Dunia Penyihir

Perburuan (Bagian 4)



Perburuan (Bagian 4)

0Setelah menyadari siapa di antara para prajurit itu yang menjadi ancaman terbesar, Glowing Elephant itu berbalik dan menundukkan kepalanya. Binatang itu berlari dan mengarahkan gadingnya ke arah Harland.     

"HA!"     

Harland berteriak dan memukul gajah itu menggunakan perisainya.     

BUM!     

Suara tubrukan yang keras itu memekakkan telinga semua orang yang ada di sana.     

Perisai Harland nyaris hancur karena menangkis gading gajah itu. Jika saja gajah itu sedikit lebih kuat, mungkin perisai itu sudah hancur berkeping-keping. Lengan Harland tertekuk dengan sudut yang aneh, menunjukkan bahwa serangan tadi telah mematahkan tulangnya, namun Harland terus menyerang bagian perut gajah itu dengan kapaknya.     

Pertarungan berlangsung sengit. Gajah itu juga telah terluka parah dan meraung keras-keras. Seketika itu, sebuah bola hijau membara muncul di antara kedua gadingnya.     

Bola api itu semakin membesar, sehingga menjadi seukuran bola basket. Gajah itu menggerakkan kepalanya dan melemparkan bola api itu ke arah Harland. Tanpa rasa takut, Harland segera mundur dan mengangkat perisainya dengan tangan yang terluka itu. Ia memiringkan tubuhnya ke samping kanan agar seluruh tubuhnya terlindungi perisai itu.     

Bola api itu bertubrukan dengan perisai Harland, sehingga bara hijau terciprat kemana-mana. Beberapa cipratan api itu mendarat di rumput, dan menciptakan asap pekat di udara.     

Sementara itu, Angele, Tinos, dan kedua ksatria itu masih berdiri di atas tebing dan menonton pertarungan di bawah. Walaupun kabut masih menutupi seluruh tempat itu, terlihat titik-titik cahaya hijau —yang dipancarkan bola api gajah itu— yang menembus gelapnya kabut dan asap.     

"Kakakku akan baik-baik saja," kata Tinos dengan perasaan bercampur aduk.     

Angele hanya memandang Tinos tanpa menjawab.     

'Zero, apakah kau berhasil mengumpulkan cukup data untuk menghitung statistik kekuatan gajah itu?" tanya Angele. Saat ini, mereka berempat sedang berdiri sekitar 5 meter dari medan pertarungan, sehingga Zero tidak dapat menganalisa langsung kekuatan gajah tersebut dan harus menggunakan benda lain sebagai pembanding.     

'Hasil perkiraan:     

Glowing Elephant: Kekuatan lebih dari 8. Kecepatan lebih dari 4. Daya tahan lebih dari 15. Kekuatan mental lebih dari 7. Mantra pasif: Gading Berapi (dengan tambahan kekuatan), Tembakan Api Pendar (Dengan menggunakan energi dari jantungnya, hewan ini dapat menembakkan bola api).'     

Angele tidak menyangka jika gajah itu memiliki kekuatan sehebat itu, sehingga ia semakin kagum dengan Harland yang mampu bertarung melawannya. Angele menjadi ingin tahu akan sekuat apa dirinya jika saja ia mampu melampaui batas gen-nya. Namun, itu bukanlah hal yang mungkin, dan ia tidak akan pernah menjadi seorang ksatria agung.     

Saat ini, Harland dan kedua ksatria di sisinya masih bertarung dengan Glowing Elephant di bawah sana. Mereka telah melukai gajah itu berkali-kali, namun mereka lebih sering menghindar ketimbang menyerang.     

Tiga orang prajurit gagal menghindari bola api dari gajah itu, dan mereka terbakar hidup-hidup dalam beberapa detik. Situasi semakin buruk.     

"Kalian berdua! Pergilah dan bantu mereka," perintah Tinos sembari menoleh ke belakang.     

Kedua ksatria itu saling memandang. Keraguan terlihat pada mata mereka. "Tuan Tinos, gaya bertarung kami tidak berdasarkan kekuatan. Mungkin kami tidak akan bisa membantu…"     

"Tidak apa-apa. Alihkan saja perhatian gajah itu," kata Tinos. "Pergilah."     

"Baik!"     

Kedua ksatria itu menarik pedang masing-masing, dan berlari menuruni tebing.     

Angele sadar bahwa pedang kedua ksatria itu tipis dan ramping, sehingga tidak akan bisa menembus kulit keras gajah itu. Untuk memaksimalkan kecepatan mereka yang sangat tinggi, mereka membutuhkan pedang yang ringan, sehingga tidak akan menghalangi pergerakan mereka. Kemungkinan besar, mereka hanya diperintahkan untuk melindungi Tinos.     

Setelah kedua ksatria itu pergi, hanya Angele dan Tinos yang masih berdiri di tebing itu.     

Sebelumnya, Angele mengira bahwa Tinos dan Harland saling membenci, namun sekarang ia sadar bahwa mereka hanya menunjukkan kedekatan mereka dengan cara yang aneh. Tinos sangat mengidolakan kakaknya, sehingga terkadang ia iri akan kekuatan Harland, namun ia tetap akan menolong kakaknya jika ada masalah.     

Kelakuan Tinos mirip seperti anak kecil. Ia ingin menjadi lebih kuat dan hebat ketimbang kakaknya, namun ia masih sering bergantung kepada kakak yang diidolakannya itu. Tinos selalu menyembunyikan apa yang ia pikirkan saat bersama Harland, dan ia tidak ingin orang lain tahu apa yang ia pikirkan tentang kakaknya.     

"Jangan khawatir, gajah itu sudah sekarat," kata Angele, yang berusaha menenangkan Tinos.     

"Benarkah?" Tinos bernafas lega. "Tunggu, aku sama sekali tidak khawatir!" teriaknya, setelah menyadari maksud Angele.     

Angele tidak menjawab. Ia hanya tersenyum.     

"Mengapa kau tersenyum?" Tinos menatapnya dengan heran. "Aku tidak ingin kakakku mati karena ayahku akan sedih jika mendengar anaknya dibunuh oleh gajah itu!"     

"Iya, iya." Angele mengangguk. Ia sadar bahwa Tinos hanya malu.     

"Kau… Terserahlah!" Tinos memutuskan untuk tidak menjelaskan.     

Angele meletakkan pedang crossguard-nya kembali ke sarungnya.     

"Pertarungan ini hampir selesai. Gajah itu sekarat karena kehilangan banyak darah," katanya dengan santai.     

Mendengar perkataan Angele, Tinos segera melihat ke arah pertarungan di bawah sana.     

Serangan Glowing Elephant itu semakin lemah karena ia kehilangan banyak darah. Walaupun makhluk itu terus berusaha bertarung, ia tetap tidak bisa menyerang Harland ataupun kedua ksatria-nya. Gajah itu mencoba menggunakan Tembakan Api Pendar lagi, namun kekuatannya telah habis.     

Angele mulai mengingat semua informasi yang telah ia kumpulkan mengenai Tinos baru-baru ini.     

Ayah Tinos adalah Tuan Alford, dan ibunya adalah anak seorang Duke. Sebelum menikah, ibunya meninggalkan rumah setelah bertengkar dengan sang Duke, dan menikahi Tuan Alford dalam pelarian. Namun, beberapa waktu kemudian, ibunya kembali ke teritori sang Duke, dan menjadi sosok yang berpengaruh, baik dalam urusan militer maupun politik kerajaan.     

Harland pernah bercerita bahwa Tuan Alford, ayahnya, khawatir pada ibu Tinos karena berbagai alasan. Wanita itu mau melakukan apa saja demi mendapatkan keinginannya, dan ia tidak akan pernah puas akan apa yang sudah ia miliki. Ia sangat mencintai anaknya, namun entah mengapa, ia meninggalkan anaknya di bawah asuhan Alford.     

Tinos sendiri tidak pernah menghormati ayahnya dan tidak peduli apakah ayahnya menyukai sikapnya atau tidak. Sebelum Angele tiba di Kota Lennon, Tinos tanpa sengaja menemukan ayahnya berselingkuh dengan dua wanita lain. Tinos membunuh kedua wanita itu di depan mata ibunya. Setelah kejadian itu, ibu Tinos pergi untuk tinggal bersama Harland, dan tidak pernah kembali lagi ke kota Lennon.     

Alford memohon-mohon agar Harland tetap tinggal bersamanya, namun Harland menolak. Itulah yang menyebabkan hubungan antara ayah dan kedua anaknya itu menjadi aneh.     

BUM!     

Glowing Elephant itu akhirnya jatuh tersungkur ke tanah.     

Ekspresi Angele mendadak berubah setelah mendengar suara dari jauh.     

"Tunggu! Ada Glowing Elephant lain yang sedang berlari kesini!"     

Angele menoleh ke belakang dan melihat seekor gajah berbulu merah menyala yang berlari ke arah Harland.     

Tinos pun kebingungan. Ia tak mengerti apa yang dikatakan Angele. Tinos menoleh ke belakang mengikuti arah pandang Angele, dan seketika wajahnya menjadi pucat pasi saat melihat gajah berbulu merah berlari keluar dari hutan. Harland dan kelompoknya kelelahan dan terluka karena pertarungan yang baru saja selesai itu. Mereka tidak menyangka jika akan ada satu lagi Glowing Elephant yang mengejar mereka. Walaupun Harland sangat kuat, saat ini ksatria agung itu tidak akan mampu menangkis serangan gajah tersebut.     

"Tapi…" Tinos hendak mengatakan sesuatu, namun ia melihat Angele berlari turun dari tebing dan menghilang di balik semak-semak. Ia menggertakkan giginya, menarik pedangnya sendiri, dan berlari turun mengikuti Angele.     

Wajah Angele datar tanpa ekspresi. Ia merunduk untuk menambah kecepatannya, dan terus berlari.     

Dedaunan terus berjatuhan ke kepalan, namun seketika daun itu terbang karena kecepatan Angele yang sangat tinggi. Dari sini, ia dapat melihat bayangan besar gajah itu dan merasakan betapa berbahayanya situasi di depannya.     

Mata Angele berpendar. Ia menggenggam pegangan pedang crossguard-nya.     

'Mendekati sasaran…'     

'Berikan aku sebuah rencana.'     

'Sasaran terkunci: Glowing Elephant. Menganalisa… Rencana telah terkonfirmasi…'     

'Mode bertarung: Aktif'     

Berbagai macam hologram berwarna biru muncul di depan mata Angele, dan berbagai informasi muncul di samping objek yang ia lihat.     

Ia menarik pedangnya dan berlari sangat cepat hingga tubuhnya terlihat kabur.     

Akhirnya, ia berlari keluar dari semak-semak, melewati gajah itu, dan menyayat kulitnya dengan mudah, sehingga makhluk itu meraung kesakitan.     

Gajah itu berhenti dan meraung. Matanya berubah menjadi merah darah, dan ia berbalik untuk mengejar Angele.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.