Dunia Penyihir

Pengejaran (Bagian 1)



Pengejaran (Bagian 1)

0Angele terus berlari, sementara gajah itu terus berlari mengikutinya. Banyak pohon-pohon di hutan itu yang roboh karena terjangan binatang itu. Makhluk itu mencoba melemparkan bebatuan dan batang pohon ke arah Angele dengan belalainya, namun Angele menghindari semua itu dengan mudahnya.     

Mereka terus berlari, hingga Angele tidak tahu seberapa jauh ia dari tempat pertarungan pertama.     

Luka Glowing Elephant itu mulai sembuh. Walaupun masih ada sedikit darah yang mengucur dari luka sayatan tersebut, gajah itu masih mampu berlari cepat.     

Walaupun Angele tahu jika gajah itu memiliki daya tahan sebesar 15 poin, kecepatan penyembuhan itu tetap sangat hebat. Ia berlari sambil melirik ke arah ujung pedangnya, dan ia sadar bahwa pedang itu telah retak setelah satu sayatan saja.     

Ia masih menggunakan pedang crossguard perak hasil jarahan dari mayat Dice. Ia sangat menyukai pedang itu, sehingga ia merasa sedikit sedih saat melihat pedang tersebut rusak.     

'Sialan, aku harus mencari pedang baru setelah pertarungan ini.' Angele menggelengkan kepalanya. 'Tapi, pertama-tama, aku harus membunuh makhluk ini dulu.'     

Senjata beracun yang biasa dibawanya tertinggal di toko, sehingga ia merasa sedikit menyesal. Namun, racun itu tidak akan bekerja pada makhluk dengan daya tahan lebih dari 15 poin ini.     

Tingkat energi gajah itu sangat tinggi, sehingga Angele tidak mungkin mengalahkannya dalam waktu singkat. Satu-satunya cara untuk mengalahkan makhluk itu adalah terus menyerang dalam waktu lama, seperti yang Harland lakukan tadi. Cara yang terbaik adalah membuat gajah itu terluka parah, dan terus melukai gajah itu dengan bantuan beberapa orang. Namun, saat ini tidak ada orang di sekitar sana yang bisa membantunya.     

Gajah itu meraung dan mendongak. Seketika itu, bola api hijau muncul di antara kedua gadingnya, dan gajah itu melemparkannya ke arah Angele. Wajah Angele terlihat serius. Ia berbelok ke kanan dan berlari kencang menuju belakang pohon besar.     

BUM!     

Bola api itu mengenai batang pohon dan meledak, sehingga menghasilkan cipratan api hijau yang menghujani rerumputan di sekitarnya. Lubang seukuran bola basket menganga pada batang pohon itu.     

'Sialan. Mantra Pelumpuh tidak akan bekerja pada lawan dengan daya tahan setinggi ini. Akan kucoba menggunakan Tangan Penyerap Tenaga untuk mengurangi kecepatannya.' Angele terus berlari, meletakkan pedangnya kembali ke sarungnya, dan menepuk tangannya. Kedua tangan itu berubah menjadi merah hanya dalam beberapa detik.     

Di area penebangan.     

Harland lagi-lagi menyerang kaki gajah itu, sehingga kapaknya tertancap sangat dalam.     

BUAK!     

Gajah itu menyerang Harland dengan belalainya, hingga ksatria agung itu jatuh tersungkur ke tanah. Dengan penuh perjuangan, Harland berdiri perlahan-lahan sambil memuntahkan darah. Kemudian, ia melihat sekelilingnya. Kebanyakan anggota tim-nya terluka atau bahkan telah mati.     

Dua ksatria yang tadinya mundur bersama Tinos sedang berusaha menarik perhatian gajah, yang telah terluka di sekujur tubuhnya hingga meneteskan darah. Walaupun makhluk itu telah sekarat, makhluk itu masih terus berusaha keras untuk bertarung dan bertahan hidup.     

"Jack! Majulah!" teriak Harland.     

"Baik, Tuan!" Jack juga terluka, namun ia masih bisa terus bertarung. Ia menggenggam pedang besarnya kuat-kuat, sebelum berlari kencang ke arah gajah itu.     

Tiba-tiba, panah berbulu putih melesat dan menghalangi Jack.     

"Siapa di sana!"     

Terkejut akan serangan dadakan itu, Jack mengangkat pedangnya dan menatap ke arah datangnya panah itu.     

Semua prajurit yang tersisa juga menjadi waspada dan mulai melihat sekeliling mereka.     

Harland membuang perisainya yang telah rusak dan mengambil kapak perak dengan tangan kanannya. "Sudah kuduga. Dua Glowing Elephant tidak mungkin muncul di dekat Kota Lennon begitu saja! Perlihatkan diri kalian!" bentaknya.     

Harland mendengar suara denting baju zirah logam, dan tiga orang pria perlahan berjalan keluar dari balik semak belukar. Dua diantaranya mengenakan baju zirah logam lengkap: yang satu adalah pria berkepala botak, dan yang lainnya adalah pria berambut coklat pendek. Pria ketiga berambut perak dan mengenakan baju zirah kulit yang ditutupi dengan jubah hitam. Rambut perak bukanlah pemandangan umum di Kota Lennon.     

"Harland, sudah lama kita tidak bertemu. Haha." Pria botak itu tertawa.     

"Aku dan kakakku sangat merindukanmu," lanjut pria berambut coklat sembari tertawa pula.     

"Vince bersaudara, kalian masih tidak bisa melupakan Kota Vader, ya? Di mana Kaiser? Mengapa dia tidak ikut?" Harland tertawa tanpa ekspresi. "Aku tidak menyangka jika kau memiliki kekuatan untuk mengendalikan Glowing Elephant. Sepertinya orang dengan kekuatan misterius sedang menolongmu?"     

Harland berkata kepada dua pendekar itu, namun pandangannya tertuju pada pria berambut perak.     

"Kau benar," Pria berambut perak itu tersenyum. "Kota Vader telah membantuku baru-baru ini, dan aku ke sini untuk membalas budi mereka. Kukira aku sudah memancing dua gajah ke dekat sini. Kemana gajah yang lain? Ada yang memancingnya pergi?"     

"Sepertinya, gajah itu dipancing pergi oleh orang berkekuatan misterius juga."     

Harland tetap waspada. Orang-orang dengan kekuatan misterius memiliki gaya bertarung yang berbeda-beda, dan ia tidak mengetahui gaya bertarung seperti apa yang dimiliki lawannya. Walaupun Harland tidak takut, ia merasakan hal yang aneh dari pria berambut perak itu.     

Harland terus menatap pria itu. Ia menyadari bahwa pria itu berbahaya. Ada aura aneh di sekitarnya.     

"Kau masih belum menjadi penyihir sejati," kata Harland.     

"Memangnya kenapa?" tanya pria berambut perak itu.     

"Kau pikir aku tidak bisa melawan dua ksatria dan satu calon penyihir?" Harland tersenyum.     

"Tentu saja tidak. Namun, sekarang kau terluka. Walaupun kau adalah seorang ksatria agung, kau bukanlah ancaman bagiku kalau kau tidak bisa menggunakan tangan kirimu." kata pria berambut perak itu. "Aku hanya butuh jantung dua Glowing Elephant itu, dan aku tidak peduli padamu."     

"Kau memanfaatkan kami untuk membunuh kedua gajah itu?" tanya Tinos sambil berjalan maju. Ekspresinya terlihat geram.     

"Nah, benar sekali," kata pria itu dengan menghina. "Sayangnya, gajah yang kedua hilang. Jika tidak, aku bisa mendapat dua jantung."     

"Sialan kau!" teriak Tinos. Ia berusaha menahan amarahnya.     

"Urusan kalian sudah selesai disini, jadi kalian boleh pergi," kata pria itu dengan tenang. "Kami akan membunuh gajah itu dengan penuh terima kasih."     

"Harland memicingkan matanya ke arah pria itu. "Kita mundur!" teriaknya.     

Kedua ksatria yang masih bertarung dengan gajah itu segera mundur, dan para prajurit yang masih hidup terlihat kecewa. Namun, mereka sadar bahwa saat ini, itulah pilihan terbaik bagi mereka.     

Gajah yang terluka itu hanya berdiri di sana, tidak lagi menyerang, dan mundur perlahan-lahan. Makhluk itu berusaha kabur dengan tubuh yang lemah itu.     

Tiba-tiba, Harland terdiam. Panah itu mengingatkannya pada sesuatu. Sang ksatria agung menatap pria berambut perak itu dengan penuh kebencian.     

"Kau?" tanya Harland.     

"Iya, ini aku. Sudah waktunya kau mengenal panah yang kutembakkan," kata pria itu. "Aku juga membunuh beberapa tikus dalam perjalanan ke sini. Aku tidak tahu apakah itu peliharaanmu, tapi maafkan aku, ya."     

"Aku menghormati kekuatanmu." kata Harland dengan suara berat. "Jadi, itulah mengapa prajurit pemanah silangku tidak datang. 15 prajurit pemanah silang…"     

Harland menggertakkan giginya. Hanya calon ksatria yang dapat memenuhi syarat untuk menjadi prajurit pemanah silang. Para calon ksatria itu harus memiliki kekuatan yang tinggi, dan sering berlatih memanah dan bersembunyi. Harland menghabiskan waktu lama untuk melatih mereka semua satu-persatu, dan ia tidak menyangka jika mereka akan terbunuh semudah ini. Kematian para prajurit andalannya dalam misi ini membuatnya sedih.     

"Apa rencana selanjutnya, Kak?" tanya Tinos dengan santai.     

"Mari kita tunggu Master Angele kembali," jawabnya. Mereka telah kehilangan banyak hal setelah melawan gajah itu, dan mereka akan membalas dendam ini suatu hari nanti.     

Harland menyadari bahwa jantung gajah itu sangat berharga bagi para penyihir, dan bagian tubuh lain gajah itu dapat dijual mahal. Kulit gajah itu sangat baik untuk membuat baju zirah kulit berkualitas tinggi, dagingnya sangat bernutrisi, dan gadingnya sangat berharga.     

Harga total Glowing Elephant itu bisa mencapai 10 juta koin emas.     

Tidak jauh dari area penebangan.     

Cahaya matahari tertutup oleh dedaunan, dan bayangan di tanah bergoyang mengikuti tiupan angin.     

Seorang pria yang tinggi dan kekar dengan jenggot panjang perlahan-lahan berjalan keluar dari bayangan. Ia mengenakan pelindung dada berwarna hitam, dengan dua bilah pedang besar tersemat di punggungnya.     

Pria itu melihat sekelilingnya, mengambil kerang putih dari kantongnya, dan membuka kerang itu. Seutas benang berputar-putar mengapung di air dalam kerang itu, namun ujung benang itu terus menunjuk ke satu arah, walaupun pria itu memutar-mutar kerang tersebut.     

"Benar. Itu Harland dari Kota Lennon," kata pria itu sembari menutup kerangnya dan mengembalikan kerang itu ke dalam kantongnya.     

Pria itu menarik kedua pedangnya, dan berlari ke arah yang ditunjukkan kerang itu, yaitu tempat di mana Harland dan para prajuritnya berada. Dalam beberapa detik, ia menghilang dalam bayangan hutan.     

Ekspresi Harland terlihat serius. Ia mengerti bahwa ketiga pria itu tidak akan bisa menghentikannya jika ia benar-benar ingin berlari, namun sepertinya mereka sedang menunggu bantuan juga.     

'Ada yang datang, tapi siapa? Kita nyaris sampai ke pintu Kota Lennon, namun mereka seakan-akan tidak peduli.' Tiba-tiba, nama seorang pria muncul di pikiran Harland. 'Tidak. Tidak mungkin.'     

Harland tahu bahwa sebagai kota terbesar kedua, Kota Vader juga memiliki seorang ksatria agung. Harland adalah ksatria agung dari Lennon, sementara ksatria agung dari Vader bernama Campbell, pria yang bersenjatakan dua pedang besar.     

'Kuharap bukan dia yang datang…' Harland tidak tahu apakah keputusannya sudah benar, namun ia tidak ingin menyerahkan gajah itu begitu saja kepada mereka bertiga.     

Para prajurit berhenti bergerak saat Harland berhenti. Tidak ada yang terlalu peduli tentang gajah itu, karena nanti mereka bisa melacaknya dengan mudah setelah masah mereka selesai. Gajah itu tidak akan pergi jauh dengan luka parah seperti itu.     

Haah!     

Angele mengambil nafas dalam-dalam. Ia berdiri di antara pepohonan dan menatap gajah yang sedang terjebak di dalam lumpur sungai yang lembek.     

'Akan membutuhkan lebih dari 1 menit bagi gajah itu untuk keluar dari lumpur. Aku tidak menyangka jika mantra Tangan Penyerap Tenaga benar-benar bekerja. Jika saja aku memiliki cukup waktu, mungkin aku bisa membunuhnya. Sial.'     

Gajah itu masih meraung-raung. Ia perlahan mengeluarkan diri dari lumpur sembari membawa pohon besar di belalainya.     

Angele menatap gajah itu sejenak, lalu ia berbalik dan berlari kembali ke tempat Harland bertarung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.