan itu untuk menarik energi listrik serangan itu menggunakan pedangnya dan melemparkan pedang itu ke arah pria berambut perak itu. Ia berusaha menghindari lemparan pedang itu, namun pedang itu menggores bahu kirinya, sehingga ia tidak bisa bergerak selama beberapa saat.     

"Benda hitam yang kau gunakan untuk sihir tadi mungkin telah mencapai batasnya untuk hari ini."     

Angele tersenyum dan berjalan mendekati pria itu.     

Ekspresi pria itu berubah serius. Ia menarik pedang crossguard yang tertancap di bahunya dan melemparkan pedang itu ke tanah. Panas kilatan api di sekitar pedang itu membuat lukanya berhenti berdarah.     

"Kau sangat cerdik. Aku tidak tahu mengapa aku percaya padamu. Aku sudah kehabisan mana, namun kau terluka parah. Kau pikir kau bisa menang?"     

"Kita lihat saja," Angele berlari maju dan mengambil pedang crossguard yang tergeletak di tanah itu. Pedang itu terlihat seperti kilat saat Angele menyerang pria itu dan menyayat seluruh titik lemah di tubuhnya.     

Akhirnya, bola listrik pria berambut perak itu hancur, sehingga pria itu mengerang kesakitan dan berjalan mundur. Pedang Angele nyaris menembus perutnya, dan luka itu terus mengucurkan darah melalui sela-sela jarinya walaupun ia berusaha menekan luka itu.     

Angele mengayunkan pedangnya satu kali lagi, sehingga sisa aliran listrik itu mengalir ke tanah. Tubuhnya terlindungi oleh asap hitam, yang dibuat dengan partikel energi negatif terakhir yang tersimpan dalam tubuhnya. Semua partikel angin dan api miliknya telah habis, sehingga hanya partikel energi negatif yang tersisa. Menurut Zero, ia tidak akan bertahan lama. Ia hanya punya sepuluh detik sebelum semua energinya habis.     

"Tolol! Apakah master-mu tidak memperingatkanmu kalau kau akan terbunuh dengan mudah oleh petarung jarak dekat setelah kehabisan mana?"     

Angele berjalan perlahan mendekati pria itu. Ia memastikan bahwa lawannya tidak lagi memiliki benda sihir atau mantra spesial. Langkahnya sangat hati-hati.     

Pertarungan antar penyihir ditentukan oleh kestabilan mental mereka. Jika seorang penyihir memiliki konsentrasi yang mudah pecah, ia tidak akan bisa menggunakan pola sihir. Ia juga tidak akan bisa menggunakan sihir walaupun ia memiliki kekuatan mental yang tinggi.     

Keduanya mencoba merusak konsentrasi satu sama lain dengan mengatakan kata-kata yang kasar ataupun aneh, namun konsentrasi mereka tetap stabil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.